Vatutinki, ”Benteng” Terpencil Jerman di Rusia
Tim nasional Jerman harus segera melupakan Campo Bahia, kompleks hotel butik tepi pantai yang menjadi markas mereka saat Piala Dunia Brasil 2014. Pada Piala Dunia Rusia 2018, skuad ”Der Panzer” memilih markas yang terpencil untuk mempertahankan gelar.
Di Campo Bahia, empat tahun lalu, cuaca hangat bermandikan sinar matahari, dikelilingi pohon palem dan berpasir putih di tepi Samudra Atlantik, membawa kenangan indah bagi Jerman yang akhirnya menjuarai Piala Dunia.
Kini, keseharian dengan nyiur melambai, angin pantai yang segar, desiran ombak, dan kicau camar yang turut mewarnai aktivitas dan sesi latihan sampai istirahat itu harus dilupakan.
Piala Dunia 2018 di Rusia jelas berbeda dengan Brasil. Di negeri ”Beruang Merah”, Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) memutuskan untuk menjadikan Vatutinki Hotel Spa Complex sebagai ”Campo Bahia” kedua. Kompleks hotel yang berjarak 40 kilometer barat daya Moskwa itu dikelilingi hutan dan ”terisolasi”.
Suhu dan iklimnya jelas berbeda dibandingkan Campo Bahia yang hangat di pinggir laut. Vatutinki berada di daratan Rusia yang lebih dingin. Penginapan bukan berupa bungalo-bungalo tropis nan cantik, melainkan gedung menjulang megah, berfasilitas lengkap, dan mewah. Sesi latihan di lapangan hotel itu dikelilingi dinding beton tebal dan tinggi yang sudah pasti untuk mencegah mata-mata tim lawan mengintip.
Pelatih Timnas Jerman Joachim Loew mengatakan, pengalaman di Campo Bahia amat berkesan dan indah. Kompleks tepi pantai itu membuat para pemain tenang dan dapat berlaga sepanjang turnamen dengan luar biasa, termasuk mengempaskan tuan rumah Brasil di semifinal dengan skor amat telak, 7-1. ”Campo Bahia adalah oase yang tenang dan indah,” katanya.
Untuk itu, diharapkan kondisi serupa bisa didapat timnya di Vatutinki meski sudah jelas perbedaannya mencolok. Anggota skuad pun diminta tak mempermasalahkan perbedaan tersebut. ”Sekarang kami memiliki kondisi yang berbeda. Kami harap tidak turun hujan sepanjang waktu,” ujar Loew.
Direktur Timnas Jerman Oliver Bierhoff mengatakan, DFB memilih Vatutinki yang terisolasi untuk menjalani turnamen di Rusia. ”Kami datang ke sini untuk mempertahankan gelar dengan menjadi juara, bukan untuk melihat pemandangan indah,” kata pemain yang mengantar Jerman menjuarai Piala Eropa 1996 di Inggris itu.
Namun, masalah mungkin muncul ketika ”benteng” mereka yang terpencil dan terisolasi itu membuat skuad kesulitan untuk menangkap imajinasi guna mendorong kekuatan terbaik mereka. ”Vatu apa?” kata penyerang Mario Gomez saat ditanya sebulan lalu tentang nama kompleks kediaman tim selama di Rusia.
Kami datang ke sini untuk mempertahankan gelar dengan menjadi juara, bukan untuk melihat pemandangan indah.
Vatutinki juga bukan Sochi yang berada di tepi Laut Hitam yang indah dan hangat bermandikan sinar matahari. Di sana, Jerman sukses menjuarai Piala Konfederasi 2017 Rusia. Sochi hanya persinggahan Jerman untuk menghadapi Swedia di laga kedua penyisihan Grup F nanti.
Tiada lagi menonton atraksi lumba-lumba di Sochi atau menikmati kehangatan Laut Hitam. Skuad Jerman harus lapang dada melewati hari-hari di turnamen dalam gedung mewah yang dikelilingi hutan.
Bierhoff mengakui, dirinya bersikeras tiada alternatif tempat tinggal bagi skuadnya selama di Rusia. Logistik adalah alasan utama mengapa DFB memilih dekat Moskwa sebagai benteng mereka selama ”berperang” di Rusia. Tim tak akan terganggu oleh perjalanan karena jarak dari Vatutinki ke stadion hanya 45 menit. Perjalanan ke bandara terdekat juga hanya 30 menit.
Jerman akan memulai kampanye di Piala Dunia 2018 dengan melawan Meksiko di Stadion Luzhniki, Moskwa, Minggu, 17 Juni, pukul 22.00 WIB. Jerman berharap juga dapat kembali ke stadion tersebut dan berjaya di partai final nanti.
Di laga kedua penyisihan Grup F, mereka akan menghadapi Swedia di Stadion Fisht, Sochi, Minggu (24/6/2018) pukul 01.00 WIB. Adapun partai ketiga kontra Korea Selatan di Kazan Arena, Kazan, digelar Rabu, 27 Juni, pukul 21.00 WIB.
Jika mereka melalui turnamen dengan sukses, Jerman akan bermain dua kali lagi di Moskwa, yakni semifinal dan final. Jika itu terjadi, mereka ingin menempuh perjalanan minimum yang tak akan menguras energi.
Vatutinki juga dekat dengan fasilitas pelatihan CSKA Moskwa yang akan mereka gunakan selama Piala Dunia. Jerman tampaknya mengambil pelajaran dari kegagalan di Piala Eropa 2016 di Perancis. Salah satunya, mereka berkediaman di Evian yang mewah dan indah di dekat Danau Geneva, tetapi berjarak dua jam perjalanan dari bandara terdekat.
Di Vatutinki, 72 kamar tersedia untuk pemain, pelatih, dan staf. Di fasilitas tersebut, mereka bisa memanjakan diri di kolam renang, spa, pusat kebugaran, dan ruang-ruang khusus sesuai kebutuhan tim. Jerman juga membawa guru yoga sendiri, yakni Patrick Broome, yang telah menemani timnas di turnamen sebelumnya. ”Tim akan berada dalam kondisi prima,” ujar Bierhoff. (AFP)