Dua Hari Vakansi di Pulau Harapan
Pulau-pulau kecil menawarkan keindahan bahari tanpa perlu jauh-jauh amat dari Jakarta. Bagi yang enggan berbasah-basah, sensasi berkemah pun patut dicoba.
Libur panjang, terutama saat Lebaran, adalah panen raya para pelaku bisnis wisata Pulau Harapan. Turis berburu keelokan bahari salah satu pulau di wilayah Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, itu. Namun, yang memikat turis adalah pesona pulau-pulau kecil tetangga pulau permukiman itu.
Selasa (19/6/2018) siang, ratusan penumpang keluar dari kapal-kapal tradisional (berbahan kayu) angkutan wisata di Pelabuhan Pulau Harapan. Wisatawan yang usai menunaikan agenda rekreasi berebut masuk ke kapal-kapal itu, bersiap kembali ke Jakarta. Mereka yang baru tiba berpencar mencari pemandu wisata atau masuk ke permukiman, mencari penginapan.
Kompas jadi bagian dari arus kegembiraan wisatawan itu. Bedanya, berangkat dari Dermaga Marina Ancol, menumpang kapal cepat, dan menempuh satu setengah jam perjalanan laut. Waktu tempuh relatif tak terasa, tetapi ada harga kenyamanan: Rp 180.000 per penumpang. Tarif menjadi Rp 225.000 per orang jika akhir pekan dan libur nasional. Bahkan, selama libur Lebaran 13-18 Juni, tarif menjadi Rp 270.000 per penumpang. Itu di luar tarif masuk Ancol Taman Impian Rp 25.000 per orang.
Menumpang kapal kayu lebih hemat sehingga lebih dipilih, yakni Rp 60.000 per orang. Kapal berangkat dari Pelabuhan Kaliadem, Muara Angke, Jakarta Utara, pukul 08.00, dan tiba tiga jam kemudian. Selain lebih lama—apalagi jika kapal menghadapi gelombang tinggi—menumpang kapal tradisional juga berdesak-desakan.
Daya pikat
Secara fisik, Pulau Harapan minim daya pikat wisata. Salah satu pulau di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, itu tak lagi punya area pantai. Dikelilingi tanggul beton, rumah-rumah berdiri rapat, berpenghuni lebih dari 2.000 jiwa, dan mayoritas akses jalan kendaraan selebar 1,5 meter. Klakson sepeda motor bagai tak henti bersahutan di ruas-ruas jalan yang lebih seperti gang.
Namun, tenang saja. Hidangan utama wisata Pulau Harapan belumlah dimulai.
Jupli Ali, pemandu wisata, menjelaskan, fungsi utama Pulau Harapan dalam wisata hanya tempat bermalam dengan rumah-rumah penginapan tersebar di penjuru pulau. Keelokan wisata ada pada pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Harapan.
Kondisi Pulau Harapan berbeda dengan Pulau Pari dan Pulau Tidung di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, yang memiliki tempat-tempat menginap, sekaligus sajian panorama indah. Pari, contohnya, terkenal berkat kecantikan Pantai Pasir Perawan. Di sekitar pulau juga terdapat lokasi-lokasi untuk snorkeling.
Untungnya, jarak pulau-pulau cantik di sekitar Harapan tidak terlampau jauh dengan berperahu. Dalam sehari, turis bisa ”hinggap” di tiga pulau untuk ber-snorkeling melihat ikan dan terumbu karang di dua lokasi. Tetangga-tetangga Pulau Harapan itulah keunggulan Pulau Harapan dibanding pulau lain. Sebab, peluang ber-snorkeling nyaman tersedia sepanjang tahun, apa pun musim anginnya.
”Jika sedang angin timur, bisa snorkeling di pulau-pulau area barat. Jika angin barat, sebaliknya,” ujar Jupli.
Saat musim angin timur seperti bulan Juni, snorkeling cocok di perairan Pulau Macan, Genteng, dan Melintang. Saat angin barat dominan, giliran waktunya menikmati keelokan bawah laut di perairan Pulau Putri Barat, Gusung Pulau Perak, Putri Timur, serta Pulau Sepa.
Adapun di Pulau Tidung, salah satu pulau hunian yang lebih dulu populer, wisatawan hanya punya dua pilihan pulau: Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil. ”Jika sedang ombak, snorkeling mungkin tetap bisa, tapi tidak nyaman,” lanjut Jupli.
Baiklah, mari membuktikan perkataan Jupli. Selasa siang itu, sebelum mengeksplorasi pulau-pulau dan snorkeling, dibuka dengan makan siang. Pilihan menunya ikan bakar atau ayam goreng plus sambal. Biasanya, wisatawan diajak makan siang sekaligus persiapan selama 1-2 jam.
