WASHINGTON, SELASA — Kebijakan keimigrasian Amerika Serikat pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump terus mendapat tentangan. Bahkan, para penentang termasuk kelompok yang kerap anti-imigran.
Kemarahan atas kebijakan itu semakin membesar setelah beredar rekaman yang diduga suara anak-anak imigran. LSM ProPublica menyatakan, rekaman itu dibuat pekan lalu. Akan tetapi, ProPublica baru menyebarluaskan sejak Senin (18/6/2018) waktu AS atau Selasa dini hari waktu Indonesia. Tidak ada kejelasan di mana pastinya rekaman itu dibuat.
Sebelum rekaman tersebut beredar, banyak pihak marah dengan kebijakan Pemerintah AS memisahkan imigran ilegal dan anak-anaknya. Pemisahan itu buah dari keputusan Kejaksaan Agung AS yang menetapkan setiap imigran ilegal harus diproses pidana dan wajib ditahan.
Karena peraturan AS melarang anak-anak ditahan, maka anak-anak itu dipisahkan dari orangtua mereka. Anak-anak ditampung di perbatasan, sementara orangtua masuk tahanan. Kini, sedikitnya 2.000 anak ditampung di perbatasan AS.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen menegaskan, pemerintah menerapkan standar tinggi pada pusat penahanan dan anak-anak dirawat dengan baik. Ia mendesak parlemen membuat keputusan yang bisa mengatasi persoalan itu.
Karena peraturan AS melarang anak-anak ditahan, maka anak-anak itu dipisahkan dari orangtua mereka.
Akan tetapi, penjelasan-penjelasan pejabat pemerintahan Trump tidak dapat meredam kemarahan masyarakat. Gereja Mormon menyatakan sangat terganggu dengan pemisahan itu. Gereja mendesak solusi yang penuh welas asih.
Adapun Gubernur Massachusetts Charlie Baker membatalkan pengiriman helikopter Garda Nasional negara bagian itu ke perbatasan Meksiko. Pembatalan itu untuk memprotes kebijakan imigrasi pemerintahan Trump yang dinyatakan kejam dan tidak berperikemanusiaan. Baker merupakan politisi Partai Republik, partai yang menyokong Trump dalam pemilihan presiden 2016.
Sejumlah anggota parlemen AS bertandang ke pusat detensi di Texas. Di sana, ada gudang yang dialihfungsikan menjadi tempat penampungan sementara. Para politisi itu melihat ratusan anak dikurung dalam kandang-kandang di balik pagar kawat. Setiap kandang berisi 20 orang muda.
Pemimpin kelompok minoritas di DPR AS, Nancy Pelosi, mengatakan, pemisahan orangtua dan anak itu merupakan kebijakan yang mematahkan hati dan barbar. ”Hal ini menantang kesadaran negara kita dan harus diubah segera,” ujarnya.
Senator dari Partai Republik, Ted Cruz, menyatakan sudah mendesak peraturan darurat untuk menyatukan keluarga yang terpisah itu. ”Seluruh warga AS tercekam oleh foto-foto di berita tentang anak-anak yang menangis saat ditarik dari ayah dan ibunya. Hal ini harus dihentikan,” ucapnya.
Seluruh warga AS tercekam oleh foto-foto di berita tentang anak-anak yang menangis saat ditarik dari ayah dan ibunya.
Aturan tersebut akan mendorong pembuatan tempat penampungan sementara yang bisa ditinggali keluarga imigran apabila anak-anak tidak terancam. Aturan itu juga akan mendorong penambahan jumlah hakim khusus keimigrasian dan percepatan proses suaka.
Sebelumnya, kebijakan imigrasi AS juga ditentang istri Trump, Meliana, dan istri mantan Presiden AS George Bush, Laura. Sejumlah politisi Partai Republik ikut menentang hal itu. Padahal, selama ini sebagian pendukung dan politisi partai tersebut berpendapat negatif soal imigran. (AP/AFP)