NIIS Serang Taliban
KABUL, MINGGU - Kelompok Taliban menegaskan, tidak akan memperpanjang gencatan senjata. Sikap itu berpotensi memupus kembali harapan bagi perdamaian Afghanistan dan membuka potensi pertempuran baru.
Sikap Taliban itu disampaikan oleh juru bicara mereka, Zabihullah Mujahid, Minggu (17/6/2018) melalui pesan Whatsapp.
“Gencatan senjata berakhir malam ini dan operasi kami akan dimulai, Insya Allah. Kami tidak memiliki niat untuk memperpanjang gencatan senjata,” kata Mujahid kepada AFP.
Sebelumnya, Sabtu lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menawarkan perpanjangan gencatan senjata antara pemerintah dan kelompok Taliban. Sebelumnya, mereka telah menyepakati gencatan senjata selama tiga hari.
Kesepakatan resmi itu merupakan yang pertama sejak invasi Amerika Serikat ke Afghanistan pada 2001 lalu. Gencatan senjata yang digelar bersamaan dengan Perayaan Idul Fitri 1439 H itu disambut gembira dan sorak-sorai warga Afghanistan.
Warga sipil, tentara, polisi, dan anggota Taliban tampak berfoto bersama dan bercakap-cakap. Hingga hari Minggu petang, banyak anggota Taliban bepergian ke berbagai penjuru kota di Afghanistan, baik untuk merayakan Idul Fitri dan turut dalam pesta.
Namun sejumlah kritikus justru melihat situasi itu sebagai ancaman. Amarullah Saleh, mantan Kepala Direktorat Keamanan Nasional yang saat ini menjadi politikus, mengatakan, membiarkan anggota Taliban memasuki wilayah yang dikuasai pemerintah adalah sebuah kesalahan besar.
Seorang diplomat senior Barat di Kabul mengatakan, keputusan Ghani adalah "langkah yang berani". Namun ia berpendapat, jika Taliban tidak menyetujui perpanjangan gencatan senjata, situasi itu akan membahayakan. "Konsekuensinya bisa menjadi bencana," katanya.
Gangguan
Sebelumnya, di sela-sela gencatan senjata, Sabtu lalu sebuah serangan bom bunuh diri mengoyak Nangarhar. Direktur Departemen Kesehatan Nangarhar Timur, Najibullah Kamawal mengatakan – hingga Minggu – tercatat sebanyak 36 orang menjadi korban ledakan.
Serangan itu disusul dengan serangan lain yang terjadi pada Minggu petang. Setidaknya sebanyak 18 orang menjadi korban tewas, dan 30 lainnya luka-luka. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Sebelumnya, untuk mengantisipasi serangan, Taliban telah melarang milisinya bergerombol untuk mencegah serangan lanjutan oleh milisi Negara Islam Irak dan Suriah. Milisi Taliban juga dilarang meneruskan foto bersama polisi dan tentara Afghanistan seperti pada hari pertama Idul Fitri, Jumat (15/6/2018) lalu.
"Untuk mencegah bahaya pada warga sipil, hal yang dilarang Tuhan, semua komandan harus melarang para pejuang berkumpul. Musuh menyalahgunakan gencatan senjata dan ada peluang insiden lebih buruk akan terjadi," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
Larangan Taliban dikeluarkan setelah bom bunuh diri di Provinsi Nangarhar, Afghanistan pada Sabtu (16/6/2018). Akibat serangan itu, sedikitnya 36 militan Taliban tewas dan puluhan orang lain terluka.
Kantor berita Amaq yang dimiliki Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim bertanggung jawab pada serangan itu. Serangan itu dilakukan kala milisi Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan sedang dalam gencatan senjata untuk merayakan Idul Fitri.
Taliban memang akhirnya menyetujui tawaran gencatan senjata yang disampaikan pemerintah Afghanistan. Selama gencatan senjata pada 14-17 Juni 2018 itu, militan Taliban berbaur bersama polisi dan tentara. Bahkan, banyak militan berfoto bersama dengan polisi dan tentara yang selama ini menjadi sasaran serangan mereka.
Foto-foto itu menyebar ke seluruh Afghanistan sejak Jumat (15/6/2018). Dalam foto-foto, terlihat para milisi, tentara, dan polisi saling berpelukan dan tertawa. Sama sekali tidak terlihat mereka dari kedua kubu yang saling mengincar nyawa masing-masing.
Taliban dan pemerintah Afghanistan memang hanya menyepapakati gencatan bersenjata antara kedua belah pihak. Gencatan senjata tidak berlaku untuk kelompok militan lain, termasuk NIIS.
Gencatan senjata pemerintah-Taliban membuat Idul Fitri 2018 paling damai dibandingkan 17 tahun di antara 2001-2018. Orang-orang Afghanistan berkumpul tanpa khawatir ada serangan. "Ini Idul Fitri paling damai. Untuk pertama kali kami merasa aman. Sulit menggambarkan kegembiraannya," kata Qais Liwal, seorang pelajar di Kabul.
Di berbagai kota dan provinsi lain di luar Kabul, warga bertemu dan berbaur dengan milisi Taliban tanpa khawatir. Bahkan, warga menawarkan camilan kepada para militan yang beberapa hari sebelumnya fokus merencanakan dan melakukan aneka serangan mematikan tersebut. (AP/AFP/REUTERS/JOS)