JAKARTA, KOMPAS — Produksi dan penggunaan sampah plastik sekali pakai harus dikurangi karena jika berlebihan akan mencemari lautan, merusak kehidupan laut dan mengancam kesehatan manusia.
Hal tersebut mengemuka dalam presentasi tentang bagaimana melawan polusi plastik (#BeatPlasticPollution) yang diselenggarakan Greenhouse Cowork di Jakarta, Selasa (5/6/2018), bertepatan dengan Hari Lingkungan Dunia.
Presentasi menghadirkan pembicara Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog, Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Waste4Change, serta Project Semesta tentang solusi plastik. Juga digelar pameran The Pattern of the Biosphere.
Hari Lingkungan Dunia adalah kegiatan global yang digagas Perserikatan Bangsa-Bangsa dan merupakan acara terbesar di dunia untuk meningkatkan kesadaran tentang lingkungan hidup yang berlangsung pada 5 Juni setiap tahun. Sejak dimulai pada 1972, acara tersebut berkembang menjadi alat global untuk menjangkau publik di seluruh dunia. Tema tahun ini adalah ”Melawan Polusi Plastik”.
Viktor Kyosev, Manajer Umum Greenhouse Cowork, menyatakan, Greenhouse berkomitmen untuk mendorong kesadaran lingkungan di tempat Greenhouse beroperasi. Hari Lingkungan Dunia, menurut Kyosev, adalah cara yang cocok untuk menyebarkan kesadaran tentang penyebab rusaknya lingkungan sambil mendidik komunitas bagaimana agar dapat hidup berkelanjutan.
Hari Lingkungan Dunia adalah cara yang cocok untuk menyebarkan kesadaran tentang penyebab rusaknya lingkungan sambil mendidik komunitas bagaimana agar dapat hidup berkelanjutan.
Menurut Johanna Brismar Skoog, perlindungan terhadap lingkungan, iklim, dan lautan merupakan prioritas utama Pemerintah Swedia. Plastik di lautan adalah salah satu masalah lingkungan global yang paling serius dan Swedia telah mengambil langkah secara nasional dan internasional untuk melawan polusi plastik.
Mulai 1 Juli 2018, Pemerintah Swedia melarang produk kebersihan dan kosmetik yang mengandung mikropartikel plastik, seperti pasta gigi, lulur tubuh, dan gel mandi. Pemerintah Swedia menyambut baik usulan Komisi Uni Eropa untuk melarang penggunaan produk plastik.
Dalam survei yang dilakukan tahun lalu, dua dari tiga warga Swedia bersikap positif terhadap larangan penggunaan barang-barang plastik sekali pakai, seperti tutup cangkir kopi, peralatan makan, dan sedotan.
Sementara itu, Rasmus Abildgaard Kristensen mengatakan, Denmark fokus pada menciptakan dan melestarikan lingkungan yang bersih. ”Tradisi hijau di Denmark, termasuk kerangka kerja Ekonomi Sirkular, sangat didorong oleh perusahaan swasta. Keterlibatan yang kuat dari sektor bisnis dikombinasikan dengan kebijakan lingkungan yang ambisius telah menempatkan Denmark pada posisi terdepan dalam hal pengembangan Ekonomi Sirkular,” tuturnya.
Menurut Kristensen, memajukan Ekonomi Sirkular akan mengurangi tekanan pada lingkungan dan sumber daya alam Indonesia. Produk yang dirancang untuk digunakan kembali dan didaur ulang akan bertahan lebih lama dalam perekonomian dan jumlah limbah akan berkurang.
Denmark juga mendukung Dana Perwalian Bank Dunia untuk Limbah Laut Indonesia yang akan berkontribusi mengatasi masalah polusi plastik.