Menanti Direksi Baru BEI yang Kredibel dan Menjunjung Transparansi
Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan surat dengan nomor S-64/D.04/2016 pada 6 Juni 2018 agar manajemen PT Bursa Efek Indonesia mengundurkan jadwal rapat umum pemegang saham tahunan menjadi tanggal 29 Juni 2018.
Dalam surat itu, disebutkan penundaan diperlukan karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih membutuhkan pendalaman lebih lanjut untuk memilih calon direksi Bursa Efek Indonesia (BEI). Surat tersebut ditandatangani Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen.
Direktur Utama BEI Tito Sulitio, di Jakarta, Jumat (8/6/2018), mengonfirmasi adanya permintaan penundaan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) oleh OJK. Dengan demikian, rapat tidak jadi digelar pada 25 Juni 2018 sesuai rencana awal.
Dalam RUPST nanti, OJK akan menetapkan direksi BEI periode 2018-2021. Empat paket calon direksi BEI telah menjalani tes uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) pada Mei 2018.
Keempat paket direksi BEI yang baru itu terdiri dari paket Laksono Widodo, Inarno Djajadi, Boyke Wibowo Mukiyat, dan Tito Sulistio.
Laksono Widodo saat ini adalah Direktur Mandiri Sekuritas. Nama kandidat anggota direksinya adalah Rudy Utomo, Direktur Utama Evergreen; Nyoman, Kepala Divisi Pencatatan BEI; Fithri Hadi, Peneliti Senior OJK; Risa Guntoro, Direktur Macquire; Arisandhi Indrodwisatio, Direktur Mirae Asset Securities; serta Adrian Rusmana, Direktur Utama Dana Pensiun Pertamina.
Laksono adalah sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia dan master of business administration dari University of Hawaii, Manoa, Amerika Serikat. Ia pernah bekerja di ING Securities Indonesia selama tahun 1999-2004.
Ia pernah menjabat Kepala Riset Ekuitas di Macquarie Securities Indonesia tahun 2004-2006, Kepala Ekuitas di Mandiri Sekuritas tahun 2006-2008, dan Direktur Ancora International tahun 2008-2009. Ia juga pernah bekerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 2009-2010 dan RBS Asia Securities Indonesia tahun 2010-2011.
Calon lainnya adalah Inarno Djajadi yang sedang menjabat Komisaris BEI. Kandidat anggota direksinya terdiri dari Anita, Direktur Utama Reliance Sekuritas; Andy Salah, Direktur Trimegah Securities; Johannes Liaw, Kepala Divisi IT BEI; Zaki Mubarak, Direktur Bosowa; John Tambunan, Direktur Citi Sekurities; serta Justisia Tripurwasani, mantan Direktur BEI.
Inarno meraih gelar di bidang ekonomi dari Universitas Gadjah Mada. Ia pernah menjadi anggota staf keuangan PT Bank Uppindo tahun 1989, Direktur PT Aspac Uppindo Sekuritas tahun 1991-1997, Direktur PT Widari Securities tahun 1999, dan Presiden Direktur PT Madani Securities tahun 2000-2003.
Ia kemudian melanjutkan karier sebagai Presiden Direktur PT KPEI tahun 2003-2009 dan Komisaris PT KPEI tahun 2013-2016. Inarno juga pernah menjabat Presiden Komisaris PT Maybank Kim Eng Securities tahun 2013-2014.
Kandidat berikutnya adalah Boyke Wibowo Mukiyat, Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Calon anggota direksinya terdiri dari Ignatius Girindro Sri Nirbito, Direktur Utama Indonesia SIPF; dan Jeffry Wikarsa, Direktur Utama PT NH Korindo Sekuritas Indonesia.
Selain itu, Boyke juga menggandeng Mas Mokhamad Sudarmaji, Direktur PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia; Kristian Sihar Manullang, Direktur PT PEI; Poltak Hotradero, Peneliti Senior Bidang Ekonomi di PT BEI; dan Susy Meilina, Direktur Utama PT MNC Sekuritas.
