JAKARTA, KOMPAS — Setelah berita dan video gunungan sampah di Pulau Tidung Kepulauan Seribu tersebar luas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya mempercepat pengangkutan sampah keluar dari area pulau itu. Namun, pemprov juga meminta peran serta aktif warga pulau dan wisatawan untuk mengurangi produksi sampah.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kepulauan Seribu Yusen Hardiman mengatakan, kendala utama untuk menekan volume sampah yang tersisa di Pulau Tidung adalah tidak bisa masuknya kapal besar yang bisa mengangkut sampah hingga 90 ton. ”Ada batu besar di laut, dekat TPS (tempat pembuangan sampah sementara). Pada saat pasang, jarak batu dari permukaan laut tidak sampai 2 meter, apalagi saat surut,” ucapnya saat dihubungi pada Senin (4/6/2018).
Jika kapal pengangkut sampah besar dipaksakan bersandar ke Pulau Tidung, kapal terancam kandas. Karena itu, pengangkutan sampah pulau ini untuk dibawa ke Dermaga Kaliadem, Muara Angke, Jakarta Utara, mengandalkan dua kapal kecil yang masing-masing berkapasitas 10 ton sampah, yaitu kapal LB (Laut Bersih) 29 dan LB 30. Dari Kaliadem, truk sampah menunggu untuk membawa sampah dari kapal ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi.
Sampah yang tidak terangkut kapal kecil tersebut lantas terus menumpuk di pulau. Apalagi, menurut Yusen, jumlah wisatawan ke Pulau Tidung sedang meningkat sehingga memperparah tumpukan sampah. Tumpukan sampah diperkirakan 100 ton.
Pada sisi lain, waktu tempuh yang panjang juga berkontribusi pada lambatnya pengangkutan sampah. Kapal kecil melaju hanya sekitar 4-7 knot, menempuh 7 jam perjalanan dari Tidung ke Kaliadem dan butuh 7 jam lagi untuk berlayar kembali ke Tidung mengambil sampah.
Untuk itu, Sudin LH dan Kebersihan Kepulauan Seribu pada Selasa (5/6/2018) bakal mencoba strategi menempatkan kapal besar di Pulau Payung yang berjarak sekitar 9 kilometer dari Tidung, dan dua kapal kecil cukup bolak-balik Tidung-Payung karena berfungsi sebagai pengumpan kapal besar. Setelah penuh dengan angkutan sampah, kapal besarlah yang akan melaju ke Kaliadem. Perjalanan dari Tidung ke Payung tidak sampai 1 jam sehingga frekuensi pengangkutan sampah keluar Tidung ditargetkan lebih banyak.
Yusen bakal mengarahkan satu dari tiga kapal pengangkut sampah besar untuk bertugas sementara waktu di Payung. Kapal berkapasitas 90 ton sampah yang ada saat ini adalah LB 34 untuk pengangkutan sampah Pulau Untung Jawa, LB 32 untuk Pulau Pramuka dan Panggang, serta LB 33 untuk Pulau Kelapa, Kelapa Dua, dan Harapan.
Selain itu, Yusen juga mendatangkan alat berat ekskavator spider untuk mempercepat pemindahan sampah dari sampah ke truk di Kaliadem sehingga kapal bisa segera kembali ke pulau untuk menjemput sampah kembali. Selama ini, pemindahan dilakukan manual dengan tenaga manusia dan bisa menghabiskan 3 jam untuk mengosongkan muatan di kapal. Penggunaan ekskavator spider bisa mengurangi waktu pemindahan hingga 50 persennya.
Salah satu warga Pulau Tidung, Mohamad Amin (50), mengatakan, sampah menggunung sejak sepekan lalu, tetapi hanya di area TPS. Karena itu, ia tidak terlalu terganggu karena ia tinggal di RW 003 dan TPS berlokasi di RW 004, terpaut jarak sekitar 500 meter.
Namun, imbasnya, sampah di tong depan rumah Amin tidak rutin terangkut dalam sepekan ini. Padahal, gerobak motor pengangkut sampah biasa lewat setiap hari untuk memungut sampah di tong-tong. ”Alasannya, TPS penuh sehingga tidak bisa menerima sampah lagi,” kata Amin.
Meski demikian, kata Amin, petugas kebersihan pada Senin ini sudah kembali mengangkut sampah dari tong-tong di lingkungan hunian.
Yusen menambahkan, masih minimnya keikutsertaan masyarakat mengelola sampah juga menjadi faktor utama menumpuknya sampah yang mesti diangkut Sudin LH dan Kebersihan Kepulauan Seribu. Pengelolaan sampah di tingkat masyarakat yang bisa berkontribusi mengurangi timbunan sampah antara lain pemilahan sampah bernilai ekonomis untuk dijual, serta pengolahan sampah organik menjadi kompos menggunakan komposter. Pendirian dan pengelolaan bank-bank sampah pun terus didorong. (JOG)