Peretas Ikut Berantas Perdagangan Manusia
Ketika tidak sedang mendeteksi ancaman intelijen terhadap rig minyak dan bendungan, Sergio Caltagirone memilih menghabiskan waktu luangnya untuk melacak perdagangan manusia melalui internet. Perdagangan manusia yang dia lacak bisa saja yang terjadi di Suriah yang sedang dilanda perang hingga daerah pinggiran Amerika Serikat yang sepi.
Caltagirone, ilmuwan komputer yang berbasis di Seattle, AS, sebelumnya bekerja untuk Departemen Pertahanan AS, Microsoft, dan NASA. Dia adalah salah satu dari generasi baru detektif peretas digital yang menyelamatkan nyawa dengan melacak pelaku perdagangan manusia serta menyelamatkan korban melalui internet.
Dia adalah salah satu dari generasi baru detektif peretas digital yang menyelamatkan nyawa dengan melacak pelaku perdagangan manusia.
”Sama seperti bisnis lain di dunia,” kata Caltagirone yang mendirikan Global Emancipation Network (GEN) dua tahun lalu bersama istrinya, Sherrie, untuk menganalisis data guna membantu penegak hukum melawan perdagangan manusia.
”Jika Anda tahu bagaimana menemukannya, Anda akan melihatnya hampir di mana-mana. Hampir setiap situs besar memiliki beberapa komponen perdagangan di dalamnya,” ujar Caltagirone yang bekerja di perusahaan industri keamanan siber, Dragos.
Pro dan kontra kini terjadi atas kehadiran para detektif peretas yang menyebarkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman mereka untuk mendukung pemerintah yang sering tak memiliki waktu, motivasi, serta alat inovatif untuk memasuki jaringan kriminal perbudakan atau perdagangan manusia.
Perdagangan manusia adalah salah satu industri kejahatan internasional terbesar di dunia. Sekitar 25 juta orang terjebak dalam perbudakan/kerja paksa yang menghasilkan keuntungan sebesar 150 miliar dollar AS atau Rp 2.115 triliun per tahun. Yang lebih memprihatinkan, perdagangan manusia di dunia maya pun semakin meningkat.
Prostitusi
National Center for Missing and Exploited Children yang berbasis di AS pada 2017 menyatakan, hampir tiga perempat laporan perdagangan anak yang dicurigai yang diterima dari masyarakat melibatkan situs iklan seks Backpage.com. Situs ini merupakan pasar daring terbesar di AS untuk perdagangan seks anak. Backpage.com ditutup pada April lalu dan para pendirinya dikenai banyak dakwaan, termasuk secara sadar memfasilitasi prostitusi.
Tindakan keras itu telah menunjukkan bagaimana pihak berwenang di AS dengan keahlian digital yang terbatas sudah berupaya untuk menghentikan para penjahat yang menggunakan teknologi di setiap tahap bisnis mereka: mulai dari perekrutan melalui media sosial hingga melacak korban melalui webcam.
”Anda harus tahu persis ke mana harus menyasar,” kata Sharon Nimirovski, Kepala White Hat, perusahaan keamanan siber Israel yang dikelola mantan agen intelijen militer. ”Anda harus menyamar dan menjadi peretas di dunia maya, mengetahui strukturnya, dan berpura-pura menjadi seseorang untuk mengambil data yang Anda cari.”
Anda harus menyamar dan menjadi peretas di dunia maya.
Nimirovski menceritakan, timnya menggunakan identitas digital palsu untuk menyusup ke situs kejahatan siber tersembunyi guna mengumpulkan informasi tentang kejahatan paedofil.
”Sama seperti polisi bekerja di dunia fisik, ’peretas putih’ ini bertindak dalam dimensi digital,” katanya. Menurut dia, peretas White Hat bekerja untuk kebaikan, berbagi bukti kriminal yang mereka temukan dan diberikan kepada pihak berwenang.
Mengumpulkan
Kelompok GEN yang dijalankan relawan mengumpulkan teks dan gambar dari berbagai situs web yang terbuka dan situs web gelap. Situs-situs gelap ini tidak terlihat oleh mesin pencari dan hanya dapat dijangkau dengan menggunakan perangkat lunak khusus.
