YULVIANUS HARJONO & HERPIN DEWANTO PUTRO dari Moskwa, Rusia
·4 menit baca
KHIMKI, KOMPAS – Tim nasional sepak bola Peru tiba di Rusia dengan semangat juang tinggi menatap babak penyisihan Grup C Piala Dunia 2018. Meskipun dianggap tim “kurcaci” karena rata-rata postur tubuh pemain yang pendek, pasukan “Inca” bertekad mengalahkan “raksasa” Denmark dalam laga perdana mereka di Arena Mordovia, Saransk, Sabtu (16/6/2018) .
Semangat dan euforia Peru itu terlihat dalam latihan perdana mereka di Rusia, Senin (11/6/2018) di Arena Khimki, Ulitsa Kirova. Stadion yang berada di barat laut Moskwa, ibukota Rusia ini, diramaikan ratusan jurnalis dan suporter timnas Peru. “Setelah 32 tahun absen (di Piala Dunia), kami akhirnya bisa kembali. Ini masih terasa seperti mimpi,” tutur Edward Olarte, warga Amerika Serikat kelahiran Peru, ditemui di kawasan itu.
Seperti dikatakan Olarte, yang datang sejak jauh-jauh hari dari AS, warga Peru dan keturunannya sangat merindukan penampilan timnas mereka di Piala Dunia. Kali terakhir tim Inca tampil di turnamen sepak bola akbar itu adalah pada 1982 silam di Spanyol.
“Warga di Peru menggila ketika mengetahui timnas kami lolos ke Rusia. Ada kenalan saya yang rela menjual rumahnya hanya demi menyaksikan timnas kami tampil di Rusia,” tutur Steve Romero, jurnalis asal Peru, menggambarkan euforia warga Peru.
Para fans Peru yang datang ke Rusia ini tidak henti-hentinya berteriak menyemangati pasukan Inca dalam latihan resmi mereka, kemarin. Sebagian membawa bendera raksasa dan atribut khas timnas Peru yang berwarna merah menyala. Latihan yang dibuka untuk publik itu diikuti oleh seluruh atau 23 anggota skuad timnas Peru, termasuk striker gaeknya, Paolo Guerrero.
Kapten Peru yang baru saja mendapatkan dispensasi atau penundaan skorsing akibat kasus doping itu menjadi pusat atraksi dari latihan itu. Setiap kali Guerrero menguasai bola, fans Peru yang duduk di tribune Arena Khimki meneriakkan namanya. “Ia ibarat saudara yang sempat menghilang. Kini, tim kami lebih kuat dengan kehadirannya,” ujar Olarte yang sangat senang menyaksikan latihan timnas Peru.
Intensitas tinggi
Pada latihan itu, Pelatih Peru Ricardo Gareca Coach menggenjot latihan menyerang cepat. Ke-23 pemain Peru, yang dibagi ke dalam dua tim, saling bertanding dalam laga mini setengah lapangan. Menurut Renato Tapia, pemain timnas Peru, mereka langsung berlatih dengan intensitas tinggi meskipun baru menginjakkan kaki di Rusia, Minggu (10/6/2018).
“Kami berlatih keras untuk menunjukkan kemampuan terbaik kami saat menghadapi Denmark nantinya. Denmark memang memiliki sejumlah pemain hebat yang punya teknik tinggi dan cepat seperti Christian Eriksen. Namun, kami tidak takut. Kami punya kolektivitas dan semangat,” ujar Tapia dalam wawancara di mixed zone seusai latihan itu.
Tapia mengakui, tantangan Peru untuk lolos dari penyisihan Grup C sangat sulit. Selain Denmark, grup itu dihuni tim-tim dengan pemain-pemain raksasa lainnya, yaitu Australia dan Perancis. Peru adalah tim dengan rata-rata pemain terpendek kedua di Piala Dunia Rusia setelah Jepang (178,1 cm). Tinggi rata-rata pemain Peru yaitu 178,3 cm, sedangkan Denmark 185 cm.
Meskipun sangat berbeda postur tubuh, Tapia berkata, timnya punya senjata rahasia untuk mengejutkan Denmark nantinya. “Apa strateginya? Tentu saja itu rahasia. Kita lihat saja nanti,” ujarnya kemudian.
Romero, yang lama mengikuti sepak terjang Peru, berkata, kecepatan dan kolektivitas bakal menjadi kekuatan tim ini dalam upayanya mengimbangi Denmark dan tim kuat lainnya, yaitu Perancis, di penyisihan grup C. “Tim kami akan mencoba bermain cerdik, dari kaki ke kaki,” ujarnya.
Serangan Perancis
Di Stadion Glebovets, Moskwa, kemarin, tim nasional Perancis juga memulai latihan perdana. Skuad "Les Bleus" tampak bersemangat dalam latihan ini meski diguyur hujan deras.
Bintang muda Perancis, Kylian Mbappe, bahkan terlihat terus bercanda dengan Florian Thauvin sejak awal latihan. Hanya beberapa pemain seperti Olivier Giroud, yang sempat mengalami cedera pada bagian kepala saat beruji coba melawan Amerika Serikat, tampak berlatih serius.
Setelah melakukan pemanasan. Pelatih Perancis Didier Deschamps membagi tim menjadi dua untuk menjalankan simulasi pertandingan. Setiap tim berusaha membangun serangan dari belakang secara cepat dengan satu sentuhan. Dalam hal ini, gelandang Paul Pogba tampak menonjol. Apalagi pemain Manchester United ini diduetkan dengan Blaise Matuidi.