Rafael Nadal mempertahankan rekor sempurna di final Perancis Terbuka dengan merebut gelar juara kesebelas setelah mengalahkan Dominic Thiem.
PARIS, SABTU—Dominic Thiem menjadi pesaing berat Rafael Nadal di lapangan tanah liat. Namun, mengalahkan Nadal pada lapangan tersebut di arena grand slam bukan tugas mudah. Nadal bahkan diprediksi masih bisa menjadi jawara di Roland Garros, Paris, Perancis dalam beberapa tahun ke depan.
Petenis berjulukan ”Raja Lapangan Tanah Liat” itu mempertahankan rekor sempurna dalam final di Roland Garros dengan merebut gelar ke-11 dari sebelas kali maju ke final Perancis Terbuka. Di Lapangan Philippe Chatrier, Minggu (10/6/2018), dia mengalahkan Dominic Thiem, 6-4, 6-3, 6-2.
Di antara anggota tim yang menyambut kemenangan Nadal di tribun adalah Toni Nadal, sang paman yang melatihnya sejak kecil hingga 2017. Toni yang saat ini fokus mengurus Akademi Tenis Rafa Nadal di Mallorca, Spanyol, turut menemani Nadal saat berlatih sebelum melawan Thiem. Nadal melatih pukulan melawan pelatihnya saat ini, Carlos Moya.
Dengan gelar itu, Nadal menyamai prestasi Margaret Court sebagai petenis dengan gelar terbanyak pada satu arena grand slam, yaitu 11 gelar. Selain 2018, Nadal juara pada 2005-2008, 2010-2014, dan 2017. Adapun Court juara Australia Terbuka pada 1960-1966, 1969-1971, dan 1973.
Dalam final yang berlangsung 2 jam 42 menit, penampilan Nadal dan Thiem sebenarnya cukup imbang. Thiem bermain agresif dengan taktik servis dan voli, serta mengembalikan servis dari Nadal sekencang mungkin.
Nadal juga tak selalu berada di baseline seperti yang selalu dilakukannya. Dia berusaha memotong forehand kencang Thiem dengan maju ke dekat net atau menempatkan bola dengan drop shot saat Thiem berada di belakang lapangan.
Pembeda di antara penampilan keduanya adalah faktor kesalahan yang dilakukan. Servis Thiem pada gim ke-10 set pertama, misalnya, dipatahkan Nadal karena empat kesalahan Thiem. Dua di antaranya ketika bola dari pukulan half volley yang tak bisa menyeberangi net. Total, Thiem melakukan 42 kesalahan, 18 lebih banyak dari Nadal.
Masa sulit
Nadal menjuarai Perancis Terbuka, serta ATP Masters 1000 Monte Carlo, Roma, dan ATP 500 Barcelona, setelah melalui masa sulit pada awal musim. Dia absen dari turnamen selama tiga bulan, setelah mundur saat bertanding pada perempat final Australia Terbuka, Januari, karena cedera pinggul. Keputusan mundur dari beberapa turnamen, termasuk ATP Masters Indian Wells dan Miami, memunculkan keraguan tentang penampilannya ketika kembali ke lapangan.
Namun, saat musim kompetisi tanah liat dimulai pada April, Nadal ”hidup” kembali. Dari lima turnamen, empat gelar diraih. Dia pun memperkokoh statistik kemenangannya dalam pertandingan best of five sets di lapangan tanah liat dengan 98,2 persen kemenangan. Dari 113 pertandingan, Nadal hanya kalah dua kali. Di Roland Garros, catatan menang-kalah Nadal 86-2.
Selain forehand dengan heavy top spin, yang membuat bola berputar dengan cepat hingga sulit dikembalikan, backhand silang, kemampuan berseluncur di licinnya lapangan yang terbuat dari pecahan batu bata tersebut, motivasi Nadal tak pernah hilang meski cedera berkali-kali mengganggu perjalanan kariernya.
Mantan petenis Robin Soderling, yang mengalahkan Nadal pada babak keempat Perancis Terbuka 2009, memuji kemampuan Nadal mempertahankan motivasinya. ”Luar biasa. Saya sangat terkesan ketika melihatnya selalu punya keinginan untuk juara. Rasa laparnya untuk juara bahkan semakin besar daripada saat meraih gelar pertama. Dia tak pernah kehilangan motivasi,” kata Soderling.
Soderling dan Juan Martin Del Potro, yang dikalahkan Nadal pada semifinal, memperkirakan, dengan motivasi seperti itu Nadal masih bisa menjadi jawara di Roland Garros dalam beberapa tahun mendatang, dengan syarat tak terganggu cedera.
Pelatih Thiem Guenter Bresnik memuji etika kerja petenis berusia 32 tahun itu. Menurutnya, kemampuan Nadal mempertahankan konsistensi permainan pada level tinggi karena dia memperlakukan latihan sama pentingnya dengan pertandingan. "Konsistensi penampilan dalam level tinggi untuk waktu yang lama tak akan didapat jika tidak terbiasa dalam latihan," kata Bresnik kepada The New York Times. (AP/REUTERS)