Rafael Nadal menangis setelah menerima Coupe de Mousquetaires dari juara Perancis Terbuka 1953 dan 1968, Ken Rosewall. Gelar juara di Roland Garros, Paris, untuk ke-11 kalinya itu mempertegas dominasi "Raja Lapangan Tanah Liat" di "istananya".
"Ini adalah momen spesial. Apalagi ketika penonton bertepuk tangan untuk saya selama satu atau dua menit. Perasaan saya sangat sulit digambarkan, sangat emosional," kata Nadal setelah mengalahkan Dominic Thiem, 6-4, 6-3, 6-2, pada final yang berlangsung di Lapangan Philippe Chatrier, Roland Garros, Minggu (10/6/2018).
Gelar itu menambah koleksi gelar juaranya menjadi 79. Sebanyak 57 di antaranya, atau 72 persen, didapat dari lapangan tanah liat. Khusus di Perancis Terbuka, statistik menang-kalahnya adalah 86-2.
Meski telah 10 kali menjuarai Perancis Terbuka sebelum datang ke Roland Garros pada tahun ini, Nadal mengatakan, selalu ada celah untuk tampil lebih baik dibandingkan sebelumnya. "Kita selalu bisa berkembang, tak ada batasan untuk itu. Kita tak akan pernah tahu hingga di mana batas kemampuan kita," kata Nadal dalam laman resmi Asosiasi Tenis Profesional (ATP).
Prinsip itulah yang membuat Nadal sulit ditaklukkan di lapangan tanah liat, terutama pada pertandingan berformat best of five sets. Dengan format ini, seorang petenis harus memenangi tiga set dari maksimal lima set.
"Banyak yang mengatakan, mengalahkan Rafa dalam lima set di tanah liat adalah tugas yang paling sulit dilakukan dalam dunia olahraga, tidak hanya dalam tenis. Saya setuju dengan pendapat itu," kata pemegang tujuh gelar juara grand slam, John McEnroe kepada BBC.
"Saya bermain pada era persaingan yang berat karena ada Bjorn Borg. Tetapi, Nadal telah melampaui pencapaian Borg," lanjut McEnroe merujuk pada enam gelar juara Perancis Terbuka milik Borg, pada era 1970 hingga awal 1980-an, yang telah dilewati Nadal.
Ada beberapa faktor yang membuat Nadal sangat dominan di lapangan yang terbuat dari pecahan batu bata itu. Salah satunya adalah kesabaran dan konsistensi.
Tanah liat adalah jenis lapangan dengan karakter lebih lambat dibandingkan dengan lapangan keras dan lapangan rumput. Ini menuntut petenis harus bekerja lebih keras untuk mendapat poin. Mereka juga harus lebih sabar dan konsisten karena perebutan setiap poin di tanah liat cenderung berlangsung lebih lama.
Nadal punya kesabaran dan konsistensi dalam permainan reli lebih dari 10 pukulan. Semakin lama reli berlangsung, semakin nyaman Nadal bermain dan semakin frustasi sang lawan.
Dengan permainan yang cenderung lebih lama, atlet pun dituntut memiliki kondisi fisik prima dan kecerdikan dalam menerapkan taktik. Nadal juga punya kedua syarat itu.
"Dia sangat agresif, tetapi juga bisa sabar saat dia harus sabar menanti momen meraih winner. Dia bisa membuat lawan berada pada posisi sulit untuk mengembalikan pukulan dengan sudut lebar, lalu memanfaatkan situasi itu untuk mendapat poin," kata Michael Chang, juara Perancis Terbuka 1989.
Kemampuannya menempatkan bola dalam sudut lebar itu tak lepas juga dari cara bermain dengan lengan kiri. Sebagai petenis yang sebenarnya bukan seorang kidal, backhand silang menjadi salah satu pukulan senjatanya.
Karena bermain dengan lengan kiri pula, Nadal bisa menempatkan slice serve dengan sudut lebar ke arah backhand lawan. Ditambah dengan pantulan bola yang tinggi di lapangan tanah liat, bola pun sulit dikembalikan.
Tak hanya pada servis pertama, Nadal pun bisa menghasilkan banyak poin dari servis kedua. Seperti dikutip BBC, jurnalis tenis Amy Lundy membuat analisis tentang servis kedua Nadal selama beberapa tahun terakhir. Sebanyak 66 persen servis kedua Nadal bisa menghasilkan poin. "Untuk sebagian besar petenis profesional, persentase di atas 50 persen dari servis kedua bisa dinilai bagus," kata Lundy.
Jenis pukulan lain yang menjadi ciri khas Nadal dan banyak menghasilkan poin adalah top spin forehand dengan gaya seperti melepar laso. Pukulan dengan akhiran memutar lengan di atas kepala ini menghasilkan pukulan dengan putaran bola yang cepat, pantulan tinggi, dan sudut lebar. Pantulannya terkadang lebih tinggi dari bahu lawan.
"Saya mencoba berbagai cara berbeda untuk mengalahkan Nadal di tanah liat, seperti mengubah backhand, mengubah taktik. Tetapi, dia selalu punya jawabannnya," kata Roger Federer yang hanya bisa dua kali mengalahkan Nadal dari 15 pertemuan di lapangan tanah liat.
Dengan kemampuan itu, ditambah motivasi untuk juara yang tak juga luntur, Juan Martin Del Potro dan mantan petenis, Robin Soderling, menilai, Nadal masih bisa menjuarai Perancis Terbuka dalam beberapa tahun mendatang.
"Dalam olahraga diperlukan seseorang yang punya keinginan untuk selalu tampil baik dibandingkan sebelumnya. Ketika berada di dunia olahraga tanpa hasrat untuk semakin baik, olahraga akan kehilangan esensinya," kata Nadal.