CIKAMPEK, KOMPAS — Laporan media soal arus mudik yang cenderung lancar membuat sebagian pemudik memilih hari keberangkatan yang lebih dekat dengan hari H Lebaran. Namun, hal ini diperkirakan bakal membuat kepadatan arus mudik kembali mencapai puncaknya di H-2 Lebaran atau Rabu (13/6/2018).
Wati (58), pemudik asal Magelang tujuan Bekasi, memilih untuk mudik pada H-3 karena melihat arus mudik yang cenderung lancar pada H-6 lalu, Selasa (12/6/2018). ”Setahu saya, kan, puncak arus mudik sudah waktu H-6 kemarin. Selain itu, saya lihat di berita arus mudik kali ini cenderung lancar. Jadi, saya berani berangkat mepet,” ujarnya.
Bersama keluarganya, Wati berangkat dari Magelang pada pukul 06.00 dan tiba di Kilometer 52 Cikampek pukul 14.25. ”Ini termasuk cepat. Biasanya makan waktu sampai 11 jam atau 12 jam. Sekarang cuma tujuh jam,” kata Wati.
Di jalan tol yang lengang, mobil yang ditumpanginya dipacu hingga 100 kilometer per jam. ”Pokoknya waktu dapat jalan yang sepi, ya, langsung tancap gas,” katanya.
Sama halnya dengan Wati, Santo (48), pemudik asal Bandung tujuan Sumatera Selatan, juga memilih untuk menggeser rencana keberangkatannya lebih dekat dengan hari H Lebaran.
”Saya lihat di televisi arus mudik cenderung lancar sehingga saya pilih berangkat H-3. Biasanya, sih, berangkat jauh-jauh hari karena takut macet, tetapi sekarang enggak lagi takut terjebak macet,” katanya.
Tren pemudik semacam ini telah diwaspadai dinas perhubungan. Petugas Jaga Posko Dinas Perhubungan di Km 73 Cikopo, Kepala Seksi Operasional Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP) Budiman mengatakan, ”Saat ini puncak arus mudik diprediksi terjadi pada dua periode, H-6 dan H-2.”
Budiman mengatakan, antusiame masyarakat untuk menjajal jalan tol yang kini menghubungkan Jakarta dan Surabaya memang tidak bisa dibendung. ”Semua orang ingin tahu seberapa cepat mereka bisa sampai ke tempat tujuan dengan melewati jalan tol,” katanya.
”Tahun ini pemerintah melakukan berbagai strategi guna memecah kepadatan arus mudik yang biasanya terjadi pada H-2,” kata Budiman. Ia mengatakan, jadwal libur yang lebih panjang dari tahun sebelumnya, penggunaan Tol Trans-Jawa dan program mudik gratis cukup efektif memecah arus mudik pada tahun ini.
”Soal mudik gratis, selain untuk mengurangi kemacetan juga ditujukan untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas yang rawan dialami oleh pemudik sepeda motor,” kata Budiman.
Ia mengimbau kepada pemudik, khususnya yang melewati jalan tol, untuk tetap waspada dan menggunakan tempat beristirahat yang telah disediakan. ”Jalan tol yang relatif lancar rawan membuat pengemudi mengantuk saat melaju dengan kecepatan tinggi,” katanya.
Pantura terpadat
Pantauan di lapangan pada pagi hingga sore hari, tuas tol Jakarta-Cikampek ramai lancar. Di beberapa titik, contohnya di Km 35-37 dan Km 62-65, kepadatan sempat terjadi selama lebih kurang 20 menit. Namun, di tengah kepadatan yang terjadi, kendaraan pemudik masih bisa melaju dengan kecepatan sekitar 20-40 kilometer per jam.
Berdasarkan Tabulasi Data Arus Lalu Lintas dan Laka Lantas Operasi Ketupat Lodaya 2018 Polda Jabar, jalur pantai utara masih jadi jalur terpadat. Data itu menunjukkan, hingga H-4, sejumlah 567.875 kendaraan melintas di jalur pantura. Artinya, sekitar 52 persen pemudik lebih memilih jalur pantura untuk menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Data tersebut juga menunjukkan kepadatan arus mudik terbagi merata mulai dari H-7 hingga H-4. Per harinya sekitar 200.000 kendaraan pemudik melintas dari arah Jakarta melewati Jawa Barat. Puncak kepadatan terjadi pada H-6 saat 295.921 kendaraan pemudik melintasi jalur pantura, tengah, dan pantai selatan. (PANDU WIYOGA)