JAKARTA, KOMPAS Penyelenggaraan ibadah haji 2018 akan mengoptimalkan aspek kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan jemaah. Untuk itu, sinergi Kementerian Agama dengan instansi terkait menekankan kesigapan petugas tanpa terjebak ego sektoral.
”Demi keselamatan, kenyamanan, dan kelancaran ibadah 221.000 jemaah calon haji asal Indonesia, mari kita hilangkan sekat-sekat instansi. Dalam dinamika di lapangan, ada kalanya kita melintas bidang,” kata Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Khoirizi H Datsir saat memberikan pengarahan pada Pelatihan Petugas Haji 2018, Selasa (29/5/2018), di Asrama Haji, Jakarta.
Demi keselamatan, kenyamanan, dan kelancaran ibadah 221.000 jemaah calon haji asal Indonesia, mari kita hilangkan sekat-sekat instansi.
Kegiatan yang dijadwalkan 26 Mei-4 Juni 2018 itu diikuti 780 peserta lintas lembaga, yakni Kemenag, Kementerian Kesehatan, TNI, dan Kepolisian RI.
Menurut Khoirizi, tahun ini, untuk menopang kelancaran pelayanan haji, Tim Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH) akan dibentuk. Tim ini akan diisi sekitar 20 petugas dari Rumah Sakit Haji, Universitas Islam Negeri yang punya program studi kedokteran, dan dokter dari rumah sakit TNI/Polri.
Tim P3JH untuk mengantisipasi titik-titik rawan, khususnya puncak haji di Arafah-Mina-Muzdalifah (Armina). Keberadaan tim ini akan dioptimalkan pada hari pertama melontar jumrah.
Latar belakang
Guru Besar Universitas Islam Negeri Walisongo Abdul Jamil menekankan pentingnya pemahaman kondisi para jemaah haji. Aspek menonjol ialah keberagaman latar belakang sosial budaya, termasuk pendidikan.
Tak semua petunjuk dan pedoman baku dipahami mereka lewat pendekatan formal. Mayoritas jemaah haji Indonesia berpendidikan sekolah dasar dan berusia di atas 60 tahun. ”Harus ada pemahaman sosio kultural utuh disertai ketulusan hati melayani,” ucap Jamil yang juga mantan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag.
Adapun Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Sri Ilham Lubis memaparkan sejumlah kenyamanan bagi jemaah dalam hal katering, pemondokan, dan keimigrasian.
Suguhan menu makanan bagi jemaah bercita rasa Indonesia melibatkan juru masak asal Indonesia binaan sekolah pariwisata. Pemondokan, khususnya di Madinah, terpesan lebih dari 80 hotel di radius 700 meter di Almarkaziyah (pusat kegiatan ibadah).
Sementara soal keimigrasian, jemaah calon haji di Indonesia kini tak lagi harus mengantre berjam-jam untuk mengurus administrasi imigrasi setibanya di bandara Jeddah dan bandara Madinah. Proses pengambilan data 10 sidik jari dan biometrik kini bisa dilakukan di asrama haji.
Pemeriksaan 10 sidik jari, biometrik, dan hal lain terkait dokumentasi pengurusan dokumen perjalanan bisa dilakukan di asrama haji di Tanah Air. Jadi, saat berada di Arab Saudi, mereka tinggal melakukan cap paspor dan finger print satu sidik jari.
Sementara itu, Muhammad Bakri (36), penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mendapat penghargaan dari Kemenag. Dia dijadikan sebagai bagian dari Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2018.
Apresiasi diberikan atas integritas Bakri dalam menjalankan tugasnya sebagai penghulu. Gratifikasi yang diterimanya selalu dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi.“Kadang masyarakat masih memaksa agar saya menerima amplop, saya tolak berkali-kali tetap dipaksa,” kata Bakri saat ditemui setelah penghargaan itu diumumkan di Asrama Haji Pondok Gede, Selasa.