Rusia Merangkul Warga Dunia
Ketegangan politik dan ancaman teror tidak menghalangi Piala Dunia 2018. Rusia menampakkan wajah yang ramah, toleran, dan terbuka kepada jutaan warga dunia untuk menikmati pesta sepak bola itu.
MOSKWA, KOMPAS Bukan Piala Dunia jika tak menyajikan kejutan. Tumbangnya juara bertahan Jerman dari Meksiko, 0-1, Minggu (17/6/2018), menjadi kejutan terbesar, tiga hari setelah bola Tellstar 18 ditendang pertama kali, membuka hajatan akbar Piala Dunia 2018 lewat laga tuan rumah Rusia melawan Arab Saudi, 14 Juni.
Ajang penuh kejutan ini juga yang digunakan Rusia untuk membuka diri dan merangkul dunia. ”Rakyat (Rusia) pada dasarnya menggemari sepak bola. Kami adalah negara yang terbuka, ramah, dan bersahabat, tempat para tamu dari seluruh dunia bisa menemukan sahabat-sahabat baru,” ujar Presiden Rusia Vladimir Putin pada pembukaan Piala Dunia.
Pernyataan Putin itu dibuktikan dengan penuh sesaknya Stadion Luzhniki pada laga pembuka. Tak hanya suporter Rusia atau Arab Saudi, dari total 78.000 penonton terdapat pencinta sepak bola dari Meksiko, Peru, Kolombia, Amerika Serikat, hingga China. Mereka berbaur untuk menjadi saksi dimulainya pesta sepak bola terbesar sejagat itu.
”Kami senang bisa berada di sini untuk menjadi bagian dari sejarah,” ujar Edward Olarte (44), fans asal Amerika Serikat. Olarte mengabaikan peringatan Pemerintah AS akan tingginya ancaman serangan teror selama Piala Dunia di Rusia, khususnya dari kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Badan Keamanan Dalam Negeri Rusia (FSB) juga sempat mengeluarkan peringatan serupa. Lewat kanal daring, NIIS mengancam fans dan para atlet di stadion sebagai balasan atas operasi militer Rusia di Suriah.
Namun, ancaman itu tidak menyurutkan para penggila bola. Seperti terlihat di sekitar Kremlin, pusat pemerintahan Rusia, Jumat (15/6) malam, puluhan ribu fans berbaur untuk berswafoto dan bernyanyi. Sedikitnya 500.000 penggemar sepak bola dari sejumlah negara bergabung dengan suporter Rusia, membanjiri 11 kota tuan rumah. AS menjadi penyumbang fans asing terbanyak, 88.825 pemilik tiket, disusul China, Kolombia, dan Meksiko. Fans dari negara debutan, seperti Eslandia, juga mudah ditemui di Moskwa.
Ketegangan
Mereka tidak menghiraukan ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat menyusul aneksasi Semenanjung Krimea yang berujung sanksi ekonomi. Situasi makin panas setelah percobaan pembunuhan mantan agen Rusia, Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, di Inggris. Hal itu membuat Rusia dikucilkan. Inggris dan sejumlah negara Barat juga mengusir diplomat Rusia dari negara mereka yang dibalas Rusia dengan aksi serupa.
Situasi terburuk sejak era Perang Dingin itu juga terlihat di tribune VVIP Stadion Luzhniki pada acara pembukaan. Tidak terlihat kepala negara atau pemerintahan dari negara Eropa Barat, seperti Inggris, Jerman, dan Spanyol yang berpartisipasi pada Piala Dunia.
Namun, di lapangan ketegangan itu tak tampak. ”Sebelum pergi, saya sempat waswas. Namun, setiba di sini kekhawatiran itu sirna. Warga Rusia sangat bersahabat dan ramah. Rusia tidaklah seburuk yang dibayangkan,” ujar David, warga Inggris.
Tak heran, penginapan dan hotel di sejumlah kota pun dipadati tamu. Bar dan kafe di sekitar Lapangan Merah, Moskwa, disesaki turis asing. Sejumlah kafe menyediakan layar lebar dan televisi untuk menampung fans tanpa tiket. ”Pada 16 hingga 22 Juni, semua kamar hotel, apartemen, dan dormitori di Moskwa penuh. Tidak ada yang tersisa,” ujar Olga Anders, warga Moskwa yang menyewakan apartemen selama Piala Dunia 2018.
Euforia juga terlihat di Sochi, 1.600 kilometer dari Moskwa. Kota di tepi Laut Hitam itu dibanjiri suporter Spanyol dan Portugal, Jumat lalu. Kedatangan suporter ini dimanfaatkan Victor, warga St Petersburg, Rusia, membuka kedai hamburger di pantai indah itu. ”Saya senang kami menjadi tuan rumah Piala Dunia. Mereka tidak hanya datang menikmati pantai, tetapi juga sepak bola,” kata Victor.
Piala Dunia pun menjadi bukti kemampuan Rusia untuk kembali diakui dunia internasional. Pemerintah Rusia mengeluarkan dana 678 miliar rubel, sekitar Rp 150 triliun, untuk menggelar ajang ini. Lebih dari separuh digunakan membenahi infrastruktur transportasi, merenovasi bandara, dan stasiun kereta.
Persiapan sejak 2013 ini menciptakan lebih dari 100.000 lapangan kerja, termasuk di sektor konstruksi. Lembaga pemeringkat Moody’s mengestimasi, hajatan Piala Dunia ini menyumbang hingga 30,8 miliar dollar AS terhadap produk domestik bruto Rusia selama 2013-2023.
Gol Lozano
Di lapangan, kecemasan Pelatih Jerman Joachim Loew terhadap sayap serang muda Meksiko, Hirving Lozano, terbukti. Pada laga perdana kedua tim di Stadion Luzhniki, Lozano mempermalukan Jerman dengan gol pada menit ke-35.
Gol Lozano itu meruntuhkan catatan apik Jerman yang tak pernah kalah di laga perdana Piala Dunia dengan status juara bertahan. Hasil itu meneruskan kutukan juara bertahan kalah pada laga perdana di tiga Piala Dunia terakhir, seperti yang dialami Italia pada 2010 dan Spanyol pada 2014. (BRO)