MOSKWA, SELASA — Tim nasional Rusia mendapat tekanan besar sebagai tuan rumah untuk melaju sejauh mungkin di Piala Dunia 2018. Rusia akan melakoni partai pembuka melawan Arab Saudi di Stadion Luzhniki, Moskwa, Kamis (14/6/2018) pukul 22.00 WIB. Laga itu mempertemukan dua tim berperingkat terendah FIFA dalam turnamen sepak bola terakbar sejagat itu.
Dikutip dari situs FIFA, Rusia yang dilatih eks kiper nasional Stanislav Cherchesov itu menduduki ranking ke-70 dunia. Sementara Arab Saudi, yang dilatih Juan Antonio Pizzi, ada di ranking ke-67. Keduanya tergabung di Grup A yang juga terdapat Uruguay (ranking ke-14) dan Mesir (rangking ke-45).
Rusia dan Arab Saudi akan bentrok di Luzhniki yang berkapasitas 80.000 kursi. Masalahnya, Rusia sudah delapan bulan tidak meraih kemenangan menghadapi tim-tim dunia. Kemenangan terakhir kali diraih dari Korea Selatan dengan skor 4-2 pada 7 Oktober 2017 di laga persahabatan internasional.
Setelah keunggulan itu, skuad ”Sbornaya” melakoni tujuh laga uji coba dengan hasil tiga kali seri dan empat kali kalah. Laga terakhir yang dijalani menjamu Turki di Moskwa berakhir dengan skor 1-1, sepekan lalu.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan, pemerintahan telah menghabiskan lebih dari 13 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 182 triliun untuk membiayai persiapan dan pelaksanaan Piala Dunia. Besarnya biaya yang telah dikeluarkan jelas membuat timnas Rusia dituntut memperlihatkan kemajuan atau tidak kalah dengan Uruguay dan Mesir.
”Sejauh menyangkut tim, saya harus mengakui fakta bahwa sayangnya tim kami belum mencapai hasil besar,” kata Putin. Rusia pertama kali berpartisipasi di Piala Dunia pada edisi 1958. Capaian terbaik tim ini saat masih bernama Uni Soviet, yakni urutan keempat (semifinal) di perhelatan 1966 di Inggris.
”Semua penggemar dan pencinta sepak bola di Rusia berharap tim menjaga martabat dan kehormatan bangsa ini dengan menunjukkan sepak bola modern, menarik, dan berjuang sampai akhir,” ujar Putin.
Kiper sekaligus kapten Rusia, Igor Akinfeev, pilihan utama sedasawarsa terakhir, dalam kesempatan wawancara terpisah, mengatakan, timnya harus bermain agresif dan pantang menyerah. Mereka harus mampu menunjukkan semangat juang bangsa Rusia yang amat terkenal sulit dikalahkan dan mampu memenangi ”pertarungan” hidup di alam yang keras. ”Tim harus berani bermain keluar dan menyerang,” kata Akinfeev.
Sebelum seri melawan Turki, mereka kalah dari Austria 1-0 pada 30 Mei lalu. Melawan Austria, Rusia tidak satu pun mampu melesatkan tembakan yang tepat sasaran. Jika kembali mengulangi performa seperti laga kontra Austria itu, pertandingan melawan Arab Saudi, Mesir, apalagi Uruguay, tidak akan berpeluang baik.
Pernyataan Akinfeev jelas patut didengar oleh rekan-rekannya, bukan sekadar karena dia merupakan pemimpin alias kapten, melainkan karena dia telah bermain lebih banyak dibandingkan dengan kiper legendaris Lev Yashin dan Rinat Dasayev.
Di sisi lain, Rusia tak boleh bergantung pada penampilan Akinfeev (32) yang bersama CSKA Moskwa telah bermain di 43 laga Liga Champions dalam kurun sebelas tahun dan selalu kebobolan. Artinya, Akinfeev butuh dukungan barisan pertahanan yang solid.
Sebagai senjata menyerang, Rusia boleh jadi pincang setelah kehilangan Alexander Kokorin (Zenit St Petersburg) akibat cedera lutut. Ketidakhadiran Kokorin menambah panjang daftar pemain yang absen membela negara itu, yakni duo bek Georgi Dzhikiya (Spartak Moskwa) dan Viktor Vasin (CSKA Moskwa).
Rusia bertumpu pada duet penyerang Fyodor Smolov (Krasnodar) dan Artem Dzyuba (Arsenal Tula). Keduanya juga memerlukan serangan kreatif dari gelandang Denis Cheryshev (Real Madrid) yang kembali ke timnas setelah dua tahun tidak dipanggil. (AFP/REUTERS)