Siang itu, dari Pulau Harapan, kami naik perahu motor keluarga Jupli. Sambil melintasi pulau-pulau kecil, ia menyebutkan nama-nama pulau, termasuk perubahan nama. Ia juga hafal nama-nama pemilik pulau pribadi, yang lebih dari 20 pulau.
Panorama laut biru berpadu dengan hijaunya cemara laut. Kesegaran baru bagi mata yang sehari-hari terpapar belantara beton di Ibu Kota.
Tiga puluh menit berlayar, saatnya nyebur di perairan Pulau Genteng Besar. Arus laut yang cukup kencang membatalkan rencana snorkeling di lokasi yang ramai dengan aneka jenis ikan. Namun, di lokasi awal pun, melihat keriangan berbagai jenis ikan di antara beragam terumbu karang sudah cukup menyegarkan mata dan membahagiakan.
Warna-warni ikan di habitat alaminya itu sungguh membius, membuat waktu bergerak cepat. Dalam rombongan puluhan orang, snorkeling pun diawasi dan dijaga ketat karena euforia bisa membuat wisatawan terpisah dari rombongan karena terlalu mengikuti kelincahan ikan.
Untuk itulah, jumlah pemandu wisata yang menguasai medan mutlak adanya. ”Untuk kelompok 10-15 orang, dua guide. Sekalian memudahkan pengambilan foto bawah laut,” kata Jupli.
Puas snorkeling, saatnya ke pulau menikmati pemandangan pantai. Jupli membawa Kompas ke Pulau Dolphin. Pantai berpasir putih itu bisa dinikmati dengan bermain pasir, menggelar tikar duduk menatap laut, atau bermain bola.
Pulau lain yang biasa dijadikan persinggahan antara lain Pulau Cina, Pulau Perak, Pulau Bintang, dan Pulau Bula.
Jupli menjadikan Pulau Bula sebagai pos terakhir rombongan tamu karena lebih dekat dengan Pulau Harapan. Di sana, mereka menikmati panorama malam, termasuk semburat terang gelap mentari tenggelam, hingga pukul 18.00, lalu balik ke Pulau Harapan.
Pulau-pulau yang disinggahi atau dilalui itu masuk dua wilayah administratif: Kelurahan Pulau Harapan (seperti Pulau Perak, Putri Barat dan Timur, Bira Besar, serta Bula) dan Kelurahan Pulau Kelapa (antara lain Genteng Besar dan Kecil, Dolphin, Melintang, dan Macan).
Pengunjung yang malas membuat jadwal perjalanan bisa mengandalkan pemandu wisata Pulau Harapan. Beberapa pemandu memanfaatkan media sosial, termasuk Jupli, dengan Instagram dan akun Facebook.
Contoh paket dua hari satu malam. Hari pertama, snorkeling di sejumlah pulau kecil. Hari kedua, mengunjungi penanaman mangrove dan penangkaran penyu di Pulau Kelapa Dua. Paket termasuk pergi-pulang Pelabuhan Kali Adem-Pulau Harapan, penginapan di Pulau Harapan, makan prasmanan tiga kali, serta barbeku ikan dan cumi.
Kian banyak anggota rombongan, makin murah. Tarifnya mulai dari Rp 300.000 per orang untuk 41-100 orang hingga Rp 900.000 per orang untuk paket 2 orang.
Berkemah di pulau
Bagi yang suka berkemah, Pulau Dolphin dan Pulau Cina merupakan tujuan favorit. Ada fasilitas kamar mandi dan warung. Untuk menginap, setiap pengunjung membayar Rp 25.000 per malam kepada pengelola pulau. Bawalah tenda sendiri karena pengelola tak menyewakan.
Riko Sanjaya (24) bersama 12 teman termasuk yang berkemah di Dolphin. Para pemuda asal Cikarang, Bekasi, itu baru tiba di sana. ”Tahun lalu, kami ke Pulau Semut. Katanya, Pulau Dolphin juga bagus, jadi nyoba,” ujarnya.
Mereka tak lupa menyiapkan alat pancing. Pulau Dolphin diakses pergi-pulang dengan perahu dari Harapan. Ongkosnya Rp 600.000.
Berkemah juga dipilih Aldri Rizky (24) dan 12 temannya dari Depok. Mereka berada di Pulau Cina sejak Minggu dan pulang Rabu. ”Setiap tahun, H+2 Lebaran, berangkat ke pulau,” katanya.
Mereka pernah berkemah di Pulau Sepa, Semut, Semak Daun, dan Melinjo, hingga menjadikannya agenda tahunan.