Pencarian pada hari ketiga hanya menemukan dua korban. Itu berarti sekitar 195 orang masih hilang. Kasus ini menjadi pelajaran amat penting sebab banyak kejanggalan dalam pelayaran kapal tersebut.
Bogor, Kompas Presiden Joko Widodo meminta semua pihak untuk segera menemukan dan menyelamatkan korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Danau Toba. Tidak hanya itu, Presiden juga tidak ingin insiden serupa terulang. Karena itu, Menteri Perhubungan diminta mengevaluasi seluruh standar keselamatan angkutan penyeberangan.
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo, Rabu (20/6/2018) petang, di Istana Kepresidenan Bogor. ”Atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Indonesia, saya menyampaikan dukacita yang mendalam atas korban yang meninggal dalam musibah tersebut,” kata Presiden didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi.
Presiden meminta Badan SAR Nasional, TNI, Polri, dan BNPB secepatnya menemukan dan menyelamatkan korban. Pemerintah memberikan santunan kepada korban tewas dan terluka.
Menurut Budi Karya Sumadi, Kementerian Perhubungan sudah membuat aturan bahwa setiap kapal yang berlayar harus membuat manifes penumpang, mengajukan surat izin berlayar, dan memiliki kelengkapan alat keselamatan seperti jaket pelampung. ”Namun, di KM Sinar Bangun, ketiga hal ini tidak ditemukan.
KM Sinar Bangun adalah kapal berukuran kecil, 35 gros ton, yang kapasitas angkutnya hanya 43 orang. Namun, kenyataannya jumlah laporan orang hilang mencapai 192 orang. ”Memang jumlah ini sepertinya tidak mungkin karena kapal kecil. Tidak tahu juga apakah semua nama yang dilaporkan hilang itu berada di kapal ini atau tidak. Semua masih dalam pencaharian,” ujarnya.
Menhub telah membentuk beberapa tim untuk penanganan setelah kecelakaan KM Sinar Bangun. Itu meliputi Tim Pendaftaran Orang Hilang yang dipimpin Polres setempat, Tim Pencarian Orang Hilang yang dipimpin Basarnas, Tim Fakta Penyebab Kecelakaan dan Penyelidikan yang dipimpin KNKT dan Polda Sumut, Tim Penanganan Korban yang dipimpin Polda Sumut, Tim Pemulangan Korban, dan Tim Media Center.
”Pencarian korban akan dilakukan selama tujuh hari. Jika dimungkinkan, akan ditambah lagi tiga hari,” kata Budi Karya.
Kepala Badan SAR M Syaugi menyatakan, segala daya dikerahkan dalam operasi pencarian, baik di permukaan maupun penyelaman hingga 50 meter, dan pemakaian alat deteksi keberadaan kapal portabel,” katanya.
Ditemukan 2 korban
Kemarin, tim SAR gabungan menemukan lagi dua korban meninggal. Dengan demikian, total 21 korban ditemukan, tiga di antaranya meninggal. Kedua korban terakhir ditemukan di tepi danau, 6-8 kilometer dari lokasi kapal tenggelam. Korban diduga terbawa arus danau yang mengarah ke tenggara. Di sekitar lokasi juga ditemukan satu helm dan empat sepatu yang diduga milik korban.
Kepala SAR Medan Budiawan mengatakan, korban pertama ditemukan warga di Desa Pematang Tambun Raya, Kecamatan Pematang Sidamanik. Hasil identifikasi korban bernama Fahriani (47), warga Kota Binjai. Korban kedua belum diketahui identitasnya, tetapi juga perempuan berusia 15-18 tahun.
Personel yang diturunkan pada pencarian hari ketiga sekitar 350 orang. Mereka menggunakan satu kapal SAR 412, tiga kapal Kepolisian Perairan Polda Sumut, dan sejumlah kapal lain. Petugas juga melakukan penyelaman di sekitar lokasi kapal tenggelam.
Sebanyak 14 penyelam dari Pasukan Katak Marinir TNI AL dan pasukan khusus Basarnas menyelam hingga kedalaman 30 meter. Mereka juga menurunkan alat pendeteksi benda di bawah air (remotely operated vehicles/ROV) hingga kedalaman 50 meter. Namun, hasil pengamatan visual penyelam dan kamera ROV belum menemukan keberadaan kapal naas itu.
Berdasarkan hasil sinkronisasi data pada Posko Pencarian Korban di Tigaras dan posko di Simanindo, jumlah korban hilang 197 orang. Dengan ditemukan dua korban pada Rabu, korban hilang masih 195 orang.
Kepala Polres Simalungun Liberty Panjaitan mengatakan, nakhoda kapal telah dimintai keterangan. Penyelidikan awal ditemukan beberapa kejanggalan, seperti tidak ada pengawasan otoritas pelabuhan, tidak ada pelampung dan sekoci, tak ada radio komunikasi, dan adanya manipulasi sertifikat. ”Kami juga memastikan kapal kelebihan muatan. Kapasitas kapal seharusnya maksimal 52 orang. Namun, kapal mengangkut lebih dari 200 orang dan sekitar 60 sepeda motor,” katanya.
Ratusan warga juga masih memadati Pelabuhan Simanindo dan Tigaras. Maria Sidauruk (22), warga Samosir, mengatakan, ada 12 anggota keluarganya, yakni sepupu dan keponakan yang masih hilang. ”Kalau memang ditemukan meninggal, kami berharap bisa melihat dulu. Saya akan terus tunggu di posko,” katanya.