JAKARTA, KOMPAS - Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1439 H kemungkinan besar jatuh pada hari Jumat (15/6/2018). Prakiraan ini berdasarkan tinggi hilal di Indonesia 7 derajat 44 menit 33 detik, sedangkan standar penentuan hari raya Idul Fitri hanya 2 derajat.
Ini berdasarkan hasil hisab awal dari Lembaga Falak Ruhani Alhikam, Jakarta di Masjid Raya KH Hasyim Asy\'ari, Jakarta Barat Kamis (14/6/2018).
"Asal cuaca tetap cerah dan polusi udara tidak menutupi, kemungkinan besar kita bisa lihat hilal nanti," kata anggota laboratorium Falak Ruhani Al Hikam, Ahmad Rifqi (30), Kamis.
Proses melihat hilal menggunakan dua teleskop khusus yang disambung langsung ke kamera. Hasil gambar akan dipindahkan ke laptop sehingga bisa dilihat bersama.
Tiga orang disiapkan menjadi saksi melihat hilal. Dua orang yang melihat langsung hilal akan disumpah menggunakan kitab suci Alquran.
Sambil menunggu hilal muncul, dilakukan tahlilan di lantai paling atas masjid. Para pengurus masjid juga ikut menyaksikan langsung proses penglihatan hilal.
BMKG
Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan hasil perhitungan kemunculan hilal untuk menentukan awal bulan Syawal 1439 Hijriah. Berdasarkan metode perhitungan atau Hisab, Hilal diprediksi akan muncul pada Kamis 14 Juni 2018.
Kepala Bagian Humas Hary Tirto Dwi mengatakan hasil perhitungan tersebut merupakan bentuk layanan BMKG kepada masyarakat sebagai acuan terhadap penentuan hilal.
"Dalam pelaksanaannya, kami masih memantau hilal melalui metode pengamatan sejumlah titik koordinat (Ruqyat) pada di berbagai daerah di Indonesia," kata Hary.
Penentuan hilal secara astronomis dihitung berdasarkan titik koordinat daerah masing-masing. "Tiap daerah memiliki kecenderungan berbeda karena titik koordinat tiap lokasi berpengaruh pada waktu kemunculan yang berbeda dalam rentang hitungan detik serta durasi penampakan hilal," Hary melanjutkan.
Ia menjelaskan dalam prosesnya nanti terdapat beberapa hal yang memengaruhi penampakan hilal saat pelaksanaan pemantauan (ruqyatul hilal).
Ketinggian hilal dan umur bulan nantinya akan memengaruhi proses pemantauan hilal. Berdasarkan data BMKG, ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada Kamis ini akan berkisar pada 6,08 derajat di Jayapura, Papua, sampai dengan 7,64 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.
"Ketinggian hilal tersebut berpengaruh secara langsung terhadap ketipisan jarak hilal dapat dilihat. Untuk tahun ini hilal dapat dengan mudah dilihat dari kawasan Papua hingga Sumatera Barat karena ketinggian hilal di Indonesia ada di atas rentang 5 derajat," kata Hary.
Sementara itu, perhitungan umur bulan dalam metode perhitungan juga akan memengaruhi lama penampakan hilal dapat terlihat. Adapun umur bulan pada Kamis ini berkisar antara 12,74 jam di Merauke, Papua sampai dengan 16,16 jam di Sabang, Aceh.
"Ini secara umum menunjukkan bahwa durasi penampakan bulan nantinya lebih pendek bila dibandingkan dengan tahun kemarin," kata Hary. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH/ADITYA DIVERANTA)