JAKARTA, KOMPAS — Kondisi lalu lintas di jalur mudik, baik di ruas jalan nasional maupun jalan tol, sampai dengan H-4 Lebaran cukup lancar dan tanpa kemacetan berarti. Meski arus mudik relatif lancar, pemerintah tetap punya pekerjaan rumah agar arus balik juga bisa seperti itu.
Menurut Ketua Harian Posko Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu Yugi Hartiman, Senin (11/6/2018), arus kendaraan sejauh ini dapat dikatakan dalam kondisi yang landai. Arus mudik pada Sabtu (9/6/2018) atau H-6 Lebaran tercatat paling padat. Dengan demikian, diperkirakan puncak arus mudik Lebaran tahun ini telah terlewati.
PT Jasa Marga juga mencatat sudah lebih dari 2 juta kendaraan pribadi yang melakukan pergerakan ke luar Jakarta melalui jalan tol dari H-8 sampai dengan H-4. Tidak berbeda dengan kondisi jalan tol, pada ruas jalan nasional juga sudah tercatat 554.473 kendaraan pribadi bergerak ke luar Jakarta. Jumlah ini juga lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu 583.989 kendaraan.
Pengamat transportasi Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, mengatakan, kelancaran arus mudik tahun ini antara lain karena pemudik memiliki banyak pilihan waktu untuk mudik. ”Waktu libur yang lama membuat pemudik memiliki waktu yang banyak untuk menentukan kapan akan mudik,” ujar Djoko.
Namun, lanjutnya, pemerintah perlu merancang antisipasi kondisi jalanan saat puncak kedua yang diprediksi terjadi pada 13 Juni mendatang.
Menurut data Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, sejak H-8 sampai dengan H-4, sudah sekitar 5 juta orang yang mudik menggunakan transportasi umum. Jika ditambah dengan pemudik yang ikut mudik bersama dan yang menggunakan kendaraan pribadi, jumlahnya mencapai 6,7 juta orang.
Jika disandingkan dengan prediksi jumlah pemudik dari pemerintah (19,5 juta orang), artinya masih ada sekitar 12,8 juta orang yang belum mudik. Dalam waktu tiga hari mendatang, kemungkinan besar 12,8 juta orang sisanya baru akan mudik.
Tak hanya pada puncak kedua mudik, Djoko juga mengharapkan pada arus balik pemerintah bisa tetap mempertahankan kondisi lalu lintas yang relatif lancar dan tidak terlalu macet seperti sekarang ini.
”Tantangannya nanti pada arus balik, kan, cuma tiga hari. Beda dengan arus mudik yang tersebar enam hari,” ujar Djoko.
Pemudik sepeda motor
Menurut data Litbang Kementerian Perhubungan, dari 554.473 kendaraan pribadi yang keluar dari Jakarta melalui jalur nasional, sebanyak 339.390 unit merupakan sepeda motor. Jumlah ini menurun 2,78 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Akan tetapi, angkanya masih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah mobil pada periode H-8 sampai dengan H-4 (pukul 18.00) yang mencapai angka 293.750.
Sepeda motor masih menjadi favorit masyarakat. Selain karena lebih fleksibel, mudik dengan sepeda motor juga dianggap murah. Hal ini diungkapkan Wawan (40). ”Pakai motor lebih murah, ke Brebes cuma isi bensin dua kali, masing-masing Rp 20.000 sekali isi,” ucapnya.
Selain karena murah, sepeda motor dianggap paling fleksibel karena pemudik tidak perlu memikirkan moda transportasi lanjutan dari terminal, stasiun, pelabuhan, atau bandara. Kondisi angkutan daerah yang menurut Djoko belum semua memadai dari segi keterjangkauan dan fasilitas membuat pemudik berpikir dua kali untuk mudik dengan transportasi umum.
Solusi
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, sepeda motor bukan kendaraan yang ideal untuk mudik.
Menurut data Kementerian Perhubungan, pada arus mudik-balik Lebaran 2017 telah terjadi 6.391.784 kecelakaan sepeda motor. ”Selama ini memang sepeda motor paling rawan. Tahun depan kami akan coba perbanyak mudik gratis untuk menekan jumlah pemudik sepeda motor,” ujarnya. (KRISTI DWI UTAMI)