Minimnya sosok penyerang sayap murni yang mengandalkan kecepatan membuat serangan Jerman tidak variatif. Meski menguasai pertandingan, sang juara bertahan takluk 0-1 dari Meksiko pada laga perdana Grup F Piala Dunia 2018 di Stadion Luzhniki, Moskwa, Rusia, Minggu (17/6/2018).
Dari 23 pemain, Jerman hanya membawa tiga penyerang sayap ke Rusia. Mereka adalah Julian Brandt, Julian Draxler, dan Marco Reus. Namun, ketiganya merupakan pemain sayap yang berposisi lebih ke tengah.
Dalam skuad asuhan Joachim Loew itu tidak ada pemain sayap murni yang bermodal kecepatan dan pergerakan yang menusuk jantung pertahanan lawan. Satu-satunya sayap murni, Leroy Sane, dicoret dari skuad saat perampingan tim sebelum Piala Dunia.
Pencoretan Sane itu sempat memicu kontroversi. Salah satunya datang dari legenda Jerman Michael Ballack. Dia menilai Sane lebih dibutuhkan skuad "Die Mannschaft" saat ini. Kecepatan dari sisi sayap itu diyakini dapat menjadi pembeda saat Jerman menghadapi pertahanan ketat lawan.
"Sane berada di klub besar (Manchester City) dengan pemain terbaik. Seharusnya dia berada di skuad Jerman," kata Ballack.
Terbukti, dalam laga perdana melawan Meksiko, Jerman kehilangan sosok di sektor tersebut. Serangan sang juara bertahan cenderung monoton. Sebanyak 25 percobaan tembakan Jerman, yang 9 di antaranya mengarah ke gawang, nyaris tidak membahayakan gawang Meksiko.
Mayoritas penyerangan lewat sayap dilakukan saat pertahanan lawan sudah terorganisasi. Tidak ada kejutan-kejutan serangan kilat ala Die Mannschaft. Draxler, yang bermain sejak awal pertandingan, tidak mampu mengobrak-abrik pertahanan Meksiko. Begitu pula Reus dan Brandt yang baru masuk pada akhir babak kedua.
Loew mengatakan, kekalahan itu disebabkan oleh buruknya penyerangan dan umpan timnya. Selain itu, Meksiko yang bertahan total pada babak kedua karena sudah unggul 1-0, membuat permainan mereka sulit berkembang.
"Kami tidak bermain seperti biasanya. Penyerangan dan umpan kami kurang efektif," ucap Loew.
Pengalaman juara
Berkaca dari pengalaman Piala Dunia Brasil 2014, sayap murni menjadi sosok vital dalam perjalanan Jerman meraih gelar juara. Saat itu, Der Panzer memiliki dua sayap murni, yakni Andre Schurrle dan Lukas Podolski.
Schurrle merupakan pemberi umpan gol semata wayang Mario Goetze saat final melawan Argentina. Pada babak kedua perpanjangan waktu, Schurrle dengan kecepatan dribelnya menusuk dari sisi kiri dan langsung memberikan umpan silang.
Efektivitas Schurrle pun sangat tinggi. Ia mampu berkontribusi gol maupun assist setiap 61 menit. Total, ia mencetak 3 gol dan 1 assist dalam gelaran piala dunia.
Selain itu, keberadaan Schurrle memberikan variasi bagi para kreator Jerman. Gelandang Jerman, Mesut Oezil dan Toni Kroos, memiliki banyak pilihan dalam mengatur serangan. (AFP)