Bagi yang pernah memainkan layang-layang pasti merasakan sensasi mengendalikan benda itu saat terbang di udara. Barangkali karena alasan itu, Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri India Narendra Modi tertawa riang saat memegang seutas tali pengendali layang-layang. Keduanya berusaha mengendalikan tali agar layang-layang tetap bisa terbang diterpa angin.
Tepuk tangan dan tawa orang-orang sekitarnya semakin membuat suasana cair di acara India-Indonesia KITE Exhibition di area Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (30/5/2018). Siang itu, Presiden Jokowi dan PM Modi bermain layang-layang usai menyepakati sembilan butir kerja sama di Istana Merdeka. Meski hanya sebentar, momen itu begitu akrab.
Sebelum sampai di arena pameran layang-layang, kedua pemimpin itu turun dari kendaraan dan berganti menggunakan mobil golf. Presiden Jokowi menyetir mobil itu didampingi PM Modi yang duduk di sisi kirinya. Tidak ada orang lain di kendaraan kecil itu, kecuali mereka berdua. Sementara pejabat pemerintah lain menggunakan mobil golf berbeda ke tempat yang sama.
Pameran dengan tema ”Ramayana” ini menampilkan ratusan layang-layang dari India dan Indonesia. Pada pameran ini, India menghadirkan 15 ahli layang-layang dan memamerkan 50 layang-layang terbaik asal India.
Pameran itu melibatkan Kite Museum of Ahmedabad (India) dan Museum Layang-layang Jakarta (Indonesia). Saat melihat koleksi layang-layang yang dipamerkan, Presiden Jokowi dan PM Modi terlibat obrolan mengenai layang-layang yang dilihatnya.
Interaksi cair itu berujung pada permainan layang-layang di lokasi yang sama. Keduanya diberi seutas tali yang terhubung dengan layang-layang terbang. Jokowi mengendalikan layang-layang dengan tulisan ”India”.
Sementara Modi mengendalikan layang-layang bermotif 70 tahun hubungan diplomatik RI-India. Keduanya berusaha menarik, mengulur tali, dan membaca arah angin agar layang-layang tetap mengangkasa.
Hujan
Kekhawatiran sempat melanda saat hujan turun sebelum acara dimulai di area Monas. Namun, hujan Rabu siang itu tidak berlangsung lama, hujan kemudian mereda, angin kembali berembus di kawasan Monas. Situasi yang cukup ideal untuk menerbangkan layang-layang.
Siang itu, keakraban dua pemimpin itu disaksikan pejabat kedua negara dan penggemar layang-layang. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, yang hadir di lokasi acara, India dan Indonesia memiliki kedekatan budaya, seperti yang tampak pada pameran layang-layang ini.
”Kedekatan budaya keduanya sangat erat. Kondisi ini tentu menjadi nilai positif. Kami optimistis jumlah kunjungan wisata India masih bisa dikembangkan. Jarak tempuhnya juga ideal,” kata Arief.
Sebab, layang-layang adalah permainan yang paling populer di India. Begitu juga di Indonesia.
Acara ini, bagi Indonesia, sangat positif untuk mendongkrak promosi pariwisata. Sebab, layang-layang adalah permainan yang paling populer di India. Begitu juga di Indonesia, banyak warga yang mengenal dan dapat memainkannya.
Bukan hal yang mustahil, angka kunjungan wisatawan dari India pada 2017 sebanyak 485.314 orang, jumlah ini meningkat 28,798 persen atau 108.512 orang dibandingkan 2016 sebanyak 376.802 wisatawan.
Diplomasi
Lalu, mengapa harus layang-layang? Beberapa kali Jokowi menjamu tamu negara tidak hanya dalam acara formal, tetapi juga dengan kegiatan ringan yang menyenangkan. Begitupun yang terjadi Rabu siang itu, pihak protokol kenegaraan Indonesia dan India sengaja menyiapkan sebagai salah satu rangkaian kegiatan kunjungan Modi di Indonesia.
”Selain untuk mencairkan suasana, kegiatan kecil semacam itu juga dibutuhkan membangun kesan positif,” kata bagian protokol kenegaraan yang tidak bersedia disebut namanya.
Tidak hanya itu, layang-layang di India paling populer di daerah kelahiran Modi, yaitu Gujarat. Maka, tidak heran ada Kite Museum of Ahmedabad adanya di Gujarat.
Agenda kegiatan ringan untuk tamu negara seperti itu sudah beberapa kali terjadi. Sebelumnya, saat menerima Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Kamis (3/5/2018), Presiden Jokowi mengajak Sultan bermain bulu tangkis di Cilangkap, Jakarta Timur.
Olahraga ini dilakukan setelah keduanya memimpin pertemuan bilateral di Istana Bogor, Jawa Barat. Pola serupa seperti ini yang dilakukan Presiden saat menerima kunjungan resmi PM Modi.
”Persahabatan antarnegara tidak selalu dilakukan dalam sebuah forum yang formal saja. Ada yang namanya soft diplomacy,” kata Presiden saat menjelaskan mengapa bermain badminton bersama Sultan Brunei awal Mei lalu.
Persahabatan antarnegara tidak selalu dilakukan dalam sebuah forum yang formal saja. Ada yang namanya soft diplomacy.
Saat itu, diplomasi bulu tangkis dibutuhkan untuk memperlancar penjualan senjata dan kendaraan tempur ke Brunei. Proses yang sudah berjalan bertahun-tahun itu dapat terealisasi dengan acara bertajuk ”main badminton”.
Pada konteks kedatangan Modi, Indonesia berkepentingan untuk memperlancar realisasi sembilan butir kerja sama yang terbagi di manufaktur, pertambangan, farmasi, dan infrastruktur.
Di luar butir-butir kerja sama itu, Presiden meminta agar ada penurunan bea masuk produk kelapa sawit Indonesia ke India. Tingginya bea masuk komoditas itu membuat ekspor Indonesia ke India menjadi terhambat. Lewat layang-layang, barangkali semua hal yang mengganjal hubungan kedua negara dapat terurai. Semoga.