ISTANBUL, KOMPAS — Suasana menjelang pemilu presiden dan parlemen Turki pada 24 Juni mendatang cukup meriah. Di tengah cuaca cukup panas di Istanbul, Kamis (21/6/2018), gambar-gambar calon presiden dan calon anggota legislatif dari berbagai partai mudah ditemukan di jalanan kota. Meski demikian, gambar capres Recep Tayyip Erdogan, yang kini menjabat sebagai presiden, paling dominan.
Di tengah kemeriahan gambar partai dan capres, partai yang dipimpin Erdogan, Partai Keadilan dan Persatuan (AKP), diperkirakan tidak akan mampu meraih suara mayoritas mutlak. Erdogan juga diprediksi kesulitan menang satu putaran.
Hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga Metropol yang berbasis di Istanbul menunjukkan, Erdogan meraih 45 persen suara dan ada 9 persen suara yang belum menentukan sikap. Menurut Metropol yang dikenal sebagai lembaga independen nonpartisan, pemilu presiden akan berlangsung dua putaran.
Diperkirakan, koalisi kerakyatan, tempat AKP bernaung, akan meraih 46 persen suara. Koalisi keumatan dari kubu oposisi memperoleh 33 persen suara. Partai Kurdi dari Partai Rakyat Demokratik (HDP) mendapat 10 persen suara, serta ada 7 persen suara belum menentukan sikap.
Menurut Metropol, meskipun memenangi pemilu presiden, Erdogan akan mendapatkan parlemen yang dikontrol oposisi. Diperkirakan, jika Erdogan kembali terpilih sebagai presiden dan parlemen dikontrol oposisi, ketidakstabilan politik akan mendera Turki.
Meskipun memenangi pemilu presiden, Erdogan akan mendapatkan parlemen yang dikontrol oposisi.
Padahal, tujuan utama digelar pemilu parlemen dan presiden dini ialah mengatasi ketidakstabilan politik ataupun ekonomi. Kondisi tak stabil ini berlangsung sejak upaya kudeta gagal pada Juli 2016 dan terpuruknya situasi ekonomi setelah nilai tukar mata uang lira anjlok hingga 21 persen sejak awal 2018.
Saat ini, kubu AKP masih percaya akan mendapat suara mayoritas mutlak. Juru bicara AKP, Mahir Unal, mengatakan, partai itu bakal mendapatkan 320 dari 600 kursi parlemen yang diperebutkan.
Menurut dia, AKP dan Erdogan selalu mendapat suara lebih tinggi dari hasil berbagai jajak pendapat. Namun, Unal menegaskan akan menghormati hasil jajak pendapat itu dan menjadi pendorong bagi partainya untuk bekerja lebih keras lagi.