Bogor, Kompas - Kaum Muslimin semestinya hidup bermasyarakat dalam damai dan toleransi. Sambil bermasyarakat, upaya memperkecil kesenjangan sosial dan mewujudkan keadilan seharusnya terus diupayakan.
Pesan tersebut disampaikan Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Prof Didin Saefuddin Buchori saat khotbah shalat Idul Fitri 1439 Hijriah di Lapangan Astrid, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/6/2018).
Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo hadir di antara ribuan umat Muslim yang menunaikan shalat Idul Fitri. Presiden Jokowi juga didampingi beberapa menteri, di antaranya Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Sosial Idrus Marham, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Kepolisian Daerah Jabar Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto, dan Panglima Kodam V/Brawijaya Mayor Jenderal Besar Harto.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengikuti shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta. Selain Ketua MPR Zulkifli Hasan, Wapres Kalla didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. KH Abdullah Gymnastiar bertindak sebagai khatib.
Sebelumnya, saat memberi ucapan Idul Fitri lewat video yang dikirim ke sejumlah media, Presiden Jokowi berpesan, ”Semoga kefitrian kita seusai menjalankan puasa dapat semakin memperkuat dan mempererat persatuan bangsa dan berguna bagi kebangsaan di Indonesia.
Dalam khotbahnya, Didin menjelaskan, semestinya Al Quran tetap menjadi kompas dalam kehidupan, baik dari aspek sosial, politik, ekonomi, maupun kemasyarakatan. Dari ajaran kehidupan tersebut terkandung keadilan dan perdamaian yang menjadikan Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Dari aspek ekonomi, misalnya, Didin menambahkan, Al Quran mengajarkan kesenjangan diperkecil. Aset ekonomi tak boleh hanya beredar di antara orang-orang kaya. Sebab, melebarnya kesenjangan hanya akan menyebabkan masalah. Para pelaku usaha pun tak semestinya berlaku curang.
Dalam politik, lanjut Didin, Al Quran tegas mengajarkan kekuasaan yang semestinya dilakukan secara adil dan tanpa pandang bulu serta bergiliran, baik kepada kawan maupun lawan, baik kepada yang dicinta maupun dibenci. ”Allah melarang kita tak adil hanya karena kita membenci obyek keadilan,” ujarnya.
Oleh karena itu, hikmah puasa, orang Muslim harus saleh, mendorong kebaikan, serta menunjukkan kebaikan kepada orang lain. ”Islam mengecam keras segala bentuk kekerasan dan kekejaman, baik yang dilakukan individual maupun terorganisasi atas dasar kebencian ideologis, seperti terorisme, apalagi melibatkan istri ataupun anak-anak di bawah umur,” kata Didin.
”Open house”
Seusai shalat Idul Fitri, Presiden Jokowi kembali ke Istana Bogor menggelar open house. Wapres Kalla beserta keluarga adalah tamu pertama yang bersalaman dengan Presiden dan Ibu Negara. Keduanya kemudian sempat menerima ucapan selamat dari sejumlah menteri, pejabat, dan duta besar. Di sela-sela antrean menteri dan pejabat, ribuan warga yang mengular dari Pintu II Kebun Raya sampai ke halaman depan Istana Bogor juga diberi kesempatan bersalaman dengan Presiden dan Wapres.
Setelah shalat Jumat, Presiden menuju Solo, Jawa Tengah, untuk berlebaran bersama keluarga. Selain membagikan kebutuhan pokok, Presiden menyempatkan diri mengunjungi tempat kerjanya di Balai Kota Solo, Minggu (17/6). Presiden Jokowi diperlihatkan ”wajah baru” Balai Kota yang tengah direnovasi.
Wapres dari Istana Bogor kembali ke rumah dinas di Jakarta untuk menggelar open house. Sehari kemudian, Wapres menggelar open house di rumah pribadi di Makassar, Sulawesi Selatan. ”Hadir ribuan warga dari pukul 08.00 sampai pukul 14.00,” kata Juru Bicara Wapres Husain Abdullah.