GEN membagikan aktivitas daring yang mencurigakan ini secara gratis kepada penegak hukum melalui platform Minerva. Tidak hanya dengan penegak hukum, GEN juga berbagi dengan peneliti dan badan anti-perdagangan manusia yang tidak memiliki kemampuan untuk menjaring pasar gelap serta pesan-pesan yang masuk.
Perangkat lunak itu memungkinkan peneliti untuk mencari data dari jutaan halaman yang tersembunyi dengan menggunakan kata kunci, nama pengguna, dan nomor telepon, untuk mencari tahu situs lain yang dikunjungi tersangka dan siapa lagi yang mereka ajak berkomunikasi.
Bukti digital yang dikumpulkan dari daftar hitam VISA, transaksi bitcoin, dan iklan seks dapat membantu untuk memprediksi ke mana para korban mungkin akan pergi, melalui rute mana, dan siapa yang kemungkinan akan membeli atau menjual mereka.
”Semakin awal kita masuk ke rantai pembunuhan, semakin efektif kita mengganggu mereka dan semakin banyak orang yang Anda dapat selamatkan,” kata Caltagirone, Direktur Teknik GEN.
Salah satu rute yang dilacak GEN adalah perpindahan pengungsi ke Eropa Timur dari kamp pengungsi Suriah. Para korban sering menemukan pekerjaan menggiurkan yang diiklankan di situs palsu. ”Tentu saja para korban ini akan menerima pekerjaan itu,” ujar Caltagirone.
Para korban sering menemukan pekerjaan menggiurkan yang diiklankan di situs palsu.
Dia menyoroti bagaimana teknologi tidak hanya memudahkan migran untuk mencapai Eropa, tetapi juga memungkinkan penjahat untuk mengelabui orang-orang sehingga terjebak dalam perdagangan manusia. ”Di sinilah Anda akan menemukan orangtua yang menjual anak-anak mereka,” katanya.
Perlu hati-hati
Nazir Afzal, pengacara dan mantan jaksa Inggris, menyatakan, tetap diperlukan kehati-hatian karena peretas mungkin tidak dilatih untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima di pengadilan. Afzal sering terlibat dalam penanganan kasus-kasus besar perbudakan seksual dan pelecehan anak.
”Dalam beberapa kasus perdagangan manusia, peretasan mengarah pada deteksi dini. Itu bagus,” kata Rob Wainwright, ahli keamanan siber dan mantan Kepala Badan Kepolisian Eropa, Europol. ”Namun, kita harus berhati-hati mendorong pengawasan daring. Kita harus melakukannya dengan cara yang benar.”
Beberapa pihak menilai, detektif digital swasta dapat memainkan peran penting, terutama ketika bekerja sama dengan polisi. ”Penegakan hukum di banyak negara, baik yang tidak memiliki sumber daya keuangan maupun sumber daya manusia memadai, atau keduanya, dituntut untuk menginvestigasi kejahatan dunia maya secara efisien dan cepat,” tutur Joyce Hakmeh, ahli kejahatan siber di lembaga pemikir Chatham House.
Detektif digital swasta dapat memainkan peran penting, terutama ketika bekerja sama dengan polisi.
Menurut Hakmeh, sebagian besar—jika tidak semua—investigasi kejahatan dunia maya memerlukan kemitraan publik-swasta dan didukung pakar yang tepat. Peretas yang bekerja dengan polisi dapat menghasilkan dampak besar dalam memecahkan kasus.
GEN yakin bahwa peretas siber memiliki peran kunci untuk memerangi perdagangan manusia dan bisa meningkatkan jumlah penuntutan. Pada tahun 2016, jumlah tuntutan kasus perdagangan manusia mencapai 9.000 kasus.
”Kami hadir tidak untuk menyelamatkan dunia, tetapi untuk membantu mereka yang menyelamatkan dunia dapat bekerja lebih baik,” ujar Caltagirone. (THOMSON REUTERS FOUNDATION)