Jalan Kepemimpinan dan Inovasi
Perbankan terus bertransformasi, mulai dari layanan konvensional hingga kini layanan digital. Demikian juga Citibank Indonesia yang pada Juni tahun ini sudah 50 tahun beroperasi di Tanah Air. Bank berjaringan global itu bertransformasi, tidak hanya secara internal, tetapi juga untuk melayani nasabah dan berkolaborasi dengan industri jasa nonbank.
Selama setengah abad berkarya di Indonesia, Citi dikenal sebagai bank yang melahirkan pemimpin-pemimpin di sektor perbankan dan nonperbankan. Untuk mengetahui perjalanan dan langkah Citi mendatang, Kompas berbincang dengan CEO Citi Indonesia Batara Sianturi, bankir yang sudah 30 tahun berkarya di Citi, baik di Indonesia maupun berbagai negara. Berikut petikan wawancara itu di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Apa makna 50 tahun kehadiran Citi di Indonesia?
Citibank berada di Indonesia sejak Juni 1968. Perayaannya akan digelar dalam berbagai kegiatan selama setahun ini. Setengah abad perjalanan, kami memaknainya Citi bukan hanya hadir di Indonesia, melainkan juga untuk Indonesia. Komitmen itu yang selama ini kami jalani dan akan kami teruskan sebagai bank yang memiliki jaringan global, yaitu turut mengembangkan perekonomian Indonesia.
Apa kontribusi Citi selama setengah abad bagi Indonesia?
Ada dua hal garis besar karya nyata kami bagi Indonesia, yaitu mencetak pemimpin, baik di sektor perbankan maupun di nonperbankan, dan inovasi. Banyak alumnus Citibank yang berkarya atau masuk sebagai jajaran direksi dan pemimpin bank di Indonesia. Ada juga alumni yang berkarya di sektor nonbank.
Di bidang inovasi, kami mengawali penggunaan mesin anjungan tunai mandiri dan kartu kredit. Kami juga mengembangkan phone banking yang pada masanya dikenal sebagai branch in the sky, yang melayani nasabah 24 jam. Dengan jaringan global yang kami miliki, kami juga menjadi jembatan transaksi dari dan ke luar negeri.
Citibank juga turut mengembangkan perekonomian Indonesia di sektor riil, salah satunya melalui Citi Peduli dan Berkarya (Peka). Citi Peka merupakan payung untuk seluruh kegiatan sosial kemasyarakatan Citi Indonesia yang didanai Citi Foundation. Citi Peka berdiri pada 1998 atau pada masa krisis moneter. Tujuannya, turut membantu memperbaiki perekonomian Indonesia yang terpuruk. Program-programnya fokus pada pemberdayaan dan penghargaan terhadap pengusaha dan lembaga keuangan mikro, peningkatan kemampuan kewirausahaan muda agar mendapatkan kesempatan ekonomi, serta pembangunan kapasitas keuangan bagi anak usia sekolah, petani, dan wanita di berbagai wilayah di Indonesia.
Di era sekarang, program itu terus berlanjut dan ditambah lagi dengan program peningkatan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia, misalnya kepada para petani, pedagang, siswa, dan seniman muda. Kami mendampingi petani di Kabupaten Indramayu untuk program inklusi dan literasi keuangan. Salah satu tujuannya agar mereka melek literasi keuangan dan mendapat akses layanan keuangan. Ketika para petani membuka rekening di sejumlah bank lain, kami tidak mempersoalkan. Yang penting bagi kami adalah turut berkontribusi terhadap peningkatan literasi keuangan di Indonesia.
Apa kunci utama Citibank bisa mencetak sumber daya manusia andal?
DNA utama Citibank adalah bankir. Namun, Citi tetap membuka kemungkinan bagi SDM menjadi beyond bankir. Kunci pertama adalah budaya. Citi memiliki budaya yang telah terbentuk sekian lama, yang pada akhirnya turut membentuk SDM. Salah satunya, Citi serius mengembangkan SDM sebagai bankir. Bankir menjadi citra utama dan jati diri yang dihidupi, mulai dari sisi nilai-nilai yang dikembangkan, profesionalitas, hingga kompetensi. Bahkan, karyawan yang menangani phone banking tidak sekadar sebagai operator. Kami meminta mereka memberikan solusi kepada nasabah sebagai seorang bankir juga.
