Jelang Lebaran, Pos Pelayanan Publik di Jakarta Belum Maksimal
JAKARTA, KOMPAS - Kehadiran beberapa pos pelayanan publik di Jakarta, termasuk pos kesehatan, belum maksimal pada saat menjelang Lebaran 2018. Pos kesehatan menjadi sorotan karena tidak ada dokter jaga.
Ombudsman menginspeksi secara mendadak beberapa lokasi pelayanan publik di Jakarta, yaitu Pintu Air Manggarai (Jakarta Pusat), Polsek Sawah Besar (Jakarta Pusat), Stasiun Pasar Senen (Jakarta Pusat), Rumah Tahanan Negara Salemba (Jakarta Pusat), Pemadam Kebakaran Sektor V Cempaka Putih (Jakarta Pusat), dan Terminal Kampung Rambutan (Jakarta Timur).
Inspeksi mendadak (sidak) pada Kamis (14/6/2018) ini merupakan lanjutan dari hari sebelumnya. Sidak dipimpin anggota Ombudsman Adrianus Meliala dan Ninik Rahayu.
Adrianus mengatakan, sidak tersebut dilakukan untuk memantau kesiapan pelayanan publik dalam melayani masyarakat jelang Lebaran 2018.
“Dari hasil sidak ini, Ombudsman akan mengumpulkan pihak yang terkait untuk diberikan masukan sebagai bahan evaluasi,” kata Adrianus.
Ia juga menegaskan, semua pelayanan publik di seluruh Indonesia harus tetap melayani masyarakat, bahkan perlu ditingkatkan.
Ninik menyoroti pelayanan di Stasiun Pasar Senen yang kurang maksimal. Penumpang dibiarkan menumpuk di luar stasiun dan pelayanan kesehatan yang sangat minim.
Salah satu penumpang, Suparmi (53) hendak menuju Weleri, Kendal, Jawa Tengah. Ia telah menunggu di luar stasiun sejak pukul 18.00, padahal keretanya baru datang pukul 23.00. Ia kesulitan mencari tempat duduk yang nyaman, sehingga terpaksa harus duduk di lantai.
Ninik menyayangkan kebijakan pengelola stasiun yang tidak memberikan izin pada penumpang untuk menunggu di dalam stasiun. Padahal, ruang tunggu di dalam stasiun terlihat kosong.
Kepala Daerah Operasi (DAOP) KAI 1 Jakarta Dadan Rudiansyah mengatakan, ruang tunggu di dalam stasiun hanya dapat digunakan maksimal 30 menit. Lahan parkir di Stasiun Pasar Senen sangat sempit sehingga tidak ada lahan kosong lagi yang dapat digunakan untuk menampung penumpang yang menunggu di luar stasiun.
Kepala Stasiun Pasar Senen Zainul berasalan, menumpuknya penumpang di luar stasiun terjadi karena lonjakan penumpang mencapai 26.000 orang.
Tak ada dokter
Ninik semakin terlihat kesal ketika tidak ada dokter yang berjaga. Hanya ada sebuah ruang kesehatan yang berada di dalam stasiun yang dijaga oleh dua petugas paramedis. Mereka mengaku, dokter akan siap dihubungi jika dibutuhkan. Namun, ketika Ombudsman mencoba menghubungi, dokter tersebut tidak menjawab.
Adrianus juga merasa kesal ketika ada petugas hubungan masyarakat yang tidur di ruangannya. Selain itu, pos keamanan pun hanya dijaga oleh tiga orang polisi. Pos tersebut hanya menerima aduan penumpang yang menjadi korban tindak kriminal, seperti pencopetan. Selanjutnya, aduan tersebut akan dikirimkan ke Kepolisian Sektor Metro Senen.
“Sistem pelayanan seperti ini akan menyulitkan penumpang yang akan mudik karena proses penanganan yang terlalu rumit dan tidak segera ditangani,” kata Adrianus.
Menurut Ninik, berbagai alasan yang dituturkan oleh pengelola Stasiun Pasar Senen menunjukkan ketidaksiapan dalam mengatasi situasi jelang lebaran.
“Setiap tahun pasti terjadi lonjakan penumpang di Stasiun Pasar Senen, sehingga pengelola harus mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dengan baik untuk memberikan kenyamanan kepada penumpang,” ujarnya.
