Salah satu hal yang menarik perhatian setiap menyaksikan pertandingan sepak bola adalah kostum yang dikenakan kedua kubu. Bukan sekadar pakaian, ia merupakan identitas sekaligus kebanggaan pemain, khususnya mereka yang mendapat kehormatan membela tim nasional masing-masing.
Begitu pun di Piala Dunia. Perusahaan produk perlengkapan olahraga dunia berlomba-lomba menjadi pemasok kostum untuk setiap timnas yang tampil, termasuk perhelatan tahun ini di Rusia. Tercatat, ada delapan produsen perlengkapan olahraga yang menyuplai seragam bagi 32 tim peserta.
Adidas tercatat memasok untuk 12 tim, tiga di antaranya tim juara dunia: Jerman (4 gelar), Argentina (2 gelar), dan Spanyol (1 gelar). Pesaing terberatnya, Nike, mendukung 10 tim, tiga di antaranya berstatus kampiun: Brasil (5 gelar), Inggris (1 gelar), dan Perancis (1 gelar).
Ada pula Puma yang menyuplai empat tim, salah satunya penyandang dua gelar Piala Dunia, Uruguay, serta New Balance yang menopang dua tim. Adapun Umbro, Errea, Hummel, dan Uhlsport masing-masing menyediakan seragam satu tim.
Setiap seragam itu memiliki motif, desain, bahan, filosofi, hingga keunggulan teknologi masing-masing. Kostum saat ini telah berevolusi jauh dari kostum pada masa-masa awal perkembangan sepak bola.
Seragam tim sepak bola sudah ada bahkan mungkin sejak kemunculan klub-klub profesional pada abad ke-19. FIFA mengakui Sheffield FC, yang berdiri pada 1857, sebagai klub sepak bola pertama di dunia dan masih aktif sampai sekarang.
Pada periode awal sepak bola, kostum terbuat dari katun berat, berkerah, lengan panjang, dan tidak bernomor punggung. Pembeda kedua tim yang bertanding berdasarkan warna seragam. Sejak tahun 1950-an, bahan sintetis ditemukan dan diaplikasikan pada jersey olahraga sehingga lebih ringan dan menjamin sirkulasi udara. Atlet, termasuk pesepak bola, kemudian lebih menyukai baju lengan pendek yang nyaman dipakai saat cuaca panas.
Berikutnya, memasuki dekade 1970-an, seragam sepak bola mulai menarik dengan tambahan desain unik, warna nyentrik, bahkan logo atau nama perusahaan sponsor. Klub mulai menerima manfaat ekonomi dari kostum.
Sejak 1990-an, teknologi kian berkembang dengan pemakaian bahan sintetis yang lebih ringan lagi, yakni mesh polyester. Karakter kain ini menyerap sedikit air dan menarik kelembaban dari tubuh sehingga pemain tetap dingin dan kering. Di sinilah produsen mulai berlomba berinovasi.
Dikutip dari situs Nike, perusahaan ini menciptakan Dri-FIT atau microfiber berkinerja tinggi yang menjauhkan keringat dari badan untuk menjaga pemain tetap nyaman. Ada juga lubang ”pori-pori” untuk ventilasi yang dilapisi semacam plester untuk membuat seragam itu mengikuti kontur tubuh.
Kain mesh polyester berasal dari kapas dan polimer daur ulang (botol plastik). Satu jersey bisa dibuat dari 18 botol plastik. Dari sana berlanjut ke teknologi Vapor dan Aeroswift yang mampu membuang keringat dan mengeringkan diri lebih cepat.
Situs Adidas juga memuat informasi pengembangan teknologi adiZero dan ClimaCool untuk jersey amat ringan dan bersirkulasi udara prima. Di Piala Eropa 2012, misalnya, berat seragam tim turun 66 gram yang berdampak besar membantu pemain selama bergerak 90 menit di lapangan.
Dikutip dari laman Puma, perusahaan ini mengenalkan fitur PWR ACTV dan dipakai tim-tim dukungannya pada Piala Dunia 2014. Teknologi ini menggabungkan plester atletik dan kain yang sesuai dengan kompresi pada jersey sehingga penampilan pemain tidak terpengaruh oleh cuaca panas di Brasil.
Plester ACTV ditempatkan strategis pada kain untuk pijatan mikro di area otot tertentu dengan tujuan meningkatkan pasokan energi dan mengurangi getaran otot. Diharapkan stamina pemain tetap baik selama pertandingan.
Ke depan, teknologi akan bertambah dengan kelengkapan sensor organ yang tersambung dengan perangkat teknologi informasi. Secara sederhana, kain bisa dilengkapi sensor-sensor yang merekan, lalu memancarkan data pergerakan organ tubuh sang atlet. Dengan ini, bisa diketahui berapa detak jantung, jauh lari, kekuatan tendangan, nadi, bahkan potensi organ yang akan cedera.
Sejumlah perusahaan aplikasi dan perangkat teknologi sedang mengembangkan dan mencoba masuk dalam kerja sama dengan perusahaan produk olahraga. Satu atau dua dekade lagi, seragam sepak bola akan lebih ”pintar”. Namun, pemasangan perangkat teknologi canggih ini tentu akan berbenturan dengan kepentingan privasi pemain.