China Geram dan Kecam Pengumuman AS Soal Tarif Impor
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
BEIJING, RABU -- Pemerintah China, Rabu (30/5/2018), menyatakan kegeraman dan kecamannya atas Amerika Serikat menyusul pengumuman Washington perihal penerapan tarif impor atas barang-barang dari China. Beijing menyatakan siap melawan balik kebijakan Washington itu.
Alih-alih bersikap melunak pascanegosiasi kedua negara beberapa waktu lalu, AS justru bergeming dalam kebijakan dagangnya. Washington, Selasa kemarin waktu setempat, menyatakan bakal menerapkan tarif impor atas barang-barang asal China senilai 50 miliar dollar AS.
Kebijakan itu akan diterapkan jika Beijing menghiraukan dan tidak mengurus isu pencurian hak intelektual AS. Bukan itu saja, Washington juga menegaskan sikapnya untuk melarang aneka investasi dari China.
Kementerian Perdagangan China bereaksi cukup keras atas hal itu. Dalam pernyataan singkatnya, Kementerian Perdagangan China mengaku terkejut atas langkah Washington tersebut. Kebijakan AS itu dikatakan bertolak belakang dengan konsensus yang telah tercapai sebagai hasil negosiasi kedua pemerintah, beberapa waktu lalu.
Media China, The Global Times, menyatakan, AS mengalami sebuah delusi dan memperingatkan bahwa hal itu justru bakal mengakibatkan AS semakin sendirian nantinya sekiranya kebijakan semacam itu dilakukan dan diteruskan. Media milik Partai Komunis China itu, meski bukan menjadi pernyataan resmi Pemerintah China, memiliki basis pembaca yang luas.
"Pemerintah China akan memastikan segala sesuatu sebagai bagian dari langkah AS menarik semua kesepakatan. Jika AS ingin memperlihatkan permainan, China akan dengan senang hati mengikuti cara (permainan) itu sampai batas akhir,” demikian tulis The Global Times.
William Zarit, Kepala Kamar Dagang dan Industri AS di China menyatakan, ancaman Washington atas aneka tarif tampak efektif sejauh ini. "Saya lihat hal itu tidak semata sebuah taktik. Pemikirannya adalah, jika AS tidak punya jaminan dan tidak ada tekanan atas China sebagai mitra kami, kami juga tak bakal punya aneka negosiasi yang serius,” kata dia.
Kekhawatiran terjadinya sebuah perang dagang antara dua raksasa ekonomi itu sempat melunak setelah pemerintah AS menyatakan telah mencapai kata sepakat dengan mengizinkan kembali perusahaan China, ZTE, untuk beroperasi di AS. Perusahaan kedua terbesar peralatan telekomunikasi China itu sempat dilarang membeli teknologi AS. Hal itu seiring dengan langkah perusahaan Qualcomm Inc mengajukan proposal untuk mengambil alih NXP Semiconductors NV senilai 44 miliar dollar AS.
Kantor berita China, Xinhua, menyatakan, China berharap AS tidak bertindak impulsif. Beijing di sisi lain menyatakan selalu siap untuk melindungi kepentingan-kepentingannya.
"Sikap China selalu tidak menginginkan sebuah pertempuran, namun kami juga tidak takut untuk berperang,” kata media itu. "China akan terus melanjutkan konsultasi secara pragmatis dengan delegasi AS dan berharap AS bertindak sesuai dengan spirit pernyataan bersama.”
Negosiasi intens
Menteri Perdagangan AS Willbur Ross dijadwalkan berkunjung ke Beijing pada 2-4 Juni mendatang. Ia akan melanjutkan negosiasi dengan wakil China. Washington ingin Beijing menyepakati angka pasti tambahan ekspor AS ke China secara intens.
Kesepakatan untuk mengurangi surplus perdagangan China itu terpisah dari tuntutan Washington atas tuduhan pencurian hak intelektual oleh China. Pejabat Gedung Putih menyatakan, Pemerintah AS berencana memperpendek masa berlakunya visa bagi warga China. Hal itu merupakan strategi AS untuk melindungi hak intelektual dari praktik-praktik pencurian. Salah satu yang dikaji adalah visa bagi mahasiswa ilmu pengetahuan dan teknologi dari sejumlah negara. (REUTERS)