Pesan Veteran ke Generasi Muda, Pancasila yang Mempersatukan Indonesia
Oleh
Samuel Oktora
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Nilai-nilai Pancasila dan hakikat Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara perlu terus dijaga dan disosialisasikan di kalangan generasi muda. Bagi para veteran pejuang Republik Indonesia, Pancasila adalah alat pemersatu elemen bangsa yang berbeda-beda untuk mencapai satu tujuan. Untuk itu, mereka berpesan kepada generasi muda agar tetap menjaga Pancasila sebagai pemersatu Indonesia.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Bandung Patmo Notowisastro seusai Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2018 Tingkat Kota Bandung di Plaza Balai Kota, Jumat (1/6/2018), menekankan agar generasi muda tetap berpegang teguh pada komitmen bahwa Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.
”Para pendiri bangsa sudah meletakkan fondasi Indonesia dengan dasar negara, yaitu Pancasila yang mempersatukan seluruh elemen bangsa. Kita tidak boleh mengubah itu,” ucap Patmo.
Patmo menambahkan pula, pihaknya dalam mengisi kemerdekaan kini tetap fokus untuk menyosialisasikan dasar negara dan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda. Sosialisasi dilakukan di lingkungan sekolah-sekolah.
”Selama bulan Ramadhan, sosialisasi dihentikan sementara, tapi setelah Lebaran, sosialisasi kembali dilanjutkan. Ini agar generasi muda tetap berkomitmen memegang teguh Pancasila sebagai dasar negara, juga NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Sosialisasi ini penting untuk menanggulangi penyebaran paham radikal di kalangan kaum muda. Aksi terorisme yang masih muncul karena paham radikal berkembang,” ujar Patmo.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Bandung Muhamad Solihin berpendapat, peringatan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni merupakan momentum penting dalam upaya memperkokoh NKRI dengan lebih mencari persamaan, bukan mempertajam perbedaan.
”Ini momentum penting bagi kita untuk terus menjaga keutuhan NKRI dengan mencari persamaan. Jangan malah kita mempertajam perbedaan yang justru dapat memecah belah masyarakat,” kata Solihin.
Solihin mengingatkan, pendiri bangsa ini yang menetapkan Pancasila sebagai dasar negara telah memberikan contoh adanya semangat kebersamaan yang tidak mempertentangkan perbedaan.
”Para pendiri bangsa ini, walau berbeda suku, agama, dan bahasa (daerah), mereka dapat bersatu. Ini dibuktikan ketika presiden pertama RI (Soekarno) yang dipilih dari suku Jawa juga tidak ada masalah dari suku-suku yang lain. Nilai-nilai positif dari pendiri bangsa ini dan nilai-nilai Pancasila perlu terus dijaga,” ujarnya.
Solihin juga mencontohkan kerukunan yang sudah terjalin baik di Kota Bandung yang perlu senantiasa dijaga.
”Kerukunan di Kota Bandung ini sudah terjalin baik dan saya merasakan tahun 1970-an, ketika di sekolah dasar, saya bersekolah di lingkungan SD swasta, yang mayoritas adalah etnis Tionghoa, dan waktu itu di kelas cuma saya yang beragama Islam. Namun, di antara kami tidak ada yang membeda-bedakan agama dan suku. Kami tetap berteman baik dan bersahabat, bahkan sampai sekarang,” ucap Solihin.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Keluarga Besar Marhaenis Gatot Tjahyono mengatakan, 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila dari pemikiran Bapak Proklamator, Soekarno, yang telah ditetapkan oleh negara merupakan bagian sejarah panjang lahirnya dasar negara, yang merupakan landasan dan filosofi dalam membangun NKRI.
”Mari bersama-sama kita pelihara dan pertahankan NKRI secara sungguh-sungguh dan konsekuen. Jaga pula Pancasila sebagai ideologi negara dengan menjunjung kebinekaan serta tolak paham rasialis dan radikalisme yang dapat mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Gatot.
Gatot meminta mereka yang memiliki pandangan berbeda terhadap pemerintahan ini agar melakukannya melalui jalur konstitusional dan demokratis. ”Jangan melakukan berbagai cara dengan memfitnah, adu domba, serta menyebarkan kebenciaan yang dapat memecah belah masyarakat,” ujarnya.