JAKARTA, KOMPAS – Cuaca buruk berupa hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi diperkirakan akan melanda sebagian wilayah Indonesia hingga sepekan mendatang. Masyarakat diminta waspada, terutama pengguna transportasi laut di perairan Samudera Hindia.
"Meskipun sekitar 60 persen wilayah Indonesia saat ini sudah masuk kemarau, namun ada beberapa daerah yang mengalami peningkatan curah hujan dan angin kencang secara signifikan, bahkan bisa digolongkan ekstrem," kata Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Mulyono R. Prabowo, di Jakarta, Rabu (20/6/2018).
Mulyono mengatakan, pertumbuhan awan hujan berpotensi terjadi di wilayah Sumatera Utara, Aceh, Kalimantan Barat setelah utara, Sulawsi Tengah, Sulawesi dan Tenggara. Sedangkan gelombang tinggi diperkirakan terjadi di Samudera Hindia mulai dari sebelah barat Sabang di Aceh, Lampung, hampir sebagian besar selatan Jawa, hingga Nusa Tenggara Timur.
Gelombang tinggi diperkirakan terjadi di Samudera Hindia mulai dari sebelah barat Sabang di Aceh, Lampung, hampir sebagian besar selatan Jawa, hingga Nusa Tenggara Timur.
"Potensi tinggi gelombang bisa mencapai 3- 4 meter. Bahkan, di laut lepas bisa sampai 6 meter. Tinggi gelombang ini terutama yang perlu diwaspadai, apalagi saat ini ramai arus balik," kata Mulyono.
Prabowo menambahkan, masyarakat yang sedang berlibur di wisata pantai juga perlu mewaspadai gelombang tinggi, seperti di Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta maupun di pantai selatan Jawa lainnya.
Pada Selasa (19/6) malam, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melalui siaran pers, telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem. Berdasarkan pantauan BMKG, selama tujuh hari ke depan diperkirakan masih akan terjadi anomali cuaca akibat adanya tekanan rendah di Samudera Pasifik sebelah timur Filipina, serta udara basah dari Samudera Hindia dan sirkulasi siklonik di wilayah Samudera Hindia sebelah barat Bengkulu, Selat Karimata, dan Selat Makassar. Hal ini mengakibatkan adanya pola pertemuan aliran udara di bagian selatan Kalimantan, perairan Selatan Bangka Belitung, Sumatera Selatan-Lampung, Bengkulu hingga Samudera Hindia.
Dwikorita mengatakan, belokan angin terdapat di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Kondisi inilah yang menyebabkan peningkatan cuaca ekstrem, seperti hujan sedang-lebat yang disertai petir dan kilat serta angin kencang yang terjadi di beberapa wilayah.
Belokan angin terdapat di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Kondisi inilah yang menyebabkan peningkatan cuaca ekstrem.
Kesiapsiagaan
Mulyono mengatakan, peringatan dini yang dikeluarkan BMKG diharapkan bisa meningkatkan kesiapsiagaan di kalangan penyedia transportasi, khususnya laut dan udara. "Untuk transportasi udara, biasanya responsnya sudah bagus, namun untuk perairan, baik laut maupun danau, masih perlu ditingkatkan," kata dia.
Dia mencontohkan, dalam kasus kecelakaan tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Sumatera Utara pada 18 Juni 2018, BMKG sebenarnya sudah memberikan peringatan dini berupa potensi hujan dan angin kencang kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait. Peringatan ini dini diberikan sejak pukul 13.30 WIB dan 16.30 WIB.
"Jadi, saat kecelakaan kapal sekitar pukul 17.00 WIB sebenarnya masih masuk dalam rentang peringatan dini yang telah kami keluarkan," kata dia.
Saat kecelakaan kapal sekitar pukul 17.00 WIB sebenarnya masih masuk dalam rentang peringatan dini yang telah kami keluarkan.
Menurut Prabowo, berdasarkan catatan dari Automatic Weather Station BMKG di Parapat, tecatat adanya peningkatan kecepatan angin antara pukul 17.00 - 18.00 WIB hingga 12 knots. Kondisi inilah yang memicu ketinggian ombak kurang lebih 75 cm atau 0,75 m sampai 1,25 m.
"Jika kita melihat resikonya memang berbeda-beda, tergantung pada kapal yang terdampak," ujarnya.