JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menaruh harapan pada Muhammadiyah untuk menjadi benteng penangkal pengaruh negatif dari perkembangan era digital. Bersama organisasi kemasyarakatan lain, Muhammadiyah diminta terus mengajarkan pendidikan karakter serta menanamkan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan.
Harapan itu disampaikan Presiden Jokowi saat menutup Pengkajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Jakarta, Selasa (29/5/2018) siang.
Kepala Negara menyampaikan bahwa perkembangan era digital dan datangnya revolusi industri generasi ke-4 merupakan keniscayaan.
Banyak peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi, tak terkecuali oleh bangsa Indonesia. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah mudahnya pengaruh negatif dari luar masuk ke Indonesia.
Pengaruh negatif tersebut juga harus diantisipasi dengan mengembangkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa.
Pengaruh negatif tersebut juga harus diantisipasi dengan mengembangkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa.
”Saya kira nilai-nilai yang kita miliki, nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, norma-norma yang kita miliki itulah yang akan membentengi nilai-nilai dari luar,” ujar Presiden Jokowi.
Karena itulah, pembangunan karakter bangsa sangat diperlukan. Kepala Negara berharap Muhammadiyah terus berperan membangun karakter serta membangun nilai-nilai peradaban, nilai-nilai keindonesiaan, dan budaya bangsa.
Peran yang sama juga diharapkan dilakukan oleh Nahdlatul Ulama serta organisasi kemasyarakatan lain. Selain itu, pondok pesantren juga diharapkan turut membangun karakter serta menanamkan nilai-nilai keagamaan, kebangsaan, dan kebudayaan kepada generasi muda.
Senada dengan Presiden Jokowi, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpandangan, era teknologi digital tidak bisa dihindari. Oleh karena itulah, dia berharap seluruh keluarga besar Muhammadiyah bisa menjadi teladan atau panutan yang baik. Salah satunya dengan memanfaatkan datangnya era teknologi digital untuk menyebarkan ajaran agama yang baik.
Teknologi juga harus dimanfaatkan untuk menyebarkan keyakinan bahwa Islam merupakan rahmat bagi alam semesta. ”Dalam konteks ini, kita (Muhammadiyah) tak boleh pasif,” ujarnya.
Teknologi juga harus dimanfaatkan untuk menyebarkan keyakinan bahwa Islam merupakan rahmat bagi alam semesta.
Dalam kesempatan itu, Haedar juga menegaskan bahwa komitmen kebangsaan Muhammadiyah tetap sama. Muhammadiyah menganggap negara Pancasila sebagai konsensus nasional. Karena itu, kritik yang dilontarkan kepada pemerintah merupakan bentuk kecintaan Muhammadiyah kepada bangsa dan negara.
Sementara dalam Pengkajian Ramadhan tahun ini, Muhammadiyah mengambil tema ”Keadaban Digital: Dakwah Pencerahan Zaman Milenial”. Pengkajian diikuti perwakilan pengurus wilayah Muhammadiyah dari seluruh Indonesia. Selain Presiden, penutupan Pengkajian Ramadhan juga dihadiri Menteri Sekretaris Negara Pratikno serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.