Ombudsman juga menyoroti ketidaksiapan petugas yang berjaga. Di Kepolisian Sektor Sawah Besar, petugas sentra pelayanan kepolisian tidak ada di lokasi, padahal saat itu ada korban pencopetan di Masjid Istiqlal yang sedang melapor.
Kepala Kepolisian Sektor Sawah Besar Komisaris Polisi Mirzal Maulana mengatakan, petugas yang berjaga sedang berada di luar dan seharusnya dia berjaga. Perilahal masalah pencopetan di Masjid Istiqlal, pihaknya telah menangkap sejumlah pelaku yang terlibat dalam tindakan kriminal tersebut.
Rutan Selemba penuh
Situasi yang sama juga ditemukan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Salemba. Saat disidak, Kepala Rutan Salemba Masjuno tidak ada di lokasi. Ketika dihubungi, ia beralasan sedang mengantar anaknya.
Ketika ditelusuri di ruang CCTV, ada beberapa monitor yang mati, bahkan di gudang senjata yang sangat vital. Dari CCTV, juga terlihat para narapidana berada di luar ruang tahanan. Mereka tidur di selasar depan ruang tahanan.
Kepala Pengamanan Rutan Salemba Suis Tanto mengatakan, mereka berada di luar ruang tahanan karena kepananasan. Menurut Tanto, situasi itu terjadi karena Rutan Salemba sudah terlalu penuh. Adapun jumlah penghuni Rutan Salemba, yaitu 3.908 orang.
Minim tenaga kerja
Di Pintu Air Manggarai dan Pemadam Kebakaran Sektor V Cempaka Putih, ombudsman menemukan minimnya tenaga kerja, bahkan di antara mereka masih berstatus pekerja lepas.
“Mereka berpengaruh vital terhadap keselamatan warga Jakarta, seharusnya kesejahteraan mereka diperhatikan,” kata Adrianus.
Pintu Air Manggarai hanya dijaga 6 orang dengan dua pergantian jam kerja. Operator Pintu Air Manggarai Karlian Seka mengaku sudah dua tahun bekerja dan statusnya masih belum pegawai tetap.
Sementara itu, di Pemadam Kebakaran Sektor V Cempaka Putih, dari 21 orang petugas, hanya ada 9 orang yang statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kepala Pleton Group D Pemadam Kebakaran Sektor V Cempaka Putih Heri Supriadi mengatakan, lebih dari 10 tahun tidak ada regenerasi.
Minimnya tenaga kerja tersebut membuat petugas pemadam kebakaran sulit bergerak dengan cepat.
“Selayaknya satu kendaraan pemadam kebakaran dioperasikan oleh enam orang, tetapi karena minimnya tenaga kerja, terkadang satu kendaraan dioperasikan oleh dua orang, bahkan pernah satu orang,” kata Heri.
Selain minimnya tenaga kerja, alat yang digunakan di kedua tempat pelayanan publik ini sudah usang. Mereka baru akan mendapat penggantian alat, jika sudah rusak.
Ninik mengatasi, situasi minimnya tenaga kerja, penghargaan yang kurang terhadap para petugas pelayanan publik, dan perbaikan alat perlu menjadi bahan evaluasi bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
“Mereka bekerja di tempat vital dan berpengaruh untuk jangka panjang, sehingga perlu ada perhatian, khususnya kesejahteraan pekerja,” ujarnya.
Apresiasi
Meskipun banyak pelayanan publik yang belum memberikan pelayanan secara maksimal, Ombudsman mengapresiasi persiapan yang dilakukan pengelola Terminal Kampung Rambutan. Mereka menyediakan layanan kesehatan yang dijaga oleh dokter dan perawat, serta ruang untuk menyusui.
Keamanan pun dipersiapkan dengan baik. Kepala Terminal Kampung Rambutan Emiral August Dwinanto mengatakan, mereka bekerja sama dengan pihak kepolisian mulai dari Kepolisian Resor Jakarta Timur, Kepolisian Sektor Ciracas, Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, Korps Brigade Mobil, hingga Badan Narkotika Nasional.
Salah satu penumpang, Widi (24) yang hendak mudik ke Sumedang, Jawa Barat merasa aman menunggu bus di Terminal Kampung Rambutan. “Di sini banyak petugas polisi jadi saya tidak khawatir,” ujarnya.
Andrianus mengapresiasi seluruh pengelola layanan publik yang telah mempersiapkan secara maksimal. Ninik berharap, seluruh pelayanan publik di Indonesia dapat melayani dengan baik karena mereka berpengaruh pada kesejahteraan rakyat.