UNGARAN, KOMPAS - Kereta wisata kuno di Museum Kereta Api Indonesia, Ambarawa, Jawa Tengah beroperasi setiap hari khusus selama libur Lebaran 2018, 16-24 Juni. Penambahan jadwal operasional itu untuk mengakomodasi lonjakan permintaan wisatawan. Selain wisata, kereta api kuno digunakan sebagai sarana edukasi anak.
Kepala Museum Kereta Api Indonesia Djoko Utomo mengatakan, tersedia 31 perjalanan kereta wisata reguler selama 16-24 Juni 2018. Perjalanan kereta terbagi dalam tiga-empat jam keberangkatan setiap harinya, yaitu pukul 10.00, 11.00, 12.00, dan 14.00. Harga tiket kereta wisata Rp 50.000 per penumpang. Pembelian tiket dapat dilakukan di loket museum mulai pukul 08.00.
“Seluruh tiket biasanya ludes terjual pada pukul 10.00-12.00. Kapasitas kereta wisata hanya 120 orang sekali keberangkatan,” kata Djoko yang ditemui di Museum Kereta Api Indonesia, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Minggu (17/6/2018).
Biasanya kereta wisata reguler hanya beroperasi hari Sabtu dan Minggu. Rute perjalanan kereta mulai dari Stasiun Ambarawa-Stasiun Tuntang. Kereta wisata kuno digerakkan lokomotif diesel buatan tahun 1952 yang menarik tiga gerbong kayu. Keberadaan kereta kuno menjadi daya tarik utama wisatawan datang ke museum. Jumlah kunjungan selama musim libur Lebaran mencapai 3.000 orang per hari.
Selain kereta wisata reguler, tersedia layanan kereta uap sewa dengan rute Stasiun Ambarawa-Stasiun Bedono. Untuk sekali perjalanan sekitar 10 kilometer, kereta api ini uap membutuhkan 3 meter kubik kayu jati. Harga sewa kereta api uap berkisar Rp 10 juta-Rp 15 juta untuk kapasitas 40-120 orang. Penyewaan kereta api uap bisa dilakukan melalui kantor pengusahaan aset PT KAI Daop IV Semarang.
Menurut Djoko, penyewa kereta api uap mayoritas turis asing yang datang dengan kapal pesiar dari Kota Semarang. Lokomotif mesin uap memiliki roda bergerigi untuk mengait rel bergerigi di jalur setelah Stasiun Jambu, berjarak sekitar 5 kilometer dari Stasiun Ambarawa, menuju Stasiun Bedono. Roda bergerigi ini terbilang unik karena hanya bisa ditemukan di Indonesia, Swiss, dan India.
Sepanjang perjalanan seorang pemandu akan bercerita tentang sejarah kereta api kuno dan Stasiun Ambarawa yang dulu bernama Stasiun Willem I. Stasiun dibangun Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscappij seiring invasi militer Belanda ke Pulau Jawa. Dulu, kereta kuno digunakan untuk mengangkut komoditas pertanian, seperti kopi ke Pelabuhan di Semarang untuk ekspor.
Keterbatasan sarana
Djoko mengatakan, Stasiun Ambarawa memiliki tiga lokomotif mesin uap dan satu lokomotif diesel yang berfungsi. Namun, lokomotif uap tidak bisa digunakan setiap hari karena suku cadang sudah tua dan langka. Biaya operasional dan perawatan kereta cukup tinggi. Lokomotif uap mulai beroperasi di Indonesia tahun 1904. Selain itu, kecepatan kereta hanya 5-10 kilometer (KM) per jam.
“Kereta sudah tua sehingga tidak bisa dipaksakan untuk memenuhi tingginya animo penumpang,” kata Djoko.
Salah satu pengunjung, Andi Ali Said (35) dan keluarga kehabisan tiket kereta wisata. Dia berharap perjalanan kereta wisata ditambah karena cocok sebagai sarana edukasi anak.
Selain berkeliling melihat keindahan alam, anak dapat menyimak sejarah perkembangan kereta dari pemandu wisata. Saat ini orangtua sangat buruh obyek wisata yang edukatif dan kreatif.
Pengujung lain, Naura Frea (21) asal Bogor cukup menikmati perjalanan kereta wisata. Ini menjadi pengalaman pertama dirinya dan keluarga mencoba kereta api kuno. Pilihan rute perjalanan disarankan lebih banyak untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Saat ini hanya tersedia satu rute perjalanan kereta wisata reguler Stasiun Ambarawa-Stasiun Tuntang. Selain kereta wisata, penjelasan sejarah kereta api dalam museum juga menarik disimak.