Mudik Gratis dan Nyaman bagi Penyandang Disabilitas
JAKARTA, KOMPAS – Bank Mandiri Syariah memfasilitasi 65 penyandang disabilitas mudik gratis ke berbagai daerah di Pulau Jawa, Selasa (9/6/2018). Para penyandang disabilitas dapat menikmati fasilitas ramah difabel selama perjalanan.
Bank Mandiri Syariah melalui kegiatannya Mudik Ramah Anak dan Disabilitas (MRAD), memudikkan kaum difabel dan masyarakat umum menggunakan tiga bus khusus disabilitas dan 23 bus umum. Berangkat dari kantor Mandiri Syariah di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, bus bertujuan akhir Solo, Purwodadi, dan Sukabumi.
Widodo (37) menjadi salah satu pengguna bus khusus difabel. Ini pertama kalinya bagi pegawai perusahaan percetakan ini menggunakan bus khusus disabilitas. Selama ini, ia mudik ke kampung halamannya di Solo, menggunakan bus umum di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur.
Jika menggunakan bus umum, Widodo dibopong kondektur agar bisa naik dan duduk di kursi bus. Selama 12 jam perjalanan, ia hanya bisa duduk. Jika supir bus singgah untuk beristirahat atau makan bersama penumpang lain, Widodo tetap di kursinya dan meminta tolong kepada kondektur atau penumpang lain membelikannya makanan.
“Selama ini saya mudik ikut yang umum. Tidak ada perhatian dan fasilitas, jadi hanya berharap sama orang-orang baik yang mau menolong,” kata Widodo di bus khusus disabilitas, Sabtu (9/6/2018).
“Makanya setelah saya tahu dari teman kerja ada mudik gratis menggunakan bus khusus, saya langsung daftar,” lanjut bapak dua anak ini.
Widodo merasa lebih nyaman menggunakan bus khusus difabel ini. “Setidaknya saya lebih leluasa jika ingin turun buang air dan beristirahat di rest area,” katanya sambil merapikan barang bawaannya di samping kursi roda.
Widodo naik ke bus menggunakan lift mini yang merupakan bagian dari bus. Menggunakan kursi rodanya, ia naik ke atas pelat besi yang rapat di tanah. Saat kursi roda sepenuhnya sudah berada di atas pelat, Widodo mengunci ban kursi rodanya.
Lalu operator bus menekan salah satu tombol di kendali, pelat terangkat dan sejajar dengan lantai bus. Widodo pun hanya perlu membuka kunci ban kursi roda dan memutar rodanya, sehingga ia dengan mudah masuk ke dalam bus.
Di dalam bus, Widodo mengarahkan kursinya sesuai dengan posisi besi kuning sebagai patokan di lantai bus. Setelah pas, ia mengikatkan sabuk pengaman yang yang telah tersedia ke kursi rodanya.
Penyandang disabilitas bisa memilih duduk di kursi panjang bus ini, jika tak mau di kursi roda. Kursi diposisikan lebih rendah dari kursi bus pada umumnya, sehingga penyandang difabel lebih mudah untuk berpindah dari kursi roda.
Di dalam bus juga terdapat tiga petugas khusus yang siap melayani jika penumpang mengalami kesulitan.
Selain bus khusus, pemudik difabel juga dapat menikmati tempat istirahat, toilet portabel, dan rumah ibadah yang lebih mudah mereka akses daripada mudik dengan angkutan umum. Pemeriksaan kesehatan gratis juga menjadi fasilitas yang banyak diminati pemudik difabel.
“Jarang-jarang ini bisa tes kesehatan gratis,” kata Amud (51) pemudik tujuan Purwakarta, Jawa Barat. “Nggak apa-apalah antri dulu, kan bus juga belum mau berangkat,” lanjutnya sambil menunggu tiga pemudik tunanetra di depannya yang sedang diperiksa.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia ini meliputi pemeriksaan tensi dan detak jantung. Jika ada keluhan lain, baru diperiksa khusus atau diberikan obat.
Pemudik difabel akan diantar sampai ke depan rumah masing-masing di kampung halaman. Pada Selasa (19/6/2018), mereka diberi fasilitas untuk dijemput lagi kembali ke Jakarta.
“Sebenarnya untuk balik ke Jakarta, saya bisa tidak ikut bus ini dan tinggal lebih lama lagi di kampung, tapi nanti lebih susah kalau naik bus umum,” kata Rubini (36), pengguna bus khusus disabilitas tujuan Kebumen, Jawa Tengah.
Rubini sudah tiga tahun menggunakan fasilitas yang disediakan Mandiri Syariah ini. Sebelumnya, ia menggunakan bus trip. “Kursi roda juga dapat biaya tambahan kalau naik bus umum,” lanjut penghuni Panti Sasana Bina Daksa Jakarta ini.
Rubini telah bergantung pada kursi roda sejak 2007 lalu, akibat kecelakaan di kampung halamannya. Ia pun harus bercerai dengan suaminya yang membawa anak laki-laki satu-satunya. Kini ia tinggal di panti dan belum mendapat tempat yang bisa mempekerjakannya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hadir pada pelepasan MRAD, Sabtu (9/6/2018). Ia pun mendengar langsung keluhan dari para penyandang disabilitas saat menggunakan fasilitas umum, khususnya transportasi.
Budi secara pribadi meminta maaf karena sebelumnya tidak mengetahui banyaknya kesulitan yang dihadapi kaum difabel. Tidak hanya fasilitas ketika mudik, tetapi juga saat menggunakan kendaraan umum di dalam kota.
“Saya berkomitmen mengadakan fasilitas yang lebih banyak untuk saudara kita kaum difabel,” kata Budi di hadapan para penyandang disabilitas yang akan mudik. Ia pun berjanji akan menghimbau Pemda DKI dan pihak-pihak yang berkepentingan, agar memberikan hak fasilitas umum bagi penyandang disabilitas.
Budi pun mengapresiasi Mandiri Syariah yang telah mempekerjakan delapan orang difabel, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. “Saya juga berkomitmen akan menerima delapan orang dari disabilitas,” kata Budi.