Dwi Bayu Radius/Machradin Wahyudi Ritonga/Dionisius Reynaldo Triwibowo/I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS Lebaran dengan masa libur cukup panjang dikhawatirkan mendongkrak inflasi harga pangan di kota Bandung, Jawa Barat. Guna menghindari kenaikan ini, Pemerintah Kota Bandung menggelar operasi pasar murah bersubsidi.
Operasi Pasar Murah Bersubsidi dibuka Pejabat Sementara Wali Kota Bandung Muhammad Solihin di Bandung, Selasa (5/6/2018). Kegiatan ini rangkaian operasi pasar Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jabar.
“Operasi pasar ini mengacu pada pola konsumsi masyarakat jelang hari besar, di mana pembelian berlebihan sering terjadi sehingga harga melambung. Oleh karena itu, subsidi diberikan agar semua bisa menikmati produk pangan bermutu, dengan harga terjangkau,” tuturnya.
Solihin memaparkan, dalam operasi pasar ini, subsidi pemerintah terhadap produk mencapai 50 persen dari harga. Produk pangan dijual dengan paket yang terdiri dari empat komoditas, yaitu beras 5 kilogram, gula pasir 3 kg, minyak goreng 3 kg, dan daging sapi 1 kg. Subsidi ini diberikan kepada 8.250 rumah tangga miskin di kota Bandung.
Di Provinsi Banten, ruang gerak penimbun kebutuhan pokok juga berusaha ditekan dengan pasar murah di sejumlah kota dan kabupaten. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banten Babar Suharso mengatakan, pasar murah yang digelar massal menekan kemungkinan penimbun menaikkan harga.
Harga rata-rata telur ayam di Banten misalnya, kini Rp 22.000 per kg. Harga itu turun dibandingkan akhir Mei, Rp 28.000 per kg. Bahkan, harga gula pasir kini Rp 12.000 atau lebih rendah dari harga eceran tertinggi (HET), Rp 12.500 per kg. Komoditas dengan harga yang biasanya perlu diwaspadai, yakni bawang putih, juga wajar, Rp 20.000 per kg.
“Pasar murah memang diadakan sendiri-sendiri oleh berbagai instansi. Tapi, karena sifatnya massal, mereka yang menimbun kebutuhan, pikir-pikir untuk menaikkan harga," ujarnya, seusai pembukaan Pasar Ramadhan 2018 di Serang, Selasa.
Di Jakarta, 11 hari menjelang Lebaran, harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang terpantau di bawah HET yang dipatok pemerintah, yaitu Rp 8.950 per kilogram. Harga beras diprediksi bisa naik lagi setelah Lebaran.
Ketua Umum Koperasi Pasar Induk beras Cipinang (PIBC) Zulkifli Rasyid menjelaskan, harga beras jenis medium di PIBC berkisar Rp 8.285-Rp 8.500 per kg. Sementara beras jenis premium tercatat Rp 10.500-Rp 11.500 per kg. Menilik kondisi itu, harga beras di Cipinang sudah berada di bawah HET beras. ”Harga beras masih terkontrol,” ujar Zulkifli.
Ia mengatakan, harga beras berada di bawah HET, bukan karena pasokan yang berlimpah. Melainkan, lebih karena permintaan beras dari konsumen yang masih rendah.
Dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah dilaporkan, harga daging ayam ras merangkak naik di kisaran Rp 37.000 sampai Rp 40.000 per kg, dari harga sebelumnya Rp 30.000 per kg. Meski demikian, pemerintah Provinsi Kalteng mengklaim stok ayam ras mencukupi.
Nisa (32), pedagang daging ayam ras di Pasar Kahayan, mengungkapkan, ia hanya ikut-ikut pedagang lain. Biasanya ia mengambil pasokan daging ayam ras dari Pasar Besar, Palangkaraya dengan harga Rp 36.000 per kg, lalu dijual lagi Rp 40.000 per kg. "Sudah seminggu ini naik turun terus harganya, mungkin naik lagi kalau sudah dekat lebaran,” kata Nisa, Selasa.
Hal senada juga dilakukan Sarinah (51), pedagang daging ayam di Pasar Besar. Ia menjual daging ayam dengan harga Rp 37.000 per kg. “Saya beli dari daging ayam yang dikirim dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dari sana harganya sudah segitu. Untung saya hanya sedikit,” ujarnya.
Kenaikan harga ayam ras dinilai karena animo masyarakat yang tinggi jelang lebaran. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalteng Wuryanto mengungkapkan, hal itu kerap terjadi setiap menjelang lebaran baik di Kalteng maupun di seluruh Kalimantan.
“Daging ayam ras memang menyumbang inflasi tetapi masih on the track, jadi tidak terlalu tinggi inflasinya,” kata Wuryanto di sela-sela rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah di Palangkaraya, Selasa siang.
Dari data Bank Indonesia, inflasi di Kalteng meningkat dari 0,41 persen pada April 2018 menjadi 0,42 persen, Mei 2018. Dua kota yang menjadi sampel pengukur inflasi, yakni Palangkaraya dan Sampit.
Daging ayam menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar. Di Palangkaraya, daging ayam ras menyumbang inflasi sebesar 0,09 persen. Sedangkan di Kota Sampit, daging ayam menyumbang inflasi 0,18 persen.