NIZHNY NOVGOROD, JUMAT — Argentina dipermalukan Kroasia dengan skor telak 0-3 pada laga kedua Grup D Piala Dunia 2018 di Stadion Nizhny Novgorod, Rusia, Jumat (22/6/2018) dini hari WIB. Dengan hanya mengantongi 1 poin dan tersisa 1 laga lagi, peluang dua kali juara dunia itu lolos ke babak perdelapan final amat kecil.
Sebaliknya, dengan kemenangan 3-0 atas Argentina, Kroasia memastikan satu tempat di 16 besar. Tiga gol Kroasia dicetak oleh Ante Rebic pada menit ke-53, Luka Modric pada menit ke-80, dan Ivan Rakitic pada menit ke-91. Kroasia bergabung dengan Rusia, Uruguay, dan Perancis yang terlebih dahulu lolos ke perdelapan final.
Kroasia memimpin klasemen Grup D dengan 6 poin dan memasukkan 5 gol, tetapi belum kemasukan. Argentina di urutan ketiga dengan 1 poin yang memasukkan 1 gol dan kemasukan 4 gol, sedangkan urutan kedua Eslandia dengan 1 poin. Adapun Nigeria, yang baru akan berhadapan dengan Eslandia hari ini pukul 22.00 WIB, berada di dasar klasemen tanpa poin.
Nasib Argentina selanjutnya akan bergantung pada hasil laga Eslandia kontra Nigeria. Selain itu, mereka juga bergantung pada laga ketiga kontra Nigeria di Stadion Saint Petersburg pada Rabu (27/6/2018) dini hari WIB. Di atas kertas, peluang Argentina untuk lolos ke 16 besar sangat berat. Jika itu terjadi, kegagalan serupa di edisi 1934, 1958, 1962, dan 2002 terulang lagi.
Kekalahan atas Kroasia ini merupakan yang terburuk bagi tim ”Tango” sejak Piala Dunia edisi 1958. Enam dekade silam, pada penyisihan Grup 1, Argentina digilas dengan skor 1-6 oleh Cekoslovakia setelah kalah 1-3 dari Jerman Barat dan menang 3-1 atas Irlandia Utara.
Karena membutuhkan kemenangan atas Kroasia, Pelatih Argentina Jorge Sampaoli memakai formasi 3-4-3. Ini berbeda dengan laga sebelumnya kontra Eslandia yang menggunakan formasi 4-2-3-1. Dengan 3-4-3, Sampaoli ingin Argentina bermain terbuka, menyerang, dan mencetak banyak gol. Sementara Kroasia, yang dilatih Zlatko Dalic, tetap nyaman dengan formasi 4-2-3-1.
Dengan bermain terbuka dan menyisakan tiga bek, sebenarnya Sampaoli, yang mengantar Cile juara Piala Amerika 2015 dengan mengalahkan Argentina, mengambil risiko tinggi. Di laga kontra Eslandia, terlihat bek-bek Argentina ringkih.
Kiper Wilfredo Caballero pun minim pengalaman. Sebelum turnamen, dia hanya dua kali turun, sedangkan bersama Chelsea cuma tiga kali tampil. Pada laga itu, Caballero membuat blunder yang menyebabkan gol pertama Kroasia.
Untuk sektor serang, Lionel Messi didorong segaris dengan Sergio Aguero, yang mencetak satu gol di laga kontra Eslandia, dan Maximiliano Meza (Independiente). Entah mengapa, Meza yang baru bermain empat kali bersama Argentina dan belum mencetak gol kembali dipilih ketimbang Gonzalo Higuain (Juventus) yang sudah menorehkan 31 gol atau Angel Di Maria (Paris Saint-Germain) yang menyumbang 19 gol.
Padahal, yang dihadapi adalah Kroasia yang memiliki barisan gelandang kreatif yang kenyang pengalaman dan mencetak gol. Ada kapten Luka Modric (Real Madrid) dengan 15 gol dan Ivan Rakitic (Barcelona) dengan 14 gol. Ada juga Ivan Perisic (Inter Milan) dengan 18 gol. Di sektor depan, tak usah tanya ketajaman Mario Mandzukic (Juventus) dengan 30 gol.
Benar saja. Pada laga itu, Argentina dipermainkan oleh Kroasia. Bermaksud memenangi pertarungan lewat permainan terbuka, meski lebih menguasai bola, serangan Tango selalu mandek di tengah. Malah, di sektor pertahanan, tiga bek Argentina menjadi bulan-bulanan Mandzukic, Modric, Perisic, atau Rakitic.
Sepanjang laga, Kroasia menciptakan 15 peluang, sedangkan Argentina 10 peluang. Itu membuktikan garis pertahanan Kroasia lebih solid. Perjudian Sampaoli berakhir tidak menyenangkan.
Seusai laga, Modric mengatakan, kemenangan yang diraih timnya tidak mudah. Namun, mereka bisa mematikan aliran bola bagi Messi sehingga permainan Argentina terganggu. Bagi Kroasia, laga menjadi lebih nyaman seusai gol pertama. Gol kedua tercipta karena ada ruang tembak yang merupakan kesalahan lawan.
”Kami bermain sempurna dan itu yang diperlukan untuk mengalahkan tim besar (Argentina). Kami bisa mematikan Messi dan membuat dia tidak menerima bola. Dialah pemain paling berbahaya dan kami bisa menghentikannya,” tutur Modric.
Sementara Dalic mengatakan, bukan Argentina yang bermain buruk atau gugup, melainkan Kroasia bisa lebih baik. Tim saling percaya bisa mengatasi Argentina dan pemain terbaik dunia mereka, Messi. Namun, dia menambahkan, tim harus tetap tenang, rendah hati, disiplin, dan bertanggung jawab.
”Tetaplah lapar kemenangan. Cuma dengan cara itu Kroasia akan melangkah jauh. Tiada yang lebih bahagia daripada saya, tetapi saya harus tetap tenang dan menjaga kaki tetap berada di tanah,” ucap Dalic dengan rendah hati.
Sampaoli mengatakan, timnya tidak bermain dengan baik dan keputusan siapa yang bermain adalah keputusannya sebagai pelatih. Kekalahan, yang membuat legenda Diego Maradona yang datang menonton itu menangis, disebut menjadi tanggung jawabnya. Peluang untuk lolos ke perdelapan final amat kecil, tetapi bukan kemustahilan.
Menurut Sampaoli, kekalahan itu bukan kesalahan Messi karena pemain sudah memberikan yang terbaik. ”Messi tentu tidak ingin timnya kalah dan saya rasa posisinya sudah benar. Namun, lawan bisa mematikannya dengan permainan luar biasa. Saya merasakan sakit luar biasa. Ini menjadi tanggung jawab saya,” katanya. (AFP)