Tingginya curah hujan dan banyaknya sisa material vulkanik dari erupsi Gunung Raung mengakibatkan ratusan hektar lahan persawahan dan perumahan terendam lumpur.
BANYUWANGI, KOMPAS Banjir bandang yang membawa material vulkanik dan pepohonan dari lereng Gunung Raung menerjang empat dusun di Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Akibatnya, 1.300 warga yang terdampak banjir diungsikan.
Banjir bandang terjadi pada Jumat (22/6/2018) sekitar pukul 09.00. Debit air yang bercampur lumpur material vulkanik membuat Sungai Badeng meluap. Akibatnya, 500 hektar lahan sawah dan 300 rumah diterjang banjir.
Material kayu dan pepohonan yang terbawa banjir sempat tersangkut di kolong jembatan Wonorekso sehingga air meluap hingga ke jalan raya. Akibatnya, jalan provinsi antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi tertimbun lumpur setebal 50 sentimeter.
Dampak paling parah terjadi pada 15 rumah di pinggiran Sungai Badeng. Rumah-rumah tersebut tertimbun lumpur hingga ketinggian 2 meter. Kendati terjadi siang hari, warga tidak sempat menyelamatkan harta bendanya karena sebagian besar warga sedang berada di sawah.
Menurut Dewa Asmarawati, seorang warga, rumahnya yang hanya berjarak sekitar 3 meter dari bibir sungai tertimbun lumpur, termasuk seluruh perabotan rumah tangga.
”Semalam dapat informasi kalau di atas (Kecamatan Songgon) hujan. Saat saya lihat air sungai, kadang pasang kadang surut. Pukul 09.00 mendapat informasi dari teman yang di atas agar bersiap-siap mengungsi karena banjir besar membawa banyak kayu,” kata Dewa.
Warga mengungsi
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi, keempat desa yang terdampak berada di Dusun Bangunrejo, Wonorekso, Karangasem, dan Garit. Sebanyak 1.300 warga yang menjadi korban terdampak tidak mengungsi di satu tempat, tetapi tersebar di beberapa rumah warga yang masih memiliki hubungan kerabat.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, banjir lumpur ini diakibatkan tingginya curah hujan yang terjadi di lereng Gunung Raung. Sementara material lumpur yang terbawa banjir merupakan longsoran yang terjadi di lereng Gunung Raung. ”Banjir ini murni karena faktor alam,” ujarnya.
Anas membantah banjir bandang tersebut akibat penebangan liar atau alih fungsi lahan. Hal itu didasari pada pohon-pohon yang terseret banjir berupa pohon-pohon utuh bukan potongan-potongan pohon sisa tebangan.
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Agus Budianto mengatakan, ada dua faktor penyebab banjir bandang yang membawa material vulkanik Gunung Raung. Kedua faktor tersebut ialah banyaknya material lepas di lereng Gunung Raung dan adanya anomali cuaca di hulu Sungai Badeng.
”Material vulkanik Gunung Raung adalah dari sisa letusan tahun 2014 dan letusan sebelum. Ada sekitar 2 juta meter kubik material vulkanik yang tersebar di lereng Gunung Raung. Angka itu didasarkan pada perkiraan jumlah abu yang terlontar saat letusan terakhir Gunung Raung tahun 2014,” katanya.
Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ida Bagus Putera Parthama di Jakarta mengatakan, peningkatan limpasan permukaan itu jauh melebihi kapasitas di daerah-daerah tangkapan air (DTA).
Limpasan permukaan di DTA Kumbo 41,86 meter kubik per detik (kapasitas 5,2 meter kubik per detik), DTA Badeng mencapai 26,16 meter kubik per detik (kapasitas 3,8 meter kubik per detik), dan DTA Binaung 37,36 meter kubik per detik (kapasitas 5,3 meter kubik per detik).
”Banjir bandang juga terjadi akibat adanya longsor di kawasan hulu yang menyumbat aliran sungai (terbentuk bendungan alami),” katanya.