Disya Rilian Putri (13) tersenyum menyambut keluarga yang datang bersilaturahmi di rumahnya di Desa Singaraja, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Jumat (15/6/2018). Satu per satu tangan kakak, om, dan tante dicium, lalu berucap, ”Mana THR?”
Suasana haru setelah momen saling meminta maaf pun sontak berganti ceria. Apalagi, ketika sejumlah anggota keluarga berupaya menghindari permintaan Disya. Seribu satu alasan dikeluarkan, dari belum menukar uang pecahan kecil hingga nomor identifikasi pribadi (PIN) anjungan tunai mandiri (ATM) terblokir.
Namun, Disya menang. Anggota keluarga akhirnya mengeluarkan uang pecahan Rp 5.000, Rp 20.000, hingga Rp 50.000. Ada yang diberikan secara langsung dan ada pula yang menggunakan amplop. Senyum Disya kian lebar.
Ketika bertamu ke rumah tetangga dan saling bersalaman, Disya kembali mendapatkan THR, sebutan untuk uang yang diberikan kerabat ketika Lebaran. Hal serupa dirasakan anak-anak di sekitar rumahnya.
”Saya dapat Rp 215.000. Lebaran tahun lalu juga sekitar Rp 200.000-an,” ucap siswi kelas I SMP itu. Uang tersebut lalu diserahkan kepada ibunya, Ermiyati (51). Menurut dia, memang seperti itu selama ini.
Panen THR sudah menjadi kebiasaan saat Lebaran bagi anak-anak di Indramayu dan sekitarnya. Biasanya, THR diberikan kepada anak sekolah. Jumlahnya menyesuaikan dengan umur sang anak. Semakin besar, THR yang dikeluarkan pun kian banyak. Bahkan, keponakan Disya, Afiqa, yang masih berusia 5 bulan juga mendapatkan THR.
”Afiqa dapat Rp 160.000,” ujar Dwi Ayu (27), ibu Afiqa, tersenyum. Dengan nada bercanda, ia beberapa kali mengingatkan anggota keluarga lainnya agar tidak lupa memberikan THR kepada anaknya.
Sebaliknya, Dwi menyiapkan Rp 250.000 untuk THR kepada keponakannya dan adik-adiknya. Ia juga sudah membeli amplop khusus untuk THR.
”Ini bagi-bagi rezeki. Kan, saya juga dapat THR,” ucapnya, Menurut dia, uang yang didapatkan bakal digunakan untuk keperluan anaknya, seperti membeli popok.
THR terhenti
Imam Baehaqi (26), warga Plered, Kabupaten Cirebon, masih ingat kerap mendapatkan THR Lebaran dari tante dan pamannya. ”THR mulai berkurang saat kuliah dan berhenti ketika saya kerja,” ujar karyawan swasta ini.
Kini, giliran dia yang memberikan THR kepada keponakannya. Ia bahkan menyiapkan uang Rp 400.000 dalam pecahan Rp 2.000 untuk THR Lebaran. Uang pecahan kecil itu diperoleh setelah menukar uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon.
”Saya baru berikan THR tahun lalu meskipun sudah kerja sejak 2015. Soalnya, waktu itu belum ada uang lebih. Kan, enggak wajib. Meskipun ada juga ibu-ibu yang nyinyir karena anaknya enggak dapat THR,” ujarnya.
Menurut dia, pemberian THR kepada anak-anak seperti balas budi kepada orangtua yang dulu memberikannya THR. Jangan sampai, THR berubah menjadi ”tekanan hari raya”.
Besarnya kebutuhan uang saat Lebaran di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan terekam dalam data Kantor Perwakilan BI Cirebon. Tahun ini, BI Cirebon menyiapkan Rp 5,59 triliun. Jumlah ini meningkat hingga 86 persen dibandingkan tahun lalu, yakni Rp 2,6 triliun. Jumlah tersebut jauh melebihi APBD Kota Cirebon, sekitar Rp 1,3 triliun, pada 2017.
Secara nasional, BI menyiapkan Rp 188,2 triliun untuk kebutuhan uang tunai selama Lebaran. Jumlah itu juga naik 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bayangkan, uang sebesar itu dibelanjakan dan berputar hingga ke desa, termasuk kantong anak-anak yang dapat THR.
Ermiyati menyimpan uang THR yang didapatkan anaknya untuk kebutuhan sekolah. Apalagi, Dinda, kakak Disya, akan masuk SMA bulan depan.
”Saya juga mau jualan sarapan lagi setelah Lebaran,” ujar Ermiyati yang beberapa tahun terakhir menjadi orangtua tunggal.
THR yang dipanen oleh anak-anak akan lebih baik dimanfaatkan sesuai kebutuhan atau hal produktif, bukan konsumtif. Lebaran memang membawa berkah.