SEOUL, SELASA — Korea Selatan berharap dialog antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjalan sukses dan lancar. Kesuksesan dialog itu penting bagi upaya denuklirisasi Korea Utara.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel Eugene Lee mengatakan, negaranya sangat berharap Korut dan AS saling menghormati dan saling mengerti selama pertemuan. ”Pemerintah kami akan bekerja sama dengan organisasi internasional dan menjaga upaya berkelanjutan untuk mewujudkan denuklirisasi di Semenanjung Korea dan menciptakan perdamaian abadi,” ujarnya, Senin (11/6/2018) di Seoul.
Korsel dinyatakan bekerja keras untuk mewujudkan pertemuan Kim-Trump yang akan berlangsung Selasa (12/6/2018) di Singapura. Terobosan itu pentiing karena Korut tidak akan menghentikan program nuklirnya bila merasa keamanannya tidak terjamin. Padahal, denuklirisasi penting bagi perdamaian dua bangsa yang awalnya bersatu, lalu terpecah pada perang saudara 1950.
Pertemuan itu juga memuaskan Kim Hong-gul, putra mantan Presiden Korsel Kim Dae-jung, yang merupakan pendorong dialog Korsel-Korut setelah kedua bangsa saling bermusuhan selama puluhan tahun. Salah satu ambisinya adalah mewujudkan perdamaian Korsel-Korut. ”Ayah saya akan sangat bahagia jika pertemuan itu bisa mewujudkan perdamaian abadi,” ujar Kim Hong-gul.
Meski banyak dicela, Kim Dae-jung bisa menggelar dialog Korsel-Korut untuk pertama kalinya sejak perang 1950. Semasa muda, Kim Dae-jung ikut berperang dengan kubu komunis yang kemudian menguasai Korut.
Pengalaman masa muda tidak membuatnya kehilangan keyakinan kedua negara harus berdialog dan berdamai. Ia bersikukuh, tidak boleh ada perang lagi di Semenanjung Korea. Kim Dae-jung juga meyakini nasib Korsel-Korut harus ditentukan sendiri, bukan oleh negara besar di luar kedua negara itu.
Keyakinan itu menjadi pemicunya mendorong dialog Korsel-Korut pada 2000. Atas keberhasilannya mendorong dialog, ia mendapat Nobel Perdamaian. (AP/REUTERS)