Hampir tiga tahun, 40 perajin sulam di Ninxia, sebuah provinsi otonomi khusus muslim di Tiongkok menyulam mushaf Al Quran, kitab suci agama Islam, sepanjang 450 meter. Sulaman ayat-ayat suci Al Quran di atas campuran kain satin halus dan sutera itu khusus dipersembahkan Tan Sri Lee Kim Yew, seorang penganut Khonghucu bagi umat muslim Indonesia melalui Presiden RI Joko Widodo, Senin (4/6/2018) pada peringatan Nuzulul Quran (turunnya Al Quran).
Sulaman Al Quran raksasa ini luar biasa karena proses pembuatannya memanfaatkan bahan-bahan berkualitas tinggi. Kain dasar sulamannya menggunakan campuran satin dan sutera dengan benang sulam warna-warni berbahan sutera murni.
Setiap juz sulaman Al Quran berukuran panjang 1.700 sentimeter dengan lebar 50 sentimeter, digulung menggunakan batu marmer dengan pengait tulang sapi. Masing-masing juz digulung dan ditempatkan dalam kotak kayu dengan desain khas China.
Butuh waktu lama
Proses pembuatan sulaman Al Quran ini membutuhkan waktu lama. Dalam sehari, seorang penyulam profesional hanya bisa menyelesaikan tiga baris tulisan sulaman Al Quran.
Karena itu, Aisha Li, perajin sulam tangan profesional dari Ninxia harus mengajak 40 rekannya untuk menyulam Al Quran raksasa sepanjang 450an meter itu. Tulisan Al Quran sulaman ini menyalin khat naskah tebal yang biasa digunakan dalam mushaf Pakistan.
Kerajinan sulam sudah berkembang di China sejak 2000an tahun silam. Sulam sendiri telah berkembang menjadi karya seni yang membutuhkan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
Untuk memastikan kebenaran penulisan mushaf, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin mengirim ahli tulisan Al Quran lulusan Universitas Al Azhar Mesir, Ghilmanul Wasath ke Ninxia. Dalam pengamatannya selama tiga pekan, Ghilmath hanya menemukan beberapa kesalahan kecil dalam penyulaman Al Quran yang kemudian langsung dibenahi oleh para penyulam.
"Obat Rohani"
Tan Sri Lee, seorang konfusian yang juga pengusaha asal Malaysia yang telah lama aktif dalam kegiatan lintas agama terinspirasi untuk mewujudkan pembuatan sulaman Al Quran ini. "Aku tidak bisa membaca Al Quran. Tapi, meski aku bukan orang muslim, aku percaya Al Quran merupakan \'obat\' dan \'vitamin\' rohani untuk semua orang,"ucapnya.
Nilai-nilai ajaran Islam dan Khonghucu memiliki banyak kesamaan. Seperti halnya Khonghucu, Islam adalah agama yang sangat terbuka dan toleran. Dua agama ini sama-sama mengajarkan nilai-nilai adat ketimuran seperti menghormati orang tua, menghargai sosok ibu, dan sebagainya.
Pada dasarnya, setiap agama selalu mengajarkan kebaikan. Karena itu, menurut Tan Sri Lee, jika ada orang yang memanfaatkan agama untuk menyebarkan kebencian kepada sesama, maka yang diajarkannya itu bukannlah agama.
Menurut Din yang sudah mengenal Tan Sri Lee selama 15 tahun, itikad baik rekannya menyerahkan sulaman Al Quran raksasa kepada umat muslim Indonesia melalui Presiden mengandung pesan yang kuat sekali. "Ada seorang nonmuslim tetapi tertarik pada Al Quran dan menangkap satu sisi dari Al Quran sebagai obat kehidupan," ujarnya.
Ada seorang nonmuslim tetapi tertarik pada Al Quran dan menangkap satu sisi dari Al Quran sebagai obat kehidupan.
Selama ini, Tran Sri Lee sangat aktif membantu kegiatan-kegiatan dialog lintas agama antar negara. Karena simpatinya kepada Islam, pengusaha Malaysia ini juga mendirikan lembaga Cheng Ho Multi Culture Education Trust. Cheng Ho merupakan seorang laksamana muslim asal Tiongkok yang pernah menjelajah Nusantara pada abad ke-15.
Di sela-sela Forum Dialog Islam-Khonghucu, Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia Uung Sendana mengungkapkan, sejak ribuan tahun lalu, umat Muslim dan Konfusian telah berhubungan secara harmonis. "Dalam ekspedisi, misi Laksamana Cheng Ho bukanlah menundukkan bangsa tertentu, tetapi membangun relasi antar bangsa. Cheng Ho, seorang muslim itu telah menerapkan ajaran-ajaran Konfusian," ucapnya.