Hamas dan Jihad Islami Sepakat Gencatan Senjata dengan Israel
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN (DARI KAIRO, MESIR)
·4 menit baca
KAIRO, KOMPAS -- Jalur Gaza dan wilayah Israel selatan, Rabu (30/5/2018), relatif lebih tenang setelah dua kelompok perjuangan Palestina, Hamas dan Jihad Islami, mengklaim telah mencapai kesepahaman gencatan senjata dengan Israel melalui perantara Mesir. Kesepahaman gencatan senjata itu yang mengacu pada kesepahaman gencatan senjata tahun 2014, mulai berlaku pukul 00.05 waktu setempat (pukul 10.00 WIB) hari Rabu ini.
Salah seorang pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya, mengungkapkan bahwa berkat mediasi beberapa jam terakhir ini, telah tercapai kesepakatan kembali pada kesepahaman gencatan. Sejumlah sumber, seperti dikutip harian Asharq Al Awsat mengungkapkan, Pemerintah Mesir sejak hari Selasa lalu melakukan komunikasi intensif dengan pimpinan Hamas dan Jihad Islami di Jalur Gaza untuk meminta segera dilakukan gencatan senjata agar tidak menjadi eskalasi militer yang sulit terkendali lagi.
Adapun pihak Israel tidak secara terang-terangan mengakui adanya gencatan senjata itu. Menteri Urusan Intelijen Israel, Yisrael Katz mengatakan, tidak ada gencatan senjata, namun Pemerintah Israel akan menghormati gencatan senjata atas wilayah dan penduduknya.
Seperti diketahui, sejak Selasa dini hari hingga Rabu dini hari kemarin, Israel dan milisi Palestina di Jalur Gaza, khususnya Hamas dan Jihad Islami, secara mengejutkan terlibat eskalasi militer terburuk sejak perang tahun 2014. Eskalasi militer tersebut terjadi hanya dua pekan setelah tragedi berdarah di Jalur Gaza pada hari pembukaan kantor Kedutaan Besar AS di Jerusalem pada 14 Mei lalu, yang membawa korban 62 tewas dari warga Palestina akibat tembakan tentara Israel.
Menjelang gencatan senjata itu, Israel masih mengklaim telah menggempur 25 sasaran di Jalur Gaza. Sebelumnya, pada Selasa lalu, Israel mengklaim telah menggempur 35 sasaran di Jalur Gaza, khususnya sasaran Hamas dan Jihad Islami.
Hamas dan Jihad Islami adalah dua faksi terbesar di Jalur Gaza saat ini. Kedua faksi tersebut masih menolak mengakui negara Israel.
Klaim saling balas
Israel berdalih, gempuran atas berbagai sasaran di Jalur Gaza sejak Selasa dini hari itu sebagai balasan atas serangan roket milisi Palestina terhadap beberapa sasaran di wilayah Israel selatan. Israel menuduh, milisi Palestina telah menembakkan 70 roket dan mortir atas berbagai area di Israel selatan sejak Selasa dini hari.
Menurut pihak Israel, sebagian besar roket Palestina itu berhasil dicegat oleh sistem pertahanan anti rudal “Iron Dome”, dan sebagian kecil menghantam sejumlah sasaran di Israel selatan.
Namun, Hamas dan Jihad Islami mengklaim, serangan roket atas sasaran di wilayah Israel selatan itu sebagai balasan atas tewasnya sejumlah kadernya akibat tembakan artileri Israel. Jihad Islami menyebutkan, tiga anggota milisi Saraya Al-Quds telah tewas pada hari Minggu lalu akibat tembakan artileri Israel di dekat kota Rafah, Jalur Gaza selatan. Milisi Saraya Al-Quds adalah sayap militer Jihad Islami.
Juru bicara Jihad Islami, Daoud Shihab, saat itu, berjanji akan melancarkan serangan balasan atas tewasnya tiga kadernya tersebut. Shihab menuduh, Israel telah melanggar kesepahaman gencatan senjata tahun 2014 dengan membunuh tiga kader militernya itu.
Hamas juga menyebut, salah seorang anggotanya tewas akibat tembakan artileri Israel pada hari Senin lalu di Beit Lahiya, Jalur Gaza utara.
Hamas dan Jihad Islami dalam keterangan pers bersama di Gaza City mengakui, mereka telah melancarkan serangan roket atas berbagai sasaran di Israel selatan. Dalam keterangan pers itu juga ditegaskan, serangan akan dibalas dengan serangan, dan darah akan dibalas dengan darah, serta semua opsi terbuka.
Isi kesepahaman
Salah satu isi penting kesepahaman gencatan senjata tahun 2014 dengan perantara Mesir saat itu menegaskan, Israel dan milisi Palestina di Jalur Gaza tidak dibenarkan menyerang sasaran area padat penduduk di Jalur Gaza maupun wilayah Israel Selatan.
Pada tahun 2014, Israel dan milisi Palestina di Jalur Gaza terlibat perang selama 7 pekan, sebelum akhirnya mediasi Mesir berhasil menggiring Israel dan milisi Palestina mencapai kesepahaman gencatan senjata.
Di New York, Dubes AS untuk PBB, Nikki Haley, meminta Dewan Keamanan (DK) PBB segera menggelar sidang darurat untuk membahas apa yang disebut serangan Hamas atas sasaran di Israel selatan. Djadwalkan, DK PBB menggelar sidang darurat atas permintaan AS tersebut pada Rabu siang waktu New York (Kamis dini hari WIB).