JAKARTA, KOMPAS - Ketatnya kompetisi industri telekomunikasi masih mewarnai pergerakan rata-rata pendapatan bulanan per pelanggan seluler. Demi mendorong konsumsi layanan lebih besar, operator bersaing menawarkan harga yang lebih terjangkau ke konsumen.
Rata-rata pendapatan bulanan per pelanggan (Average Revenue Per User/ARPU) adalah ukuran untuk mengetahui jumlah rata-rata pendapatan yang diperoleh perusahaan telekomunikasi dari pelanggan. Cara menghitung yaitu jumlah pendapatan semua produk dibagi jumlah pelanggan.
Mengutip info memo Indosat Ooredoo triwulan I-2017, ARPU pelanggan seluler adalah Rp 21.700 atau turun sebesar Rp 4.700 dibanding periode sama tahun 2016. Penurunan ini akibat meningkatnya pangsa pasar di luar Jawa dan pelanggan di sana memiliki ARPU lebih rendah dibanding Jawa. Total pelanggan selama tiga bulan pertama 2017 sebanyak 95,6 juta.
Pada triwulan I-2018, ARPU pelanggan seluler Indosat Ooredoo senilai Rp 12.400 atau turun Rp 9.300 dibanding triwulan I-2017. Perseroan mengklaim, penurunan ini akibat tumbuhnya jumlah pengguna data pemula dan pangsa pasar di luar Jawa.
Selama tiga bulan pertama 2018, perusahaan mencatat terdapat 96,2 juta jumlah pelanggan seluler atau naik 600.000 dibanding triwulan I-2017. Pada periode ini, perusahaan meluncurkan paket untuk luar Jawa, seperti Yellow, Unlimited dan Rp1/detik.
Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo Deva Rachman, Rabu (13/6/2018), di Jakarta, mengatakan, ARPU mencerminkan daya beli konsumen dan situasi industri telekomunikasi. "Kompetisi industri ketat sekali dan daya beli masyarakat juga mempengaruhi besaran ARPU. Namun, untuk situasi sekarang, kami rasa pengaruhnya lebih banyak berasal dari industri," ujar dia.
Lebih jauh, kata dia, kebijakan pemerintah juga turut mempengaruhi. Perusahaan sekarang lebih mendorong penjualan isi ulang layanan seluler. Perilaku konsumen pun mulai bergeser dari paket habis langsung ganti nomor baru menjadi paket habis lalu diisi ulang.
General Manager External Corporate Communication PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Denny Abidin mengatakan, ARPU Telkomsel pada triwulan I-2018 tumbuh dua digit. Peningkatan ini dikarenakan oleh peningkatan penetrasi gawai 3G/4G yang seiring dengan pertumbuhan signifikan lalu lintas konsumsi data seluler.
Menurut dia, pergerakan ARPU bisa dipengaruhi berbagai faktor. Dua faktor yang paling signifikan berpengaruh adalah naik turunnya pendapatan dan jumlah pelanggan operator.
Mengenai faktor kebijakan registrasi ulang nomor prabayar dengan data tunggal kependudukan , dia tidak menjawab langsung pengaruhnya terhadap pergerakan ARPU. Denny hanya mengemukakan bahwa kebijakan itu akan berdampak positif jangka panjang. Misalnya, pelanggan semakin loyal dan secara tidak langsung konsekuensinya positif terhadap ARPU.
Vice President Services and Digital Business PT Smartfren Telecom Tbk, Hermansyah Arifin, menyebutkan ARPU keseluruhan produk (blended) sekarang berkisar Rp 37.000 - Rp 40.000. Nilai ini menurutnya meningkat dibanding tahun lalu yang berkisar Rp 35.000 - Rp 36.000.
"Kenaikan ARPU ini terjadi dipengaruhi adanya pembersihan data jumlah pengguna. Sepanjang semester I-2018, saya mengamati tingkat ARPU cenderung flat karena pengeluaran masyarakat untuk berkomunikasi, khususnya layanan data, tetap stabil. Hanya saja, penggunaan data rata-rata naik sehingga operator menyesuaikan diri dengan menurunkan harga rata-rata per gigabyte," kata dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pengeluaran konsumsi rumah tangga menurut Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada 2017 mencapai Rp 7.627,9 triliun atau 56,13 persen dari total PDB nasional senilai Rp 13.588,9 triliun.
Subsektor makanan dan minuman nonrestoran menyumbang pengeluaran masyarakat terbesar sebesar Rp 2.980,4 triliun atau 39,08 persen dari total pengeluaran rumah tangga.
Pengeluaran masyarakat terbesar kedua yaitu subsektor transportasi dan komunikasi yang berkontribusi sekitar 23,06 persen terhadap pengeluaran rumah tangga. Sementara subsektor perumahan dan perlengkapan rumah tangga menjadi penyumbang terbesar ketiga dengan persentase kontribusi 12,84 persen terhadap total pengeluaran rumah tangga.