Muak dan lelah karena perang yang tak berkesudahan membuat puluhan warga Afghanistan melakukan long march, jalan kaki sejauh 700 kilometer dari Provinsi Helmand menuju Kabul, ibukota Afghanistan. Pada Senin (18/6/2018), rombongan ini tiba di Kabul. Mereka menyuarakan desakan kepada pemerintah Afghanistan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 17 tahun.
Rombongan long march berjalan kaki selama 40 hari sejak sebelum puasa hingga puasa berakhir Kamis-Jumat pekan lalu. Mereka melanjutkan perjalanan hingga tiba di Kabul, Senin. Long march diawali sembilan orang dari kota Lashkar Gah di Provinsi Helmand yang masih dikuasai Taliban.
Muak dan lelah karena perang yang tak berkesudahan membuat puluhan warga Afghanistan melakukan long march, jalan kaki sejauh 700 kilometer dari Provinsi Helmand menuju Kabul.
Sepanjang perjalanan sejauh 700 kilometer itu, peserta terus bertambah hingga menjadi puluhan orang yang memiliki keprihatinan yang sama. Mereka akhirnya tiba di Kabul setelah gencatan senjata selama tiga hari untuk menyambut perayaan Idul Fitri. Gencatan senjata tersebut membuat situasi Afghanistan tenang untuk sesaat.
Di Kabul, para pengunjuk rasa tersebut berteriak-teriak, "Kami menginginkan perdamaian!" dan "Hentikan Perang!"."Kami ingin rakyat tetap bersatu untuk perdamaian dan menyingkirkan kesengsaraan ini untuk generasi berikutnya," kata Mohammad Naikzad, seorang pengunjuk rasa pada Tolo News. "Saya meminta kedua pihak, baik pemerintah dan Taliban, menemukan jalan untuk perdamaian dan rekonsiliasi.
Rekan Naikzad yang juga ikut long march, Karwan, mendesak pemerintah dan Taliban bekerja sama untuk "membawa keamanan abadi di negara ini". "Cukup banyak darah telah ditumpahkan. Begitu banyak orang telah menjadi martir dalam konflik yang sedang berlangsung ini," katanya kepada Tolo News.
Menolak
Pemerintah Afghanistan menawarkan untuk memperpanjang gencatan senjata selama sepuluh hari hingga Rabu, 20 Juni 2018. Namun, Taliban mengumumkan pada Minggu bahwa mereka akan melanjutkan serangan.
Taliban menolak memperpanjang gencatan senjata tiga hari setelah Minggu malam lalu meskipun ada tekanan dari warga biasa, pemerintah, dan masyarakat internasional. Taliban tetap melanjutkan serangan terhadap pasukan keamanan di Provinsi Nangarhar, Kunar, dan Laghman di wilayah timur dan di provinsi Helmand serta Kandahar di wilayah selatan Afghanistan.
Ada beberapa rincian tentang korban serangan Taliban tersebut. Menurut Attahullah Khogyani, juru bicara Gubernur Provinsi Nangarhar timur, sejumlah pria bersenjata menembak dan membunuh Gubernur Distrik Ghani Khel di Nangarhar dan pengawalnya. Namun, tidak ada yang mengklaim serangan itu.
Di Jalalabad, ibukota Provinsi Nangarhar, terjadi dua serangan bom bunuh diri dalam beberapa hari selama akhir pekan yang menargetkan warga Afghanistan, termasuk milisi Taliban, yang merayakan liburan Idul Fitri dan sedang berlangsung gencatan senjata. Serangan bom diyakini dilakukan oleh kelompok lokal yang berafiliasi pada Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang tidak terlibat dalam gencatan senjata.
Menurut Radmanesh, sekitar 2.500 milisi Taliban memasuki kota Kabul selama gencatan senjata tiga hari tersebut dan sebagian besar menolak untuk kembali ke medan perang. "Mereka lelah berperang dan telah menyerah, tetapi pasukan keamanan dan pertahanan kami siap untuk mencegah dan menanggapi setiap ancaman," katanya. (AP/AFP)