Kawasan Gaza selatan, Sabtu (2/6/2018), dipenuhi orang yang mengantarkan Razan al-Najjar (21) ke peristirahatan terakhirnya. Perempuan muda itu tewas kala menjadi perawat sukarela di tengah unjuk rasa warga Palestina di Gaza.
Penyebab kematian Najjar adalah luka tembak di dada. Peluru dari senapan prajurit Israel merobohkan gadis yang sedang berusaha merawat para korban di tengah unjuk rasa itu. ”Dia sedang melakukan pertolongan pertama kepada pengunjuk rasa yang terluka,” demikian pernyataan resmi Komunitas Relawan Kesehatan Palestina (PMRC).
Dia sedang melakukan pertolongan pertama kepada pengunjuk rasa yang terluka.
Najjar dan tiga rekan mendapat giliran tugas pada unjuk rasa yang berlangsung pada Jumat (1/6/2018). Rangkaian unjuk rasa sejak 30 Maret 2018 itu bertujuan memprotes pendudukan Israel atas Palestina sejak perang 1948.
Perempuan muda mengenakan atribut petugas kesehatan kala bertugas. Namun, atribut itu tidak menghalangi serdadu Israel menembaki Najjar dan tiga temannya. Semua anggota tim penolong terkena tembakan tentara Israel.
Namun, hanya Najjar yang akhirnya tewas. ”Menembak petugas kesehatan adalah kejahatan perang, seperti diatur Konvensi Geneva. Kami menuntut tanggapan internasional atas pelanggaran hukum kemanusiaan oleh Israel di Gaza,” demikian PMRC dalam pernyataannya.
Najjar merupakan korban tewas ke-123 sejak unjuk rasa dihelat warga Palestina pada Maret 2018. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda unjuk rasa itu akan berakhir. ”Dia sedang memperban seorang pengunjuk rasa yang terluka saat ditembak,” kata ayah Najjar, Ibrahim Najjar.
Sementara militer Israel menyatakan sedang menyelidiki penembakan itu. Militer Israel menetapkan, setiap pengunjuk rasa Palestina yang menerobos pagar pembatas Gaza dengan wilayah Israel akan ditembak.
Sejumlah negara sudah mengupayakan respons internasional atas kekerasan Israel di Gaza. Namun, upaya itu selalu mentah. Terakhir, Kuwait mengusulkan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengecam kekerasan itu. Usulan itu gagal disahkan karena diveto Amerika Serikat.
Penyelamat
Razan al-Najjar adalah warga Khuzaa, desa dekat perbatasan Gaza. Di desa yang mayoritas penduduknya adalah petani itu, keluarga Najjar tidak memiliki penghasilan tetap setelah toko milik Ibrahim hancur oleh serangan udara Israel pada 2014.
Sejak kecil, ia ingin menjadi dokter atau setidaknya perawat. Sayangnya, ia tidak mendapat nilai cukup untuk masuk universitas. Karena itu, ia ikut pelatihan sebagai juru rawat di Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis. Selepas berlatih selama dua tahun, ia menjadi relawan di PMRC.
Ia menjadi relawan perempuan pertama di pusat unjuk rasa Khan Younis. Ia melakukannya karena ingin menunjukkan perempuan juga bisa berperan dalam berbagai bidang.
Sejak kecil, ia ingin menjadi dokter atau setidaknya perawat. Sayangnya, ia tidak mendapat nilai cukup untuk masuk universitas.
”Di masyarakat kami, perempuan sering dihakimi. Masyarakat seharusnya menerima kami. Kalau mereka tidak mau, kami akan memaksa karena kami lebih kuat daripada lelaki mana pun,” kata Ibrahim.
Kekuatan itu ditunjukkan dengan menjadi relawan kesehatan di tengah unjuk rasa. Ia berlari ke sana-sini untuk menolong pengunjuk rasa yang terluka oleh tembakan dan gas air mata Israel.
Saat bertugas, ia juga berlari di antara desingan peluru Israel dan lembaran bom molotov atau benda lain dari pengunjuk rasa. ”Saya menantang Anda menemukan orang lain yang berani melakukan itu,” katanya.
Tugas itu tetap dilakukan hingga hari terakhir hidupnya, Jumat. Pada hari terakhir hidupnya, Najjar bangun dini hari. Seperti banyak Muslim lain selama Ramadhan, ia shalat malam lalu makan sahur. Setelah shalat Subuh, ia meninggalkan rumah dan siap bertugas sebagai relawan PMRC.
”Kami memiliki tujuan, menyelamatkan kehidupan, dan mengevakuasi orang-orang. Kami juga mengirimkan pesan kepada dunia, tanpa senjata, kami bisa melakukan apa pun,” ujarnya dalam wawancara dengan The New York Times pada Mei 2018.
Kini, gadis pemberani yang percaya pada kekuatan tanpa senjata itu pergi untuk selamanya. Penyelamat nyawa itu kehilangan nyawanya oleh peluru serdadu Israel. (REUTERS/AFP)