Operator Bus ke Bandara Soekarno-Hatta Tambah Rute
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penambahan rute dan kualitas pelayanan merupakan sejumlah faktor yang diutamakan oleh operator angkutan umum untuk mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Saat ini, penggunaan transportasi publik di sekitar Jabodetabek dinilai belum maksimal.
Direktur Utama Damri Setia N Milatia Moemin mengatakan, Kamis (21/6/2018) di Jakarta, dari sekitar 2 juta orang yang datang ke dan berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta per hari, hanya sekitar 1 hingga 2 persen dari mereka menggunakan bus bandara Damri. Hingga tahun depan, pihaknya menargetkan kenaikan jumlah penumpang bus bandara Damri menjadi 3 hingga 5 persen dari total pengunjung bandara.
Meskipun demikian, Milatia menilai tingkat keterisian busnya cukup bagus selama jam-jam sibuk, seperti pada pagi hari saat keberangkatan pesawat paling banyak dan pada malam hari saat kedatangan pesawat paling banyak. Pada saat itu, tingkat keterisian bus mencapai 70 persen, bahkan 100 persen.
Saat ini, bus Bandara Soekarno-Hatta Damri memiliki 26 rute. Hingga akhir 2018, akan ada tiga hingga lima rute tambahan. Untuk menyosialisasikan rute baru itu, ujar Milatia, pihaknya giat berkomunkasi dengan sejumlah komunitas dan mengunggah informasi itu melalui platform media sosial.
Saat ini, bus Bandara Soekarno-Hatta Damri memiliki 26 rute. Hingga akhir 2018, akan ada tiga hingga lima rute tambahan.
Penambahan rute baru itu juga giat dilakukan PT Transjakarta. Wibowo dari Humas PT Transjakarta mengatakan, hingga kini, busnya melayani 130 rute. Pihaknya menargetkan sebanyak 150 rute hingga akhir 2018.
”Pelanggan transjakarta tertinggi pada angka 570.000 orang per hari. Rata-rata bus yang beroperasi per hari 1.500 unit,” ucap Wibowo.
Kenyamanan
Selain pembukaan rute baru, kata Wibowo, revitalisasi bus dan peningkatan layanan sumber manusia juga merupakan strategi yang pihaknya gunakan untuk memasarkan layanan transportasi umumnya kepada masyarakat.
Petugas PT Transjakarta diberi pelatihan agar mampu memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang. Mereka harus mengetahui semua layanan transjakarta agar bisa memberikan informasi yang tepat dan lengkap kepada penumpang.
”Masyarakat akan beralih ke transportasi umum apabila tingkat kenyamanannya sama seperti kendaraan pribadi. Untuk itu, selain menambahkan rute bus, kami juga meyakinkan kualitas kenyamanan yang tinggi. Keselamatan, aksesibilitas, fasilitas, dan ruang tunggu tentu kami perhatikan juga,” kata Milatia.
Masyarakat akan beralih ke transportasi umum apabila tingkat kenyamanannya sama seperti kendaraan pribadi.
Ia mencontohkan, bus bandara Damri itu kini juga melayani dari sejumlah pusat perbelanjaan, seperti Senayan City, Cibinong City Mall, dan Mangga Dua Square. ”Sambil menunggu bus, penumpang juga bisa minum kopi atau berbelanja,” kata Milatia.
Jumlah penumpang yang belum maksimal juga dialami Kereta Api Bandara yang dioperasikan PT Railink. Tingkat keterisian kereta yang mulai beroperasi sejak Januari 2018 itu sebanyak 10-15 persen per hari. Diah Suryandari dari Humas PT Railink mengatakan, proses sosialisasi memerlukan waktu. Saat ini, layanan kereta itu sedang diperkenalkan kepada publik melalui tawaran tiket dengan harga diskon.
Rinaldi Gunapradipta (29), penumpang transjakarta, merasa puas dengan layanan transjakarta. ”Tarif terjangkau, standar keamanan terpenuhi, petugas juga aktif memberikan hak untuk penumpang berkebutuhan khusus. Rute atau koridor yang ada saat ini juga sudah cukup memadai,” katanya.
Bus bandara Damri itu kini juga melayani dari sejumlah pusat perbelanjaan, seperti Senayan City, Cibinong City Mall, dan Mangga Dua Square. Sambil menunggu bus, penumpang juga bisa minum kopi atau berbelanja
Ia berharap jumlah angkutan feeder dapat ditingkatkan ke depan sehingga memudahkan warga yang tinggal di perumahan mengakses stasiun bus.
Pemerintah harus tegas
Mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum juga memerlukan dorongan yang tegas dari pemerintah. ”Kebijakan pemerintah harus keras sehingga masyarakat terpaksa menggunakan transportasi umum,” kata Milatia.
Sebelumnya, Kepala Humas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Budi Rahardjo mengatakan, pihaknya berkomitmen mengurangi penggunaan kendaraan pribadi melalui kebijakan ganjil-genap. ”Ke depan, kami akan terapkan sistem electronic road pricing atau ERP. Pengguna jalan akan dikenai biaya saat melintasi jalan yang padat. Semakin jalan itu macet, semakin tinggi biayanya,” katanya.
Penggunaan angkutan umum perlu dikaitkan dengan penurunan kemacetan, polusi, juga sebagai aktivitas yang sehat karena mendorong masyarakat giat jalan kaki.
Budi berharap operator transportasi umum semakin kreatif dalam memasarkan pelayanannya kepada publik. ”Penggunaan angkutan umum perlu dikaitkan dengan penurunan kemacetan, polusi, juga sebagai aktivitas yang sehat karena mendorong masyarakat giat jalan kaki,” ujarnya.