"Demam" Kim Jong Un dan Donald Trump Melanda Singapura
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·3 menit baca
Rencana pertemuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Singapura, yang dijadwalkan berlangsung pada Selasa (12/6/2018), mulai dirasakan warga Singapura. ”Demam” Kim Jong Un dan Donald Trump pun melanda negeri itu.
Para pebisnis tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk meraup keuntungan dari pertemuan bersejarah dua pemimpin yang saling berseteru karena nuklir itu. Ada yang berkreasi membuat burger bertema Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), ada juga yang menjual medali ”Perdamaian Dunia”, sampai berdagang kaus bertuliskan ”Damai dari Kota Singa”.
Desas-desus terkait pertemuan Trump-Kim Jong Un pada Selasa besok telah memancing semangat kewirausahaan warga Singapura dan meningkatkan harapan dipetiknya keuntungan di sektor pariwisata.
Ada juga yang menawarkan penginapan kamar pada akhir pekan di Hotel Shangri-La Singapura dengan tarif sewa tiga kali lipat dari tarif biasanya. Hotel ini disebut-sebut sebagai tempat menginap Presiden Trump.
”Saya berpendapat bahwa karena KTT, orang mungkin menawarkan harga yang lebih tinggi,” kata Joel Lin, yang meminta harga 1.600 dollar Singapura (Rp 16,7 juta) untuk setiap kamar di Hotel Shangri-La dari dua kamar yang telah dipesannya.
The Singapore Mint pekan ini meluncurkan medali peringatan KTT. Medali yang terbuat dari emas dan perak itu mendapat respons yang luar biasa. Dengan harga 1.000 dollar Singapura (Rp 10,4 juta) untuk medali emas dan 100 dollar Singapura (Rp 1 juta) untuk medali berwarna perak, maka jika medali-medali tersebut terjual semua, keuntungan yang akan diraih sebesar 5 juta dollar Singapura (Rp 52,3 miliar).
Ditahan
Tak hanya bisnis jual beli barang-barang yang ikut menyemarakkan pertemuan Kim Jong Un dan Trump, seorang pemuda dari Australia bernama Howard X pun ikut meramaikan suasana KTT. Beberapa waktu sebelumnya Howard X yang penampilan fisiknya mirip Kim Jong Un tersebut telah tampil bergaya bak Kim di Singapura.
Namun, Jumat lalu, ia mendapatkan kejutan tak menyenangkan. Ia ditahan dan harus menjawab beberapa pertanyaan saat kembali ke Singapura untuk kedua kalinya dalam dua pekan terakhir. Howard X mengatakan, dirinya diizinkan masuk Singapura, tetapi harus menjauh dari lokasi pertemuan Kim dan Trump.
Sementara itu, sebuah restoran burger Singapura, Wolf Burgers, mengundang kedua pemimpin tersebut untuk mencoba ”Burger for World Peace”, dengan keju cheddar Amerika dan bulgogi Korea.
Restoran Meksiko Lucha Loco menjual tacos ”Rocket Man” dan ”El Trumpo”, dan para tamu restoran pun berkesempatan untuk menyantap menu Trump-Kim piñatas.
Trump dan Kim tahun lalu terlibat saling ancam soal senjata nuklir. Jadi, rencana pertemuan Trump dan Kim pun tak pernah terbayangkan akan terjadi setelah keduanya saling mengancam tersebut.
3.000 wartawan
Lebih dari 3.000 wartawan dari seluruh dunia dijadwalkan tiba di Singapura bersama dengan delegasi dan rombongan keamanan. Mereka bisa menikmati minuman di bar-bar yang menawarkan koktail soju dari Korea. Sebuah bar menamai minuman khusus pertemuan Kim dan Trump itu dengan Bromance, yakni minuman campuran bir, tequila, diet Coke dan soju.
Singapura yang tahun lalu memecahkan rekor kunjungan wisatawan internasionalnya, yakni 17,4 juta pengunjung, kemungkinan akan mengalami peningkatan belanja ritel karena KTT tersebut. Menurut TCGS-CIMB, turis yang datang ke Singapura menghabiskan rata-rata 3,5 hari dan menyumbang sekitar 1.500 dollar Singapura (Rp 15,7 juta) untuk penerimaan pariwisata secara keseluruhan.
Dengan asumsi tinggal di Singapura selama tujuh hari dan sekitar 4.000 orang datang untuk KTT tersebut, analis CGS-CIMB memperkirakan mereka bisa menghabiskan sekitar 12 juta dollar Singapura. Dewan Pariwisata Singapura telah memperkirakan penerimaan pariwisata 27,1-27,6 miliar dollar Singapura (Rp 283,4-Rp 288,6 triliun) untuk tahun ini.
Pertemuan Kim dan Trump tersebut akan makin meningkatkan penjualan tiket untuk ajang-ajang besar lainnya yang diselenggarakan di Singapura.
”Kunjungan para pejabat tinggi semacam itu akan menempatkan Singapura sebagai tujuan ideal, terutama untuk keperluan bisnis dan pertemuan-pertemuan besar,” kata Oliver Chong, Direktur Eksekutif Komunikasi dan Pemasaran Dewan Pariwisata Singapura. (REUTERS)