Kanal Timur Menjadi Salah Satu Tempat Favorit ”Ngabuburit”
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
Kanal Banjir Timur yang berlokasi di Duren Sawit, Jakarta Timur, menjadi salah satu tempat favorit masyarakat Jakarta untuk menunggu waktu berbuka puasa atau ngabuburit. Mereka menikmati suasana sore sambil berbelanja atau sekadar menghabiskan waktu melihat pemandangan di sekitar sungai.
Sejumlah pengunjung mulai berdatangan sejak pukul 17.00. Sebagian besar dari mereka lebih banyak menikmati suasana sore di sekitar sungai. Mereka duduk di pinggir sungai, tetapi ada juga yang melihat barang-barang yang ditawarkan oleh pedagang kaki lima (PKL).
Kawasan yang berfungsi sebagai salah satu cara penanggulangan banjir di Jakarta tersebut berubah layaknya sebuah pasar malam yang dipenuhi PKL. Hampir tidak ada trotoar di sisi kiri dan kanan jalan sepanjang 3 kilometer yang tersisa untuk pejalan kaki. Bahkan, jalan raya pun digunakan sebagai tempat hiburan anak komidi putar dan parkir.
Meskipun terkesan semrawut, masyarakat tetap menikmati kawasan kanal sebagai salah satu tempat favorit untuk berkumpul menunggu buka puasa, salah satunya Ahmad (32), warga Cililitan, Jakarta Timur. Ia bersama istri dan temannya berjalan-jalan di sekitar kanal sambil menunggu waktu berbuka.
”Tempatnya bisa buat santai dan nyaman untuk menunggu waktu berbuka,” tutur Ahmad, Selasa (29/5/2018). Setelah azan Maghrib berkumandang, ia pun segera memesan ayam goreng, kepiting, dan es teh manis.
Pengunjung menikmati santap buka puasa di pinggir sungai dengan beralaskan backdrop bekas dengan meja kecil berukuran 40 sentimeter x 100 sentimeter. Mereka duduk di atas rerumputan kawasan jalur hijau pinggir sungai.
Meningkat
Setelah tarawih atau sekitar pukul 21.00, pengunjung yang datang semakin meningkat. Menurut pengunjung, kawasan kanal dapat menjadi tempat melepas lelah setelah seharian bekerja atau sekadar berkumpul dengan kerabat.
Kawasan tersebut juga digunakan sejumlah pasangan muda-mudi bertemu, salah satunya Ismu (25) dan Mei (23). Selain suasananya yang santai, faktor pendukung lainnya adalah banyak pedagang yang berjualan makanan dan minuman.
”Jajanannya banyak dan murah,” kata Mei. Ia hanya perlu mengeluarkan uang Rp 15.000 untuk membeli jagung bakar dan segelas kopi. Mereka sengaja datang setelah tarawih agar dapat berbuka bersama keluarga di rumah. Bagi mereka, kawasan kanal menjadi tempat favorit untuk bertemu karena jarak dari rumah yang tidak jauh dan situasinya ramai sehingga aman.
Sejumlah pedagang mengatakan, jumlah pengunjung pada masa puasa meningkat dibandingkan di luar bulan Ramadhan. Al (31), pedagang harum manis, menyatakan, dagangannya lebih cepat terjual pada masa Ramadhan. ”Pada masa Ramadhan, dagangan saya sudah habis sejak pukul 22.00, sedangkan di luar masa Ramadhan, saya harus berjualan hingga pukul 02.00 sampai Kanal Banjir Timur sepi,” ujarnya.
Dalam sehari, ia dapat menjual 72 harum manis dan meraup keuntungan hingga Rp 300.000. Al pun telah memiliki dua karyawan untuk membantu menjual dagangannya.
Perlu ditata
Kawasan kanal perlu ditata agar tidak mengganggu pengguna jalan yang melintas. Mereka tampak terganggu oleh PKL yang berjualan di jalan raya. Jalan yang mereka lalui pun menjadi lebih sempit karena kedua sisinya digunakan untuk parkir motor.
Penggunaan trotoar untuk PKL berjualan juga mengganggu pejalan kaki yang melintasi kawasan tersebut. Selain itu, penggunaan jalur hijau untuk berjualan juga akan mengganggu keselamatan pengunjung karena tidak ada pagar pembatas dengan sungai. Di sisi lain, rumput di jalur hijau juga rusak karena diinjak-injak dan diduduki.
Ada juga sejumlah orang yang memanfaatkan kawasan milik dinas pekerjaan umum untuk berdagang. Padahal, kawasan tersebut terpasang papan larangan memasuki. Pengawasan dari petugas satuan polisi pamong praja (satpol PP) pun kurang. Mereka hanya berjaga di depan gerbang Perumahan Cipinang Indah, Duren Sawit, Jakarta Timur, hingga pukul 18.00.
Bagi beberapa pedagang, penataan kawasan di sekitar kanal dapat membantu kenyamanan pengunjung. ”Asalkan diperbolehkan berdagang, saya rela ditata,” kata Putra (35), pedagang bakso bakar.