Kunci kedua, menanamkan semangat melayani nasabah. Hal ini sangat penting, karena tanpa nasabah bank tidak akan ada. Dahulu, waktu saya di consumer banking, selalu ditekankan untuk melayani nasabah dengan sempurna dengan prinsip CPT, yaitu competent, problem free, dan timing. Artinya, bisa melayani nasabah secara kompeten, memberikan solusi yang tepat, serta dalam waktu yang cepat dan efisien.
Kunci ketiga adalah menanamkan etika kemanusiaan. Karyawan tidak hanya fokus pada nasabah, tetapi juga dilibatkan dalam program sosial perusahaan, misalnya menjadi sukarelawan melalui program Citi Peka, mendampingi petani, seniman, dan anak-anak muda.
Salah satu kekuatan Citi adalah memiliki jaringan global. Apa kontribusi Citi Indonesia terhadap perekonomian Indonesia dengan jaringan yang terintegrasi, kuat, dan luas itu?
Citibank NA Indonesia memprakarsai investasi ”Asia to Asia” untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Faktor pendorongnya adalah keterbukaan iklim investasi di Indonesia dan pesatnya perkembangan perusahaan multinasional di Asia, terutama di Korea, Taiwan, Jepang, dan China. China dan Korea telah memiliki perusahaan multinasional Alibaba dan Samsung. Adapun Taiwan dan Jepang sama-sama memiliki perusahaan yang bergerak di sektor perangkat elektronik, dan khusus Jepang otomotif.
Perusahaan-perusahaan itu kini sejajar dengan perusahaan multinasional dari Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa. Hal ini merupakan potensi investasi bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Citi Indonesia berkolaborasi dengan Citi di negara-negara Asia mendatangkan investasi ke Indonesia. Saat ini portofolio perusahaan multinasional Asia yang menjadi nasabah Citi sebesar 30 persen, padahal sebelumnya hanya 10 persen dari total portofolio perusahaan multinasional yang menjadi nasabah Citibank.
Kami juga telah menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal untuk mendatangkan investasi dari China pada 2016. MOU itu terkait dengan Prakarsa Sabuk dan Jalan Sutera baru yang diinisiasi China.
Ke depan, kami juga membuka kemungkinan perusahaan-perusahaan Indonesia menjadi perusahaan multinasional. Mereka bisa membuka atau berinvestasi ke luar negeri.
Bagaimana Citibank berkontribusi mengembangkan ekonomi digital di Indonesia?
Citi telah mengalami perjalanan setengah abad di Indonesia. Perubahan ekonomi mulai dari konvensional, analog, hingga digital turut mewarnai perjalanan itu, termasuk pergeseran atau perubahan perilaku masyarakat, terutama nasabah. Mereka semakin dimudahkan dengan teknologi informasi dan jasa layanan berbasis teknologi informasi.
Demikian juga peta perbankan, berubah dari yang semula berkompetisi, lalu berkooperasi dan berkompetisi, serta sekarang berkolaborasi. Sekarang perbankan masuk pada era kolaborasi dengan bank dan nonbank. Dengan nonbank, bank berkolaborasi dengan pelaku transportasi daring, e-dagang, jasa perjalanan digital, dan tekfin. Citibank masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital itu dan berperan sebagai penyedia jasa pembayaran, terutama menggunakan kartu kredit konvensional ataupun virtual. Kami menggunakan aplikasi pemrograman antarmuka (API) sehingga dapat terkoneksi dengan pelaku usaha digital. Kami juga menerapkan house to house solution atau mengintegrasikan pelaku jasa layanan digital satu dengan yang lain dan dengan konsumen yang membutuhkan jasa tersebut. Tujuannya, membangun dan memperkuat ekosistem ekonomi digital serta mempercepat pergerakan ekonomi melalui teknologi.