JAKARTA, KOMPAS — Tingkat inflasi harga komoditas di Jakarta meningkat tajam pada Mei 2018. Akan tetapi, tingkat inflasi masa Ramadhan kali ini masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Deflasi pada harga komoditas beras dan cabai masih menjadi penyebab laju inflasi bisa ditahan.
Kepala Biro Perekonomian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati, Senin (11/6/2018) siang, mengatakan, tingkat inflasi pada Mei 2018 mencapai angka 0,45 persen. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan pada April yang tingkat inflasinya berada di tingkat 0,06 persen.
Namun, Sri menyebutkan, angka inflasi bulan Ramadhan tahun ini masih lebih rendah dibandingkan tiga tahun terakhir.
”Pada tiga tahun terakhir, pada masa Ramadhan, tingkat inflasi berada di posisi 0,49 persen. Jadi, tahun ini angka itu masih di bawah sebetulnya,” kata Sri ketika ditemui di sela-sela kegiatannya mendampingi Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ke fasilitas milik PD Dharma Jaya di Cakung, Jakarta Timur.
Sri mengatakan, laju inflasi yang tinggi ini disumbang oleh naiknya harga komoditas-komoditas pangan yang termasuk komponen bergejolak (volatile food). Komoditas yang menjadi komponen penyumbang inflasi tertinggi adalah telur ayam dan daging ayam.
Dibandingkan pada April, telur ayam berada di posisi 8,89 persen dan daging ayam lebih tinggi 5,77 persen. ”Ini seiring dengan meningkatnya permintaan bahan baku untuk pembuatan bahan baku kue,” ujar Sri.
Masih berlanjutnya deflasi pada harga komoditas bahan pangan, seperti beras, menjadi penahan laju inflasi bulan Ramadhan 2018. Sri mengatakan, deflasi ini disumbang dengan penurunan pada harga beras sebesar 1,41 persen dan cabai merah dengan angka sebesar 8,05 persen.
”Jadi, beras dan cabai merah itu yang membuat laju inflasi tidak terlalu tinggi,” lanjut Sri.
Jadi, beras dan cabai merah itu yang membuat laju inflasi tidak terlalu tinggi.
Sri mengatakan, seluruh pihak yang berada di dalam Tim Kluster Pangan Pemprov DKI terus memantau pergerakan harga bangan dan stok persediaan komoditas pangan di Jakarta. ”Kalau perlu, kami akan melakukan corrective action seperti memasok bahan pangan ke pasar,” ucapnya.
Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengatakan, penyiapan stok beras jelang masa Ramadhan dan Lebaran menjadi kunci menjaga harga beras di pasaran. Pengelola Pasar Induk Beras Cipinang tersebut mengatakan, stok beras harus berada di atas 30.000 ton di masa jelang Lebaran.
Ia mengatakan, tiga bulan lalu, persiapan untuk masa Ramadhan dan Lebaran telah dimulai dengan menambah 16.000 ton ke dalam stok penyimpanan beras Cipinang.
”Saat ini, posisi stok beras di Cipinang ada 38.000-40.000 ton, bahkan yang di gudang Food Station Cipinang masih ada 10.000 ton. Jadi, masih aman menurut saya,” kata Arief.
Angka ini tergolong aman di sisa bulan Ramadhan dan kelak pada hari Idul Fitri karena kebutuhan beras Jakarta per hari berkisar 2.500-3.000 ton.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengingatkan pedagang-pedagang di pasar untuk tidak menaikkan harga dagangannya terlampau tinggi.
”Pedagang jangan menaikkan harga terlalu tinggi walaupun cuma sebulan. Tetap ikuti ketentuan yang berlaku. Kalau tidak, kami akan tindak tegas. Nanti kami buka bazar murah di depan pasar supaya pedagang kembali ke harga eceran,” tutur Sandiaga.