Saat jutaan warga merayakan Lebaran, sejumlah orang harus tetap bekerja, bersiaga. Mereka inilah yang membuat Hari Kemenangan itu bisa dirayakan oleh warga lain dengan nyaman.
Agus Suprianto (40) tengah didera rindu. Pada Senin (18/6/2018) dini hari, Kepala Regu Grup C Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Pusat Sektor III Menteng itu berkisah ihwal kegundahannya. Tahun ini, Agus kembali tak bisa merayakan Idul Fitri dengan berkumpul bersama keluarga besar mertua di Kuningan, Jawa Barat.
”Selama 13 tahun saya bekerja sebagai pemadam kebakaran, baru sekali bisa merayakan Lebaran bersama keluarga besar, yaitu enam tahun lalu,” kata Agus, yang bersama keluarga inti tinggal di Tangerang, Banten.
Meskipun sedih, Agus merasa bangga dapat melayani masyarakat saat Lebaran. Agus mengatakan, pada masa Lebaran banyak warga Jakarta meninggalkan rumah untuk pulang ke kampung halaman masing-masing. Bencana kebakaran sering terjadi karena rumah ditinggalkan dalam keadaan kosong. Misalnya saja, pada malam takbiran lalu terjadi kebakaran di Jalan Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat. Si jago merah mengamuk disertai ledakan tatkala ada orang tengah memasak.
Agus bersama tim segera bergegas mengamankan warga di sekitarnya. Api dapat dipadamkan dalam waktu sekitar 10 menit. ”Seluruh tim harus siap dalam keadaan apa pun sehingga kami wajib berjaga selama 24 jam,” kata Agus.
Berbeda dengan Agus, Kepala Regu Quick Response Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Selatan Sektor VI Tebet Wisnu Prabangkara (37) justru tengah semringah. ”Alhamdulillah, tahun ini saya bisa berlebaran bersama keluarga,” kata ayah empat anak yang telah bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran selama 14 tahun itu.
Tahun lalu, Wisnu tidak dapat merayakan Lebaran bersama keluarga karena harus bertugas. Namun, anak-anak dan istri telah memahami tanggung jawabnya sebagai seorang petugas pemadam kebakaran.
Petugas jalan tol
Kerelaan melepaskan kebersamaan dengan keluarga pada Hari Kemenangan demi menunaikan tanggung jawab pekerjaan juga dimiliki petugas jalan tol. Sebagian di antaranya adalah petugas seperti yang ditemui Kompas di kantor Gerbang Tol (GT) Cikarang Utama, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Mereka adalah Imam Susanto (29) dan Winda Junianti (29). Tanggung jawab untuk melayani masyarakat mengalahkan rasa rindu mereka untuk berkumpul bersama keluarga. Meski demikian, kehangatan pada Idul Fitri tetap dirasakan Imam dan Winda. Pasalnya, ada tradisi bermaaf-maafan antarsesama petugas jalan tol di GT Cikarang Utama.
Bahkan, rasa letih saat bertugas di hari Lebaran pun kerap sirna ketika banyak pengguna jalan tol yang mengucapkan selamat Idul Fitri diiringi senyum yang merekah.
”Beberapa pengguna jalan tol juga memberi bingkisan, seperti kue-kue. Bahkan, pernah ada sepucuk surat berisi ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri. Hal sederhana, tetapi sangat bermakna. Kami pun senang bisa membantu mereka yang hendak pulang kampung dan berkumpul bersama keluarga,” kata Imam.
Sementara di GT Cikarang Utama ada Risandi Dwiki (26). Genap delapan tahun ia tidak bisa berkumpul bersama keluarga di Surabaya, Jawa Timur, saat Lebaran. ”Lebaran tahun ini saya kebagian lagi sif 1. Jadi, pas Lebaran saya harus bertugas menjaga gardu,” kata Risandi saat ditemui di GT Cikarang Utama, Bekasi, Jabar, Senin pekan lalu. Sif 1 bertugas dari pukul 06.00 sampai 14.00.
Saat mengobrol di pos gardu, Risandi beberapa kali keluar untuk membantu pengemudi yang kesulitan menempelkan kartu elektronik tol pada mesin gardu tol otomatis. Jika tidak segera dibantu, kejadian itu bisa menghambat kelancaran lalu lintas kendaraan masuk GT Cikarang Utama.
”Saat Lebaran, keluarga besar pasti berkumpul dan bersilaturahim. Pada momen itu, biasanya hanya saya yang enggak ada. Kadang sedih juga, tetapi tugas ini tidak bisa ditinggalkan demi pelayanan kepada masyarakat,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Oleh karena tidak bisa berkumpul bersama keluarga saat Lebaran, Risandi selalu menyempatkan diri menghubungi orangtua dan saudara saat Lebaran. Melalui telepon, ia menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri serta memohon maaf lahir dan batin.
”Saya biasanya baru bisa pulang ke Surabaya setelah arus balik Lebaran berakhir. Namun, dua tahun ini saya memutuskan tak pulang. Ada rencana menikah tahun ini. Saya menabung dulu,” ujar Risandi.
Ketersediaan BBM
Petugas-petugas yang bertanggung jawab mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) untuk kelancaran arus mudik dan balik pun setali tiga uang. Mereka melawan rindu dan merelakan kebersamaan bersama keluarga terkorbankan untuk sementara waktu.
”Semua personel tak ada yang libur mudik Lebaran sama seperti tahun lalu. Kami ingin menyukseskan mudik warga yang ingin pulang kampung,” kata Retail Field Marketing
Pertamina Rayon IV Karesidenan Pekalongan Fachrizal Imanuddin, Minggu pekan lalu.
Pemimpin Kios Pertamax di tempat istirahat Kilometer 252 Tol Pejagan-Pemalang, Jawa Tengah, Agung Supriyadi, mengakui paham akan risiko tugasnya. ”Kami siap melayani pemudik meskipun kami tidak bisa mudik,” ujarnya.