Pencarian korban tenggelam Kapal Motor Sinar Bangun di Danau Toba pada hari kedua Selasa (19/6/2018) tak menemukan hasil. Jumlah warga yang dilaporkan hilang sekitar 200 orang.
SAMOSIR, KOMPAS Laporan korban hilang akibat tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Sumatera Utara, Senin (18/6) petang, terus bertambah hingga lebih dari 200 orang. Tim SAR gabungan menambah kekuatan untuk menyisir perairan di sekitar lokasi kecelakaan di Kabupaten Simalungun dan Samosir.
Namun, petugas tak menemukan korban dalam pencarian, Selasa kemarin. Petugas agak kewalahan sebab angin kencang dan gelombang tinggi. Selain itu, karena keterbatasan peralatan, petugas juga hanya bisa melakukan pengamatan visual. Sejauh ini, 19 penumpang yang ditemukan, yakni 18 orang selamat, dan satu tewas, yakni Tri Suci Hadayani (24), warga Kabupaten Aceh Tamiang.
Kepala Badan SAR Nasional Muhammad Syaugi mengatakan, tim SAR gabungan terus berupaya untuk mencari korban yang hilang. ”Kami akan mendatangkan alat pengukur kedalaman air dan pendeteksi keberadaan kapal (remotely operated vehicle/ROV) di dasar danau dari Jakarta. Mudah-mudahan alat itu bisa tiba di Danau Toba besok (Rabu ini),” katanya.
Pada pencarian hari kedua, tim SAR gabungan mengerahkan lebih kurang 350 personel yang dilengkapi Kapal SAR 412 satu unit, Kapal LCR SAR dua unit, feri KMP Sumut II satu unit, Kapal Kepolisian Perairan Polda Sumut tiga unit, dan jetski Polres Simalungun satu unit. Ada lagi enam perahu karet. Namun, pada saat angin kencang dan gelombang tinggi, perahu karet dan kapal kecil tidak bisa digunakan.
KM Sinar Bangun pada Senin sore berlayar dari Pelabuhan Simanindo (Samosir) menuju Pelabuhan Tigaras (Simalungun). Setelah 30 menit berlayar, kapal itu dihantan angin kencang dan gelombang tinggi. Kapal ini tanpa dilengkapi manifes penumpang.
Semula Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samosir menduga kapal itu mengangkut 80 penumpang. Namun, hingga Selasa pukul 22.30 posko penanganan korban di Pelabuhan Tigaras mendapat laporan dari keluarga, sebanyak 147 orang hilang. Di posko Pelabuhan Simanindo tercatat 108 orang hilang.
Kepala Polda Sumut Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw menduga ada laporan ganda sehingga untuk sementara korban hilang sekitar 200 orang.
Penyelaman
Pantauan Kompas, kapal-kapal itu dibagi ke beberapa zona untuk melakukan penyisiran. Petugas tampak berdiri di sisi kapal mengamati visual permukaan air. Kapal bergerak pelan, lalu sejumlah petugas mengamati permukaan air dengan teropong atau dengan mata telanjang.
Pada Selasa siang, tim SAR gabungan melakukan penyelaman tepat di lokasi kapal tenggelam. Ada delapan petugas yang menyelam hingga kedalaman 30 meter. ”Namun, petugas penyelam belum bisa menyentuh dasar danau meski sudah menyelam sedalam itu. Dengan bantuan alat ROV, mudah-mudahan penyelaman selanjutnya lebih efektif,” kata Koordinator Pos Siaga SAR Danau Toba Torang Hutahaean.
Menurut peneliti Danau Toba dari Badan Geologi, Indyo Pratomo, kawasan Tigaras hingga Tanjung Onta, daerah kapal tenggelam, adalah kawasan terdalam Danau Toba yang kedalamannya sekitar 500 meter. Kedalaman danau bisa memerangkap barang yang jatuh dan sulit muncul kembali. ”Melihat kondisi ini seharusnya aspek keselamatan jangan diremehkan,” ujarnya.
Masalah lain adalah kondisi dasar danau berlumpur. Karakteristik endapan di Toba bisa terlihat di lapisan tanah di Pulau Samosir yang pada awalnya adalah dasar danau yang mengalami pengangkatan dan mulai muncul di permukaan danau sejak 30.000 tahun lalu. Danau Toba terbentuk dari erupsi supervolcano yang lalu terisi air. Danau vulkanik terbesar di dunia itu memiliki luas 1.130 kilometer persegi dan menampung 240 kilometer kubik air hujan dengan kedalaman maksimum 505 meter. Hanya satu pintu keluar danau, yakni Sungai Asahan yang mengalir ke Selat Malaka.
Sri Simanungkalit, warga Samosir, mengatakan, kapal yang berlayar pukul 17.00 itu merupakan kapal terakhir yang berlayar dari Simanindo ke Tigaras. Jadwal kapal terakhir dari Tigaras ke Simanindo pukul 18.30. ”Banyak sekali penumpang yang masuk,” katanya. Selain itu, kapal di Danau Toba tidak memisahkan antara penumpang dan barang. Penumpang bisa satu, tetapi barangnya banyak sehingga kapasitas kapal tidak diketahui pasti.
Pelaksana Harian Gubernur Sumut Sabrina menyesalkan kapal itu berlayar tanpa manifes. ”Akibatnya, saat kejadian seperti ini tidak ada yang bisa memastikan siapa saja dan berapa banyak penumpang di dalam kapal,” ujarnya.