Boyke meraih gelar diploma marketing and business administration dari London Business School Inggris tahun 1980, sarjana akuntansi dari Akademi Jayabaya tahun 1984, dan sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia tahun 1990. Ia pernah menjabat Presiden Direktur PT Niaga Asset Management tahun 1999-2000, PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia tahun 2006-2008, dan PT Perusahaan Pengelola Aset tahun 2008-2013.
Boyke juga pernah menjadi Komisaris PT Pertamina EP Cepu tahun 2014-2015. Tahun 2014, ia menjabat Presiden Komisaris PT Rukun Raharja dan PT Jakarta Propertindo. Ia juga menjabat Presiden Direktur PT Truba Jaya Engineering dan Komisaris Independen Indika Energy tahun 2016.
Paket calon direksi BEI yang terakhir adalah Tito Sulistio, Direktur Utama BEI periode 2015-2018. Calon anggota direksinya terdiri dari Edgar Ekaputra, yang pernah bekerja di PT Danareksa, PT NC Sekuritas, dan American Express Bank Ltd; Erna Dewayani, Kepala Divisi pengembangan Investor BEI tahun 2017; serta Alpino Kianjaya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI.
Tito juga mengajak Abdul Munim, Kepala Divisi Operasional Teknologi Informasi BEI; Hasan Fawzi, Direktur Utama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI); serta Chaeruddin Berlian, Direktur Keuangan dan SDM BEI.
Tito adalah lulusan jurusan marketing dari Universitas Indonesia tahun 1982, master of accountancy and finance dari Institute d’Enseignement Superieur Lucier Cooremans, Belgia, tahun 1986, dan doktorat ilmu hukum dari Universitas Pelita Harapan. Ia bekerja sebagai Koordinator Marketing di PT Minessota, Mining, and Manufacturing (3M) Indonesia tahun 1982-1983 dan Senior Brand Manager Food & Drinks PT Unilever Indonesia tahun 1983-1989.
Ia kemudian menjabat Chief Executive Officer Penta Group tahun 1989-1994, Komisaris Bursa Efek Jakarta, PT KDEI, dan PEFINDO tahun 1992-1994, serta Komisaris Bursa Efek Surabaya tahun 1995-1998. Tito juga pernah bekerja di PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, PT Media Investor On Line, PT Media Nusantara Citra Networks, PT Media Nusantara Citra, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, dan PT Jasa Sarana.
Harapan dan tantangan
Anggota Komisi XI Fraksi PDI-P DPR, Hendrawan Supratikno, mengatakan, DPR meminta agar OJK menyeleksi calon secara transparan dan kredibel agar dapat menghasilkan direksi yang kompeten, solid, dan dipercaya pasar.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan, tantangan yang harus dihadapi direksi BEI yang baru adalah menambah likuiditas dengan meningkatkan jumlah emiten dan basis investor. Selain itu, instrumen yang diperdagangkan harus dibuat lebih bervariasi.
”Dengan demikian, volatilitas dapat diminimalkan, jumlah intermediasi oleh pasar modal lebih tinggi, dan stabilitas pasar lebih terjaga,” kata Wimboh. Ia menambahkan, BEI juga harus dipimpin dengan lebih transparan.
Tantangan yang harus dihadapi direksi BEI yang baru adalah menambah likuiditas dengan meningkatkan jumlah emiten dan basis investor.
Saat ini, jajaran direksi BEI masih diduduki Tito Sulistio sebagai direktur utama. Alpino Kianjaya menjabat Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa serta Chaeruddin Berlian sebagai Direktur Keuangan dan SDM.
Adapun Hamdi Hassyarbaini menjabat Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan, Nicky Hogan sebagai Direktur Pengembangan, Samsul Hidayat sebagai Direktur Penilaian Perusahaan, serta Sulistyo Budi sebagai Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko.