Musyawarah Guru Mata Pelajaran mulai merancang skema pelatihan untuk guru guna merombak metode pembelajaran di kelas. Pelatihan ini menekankan pemahaman konsep daripada menghafal rumus.
JAKARTA, KOMPAS — Pelatihan guru yang menekankan pemahaman konsep diperlukan karena hasil Ujian Nasional 2018 mengungkapkan lemahnya siswa dalam mendalami konsep mata pelajaran.
”Guru benar-benar harus rajin membaca berbagai rujukan informasi dan membuat soal,” kata Sekretaris Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia Provinsi Banten Nurbadriyah ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat (22/6/2018).
Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan, 20 persen peserta Ujian Nasional (UN) 2018 tingkat SMP, SMA, dan SMK mendapat nilai Bahasa Indonesia di bawah standar kompetensi minimum 55,1. Kepala Balitbang Kemdikbud Totok Suprayitno mengatakan, apabila bahasa nasional bermasalah, dampaknya merembet kepada pemahaman soal di mata pelajaran lain.
Nurbadriyah menjelaskan, soal-soal Bahasa Indonesia di UN 2018 banyak berupa wacana yang terdiri atas beberapa paragraf. Siswa diminta mengemukakan, antara lain, maksud tersirat dari wacana, membedakan antara fakta dan opini, serta memberikan judul yang tepat untuk tajuk tersebut.
”Soal-soal ini meminta persepsi siswa. Bukan sekadar menyuruh siswa memperbaiki kata agar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan,” ujar Nurbadriyah.
Minat baca guru
Hal pertama yang akan diintervensi oleh MGMP Bahasa Indonesia Banten ialah memotivasi guru meningkatkan minat baca. Alasannya, mayoritas guru dinilai tidak kreatif dalam memberikan bahan bacaan kepada siswa. Umumnya mereka hanya mengambil teks dari buku pelajaran yang oleh siswa dianggap tidak menarik ataupun relevan.
Mayoritas guru dinilai tidak kreatif dalam memberikan bahan bacaan kepada siswa. Umumnya mereka hanya mengambil teks dari buku pelajaran.
”Berbagai teks dari novel populer, majalah, koran, dan berita di internet bisa menjadi sumber bahan ajar, tetapi belum banyak guru yang memanfaatkan,” kata Nurbadriyah.
Hal kedua yang dilakukan setelah merangsang minat baca guru dan siswa adalah mengembangkan cara membaca yang cepat dan tepat. Dalam hal ini, siswa membaca pertanyaan terlebih dulu, baru membaca teks wacana. Cara ini, menurut Nurbadriyah, bisa menghemat waktu siswa dalam menjawab soal.
”Guru dan siswa juga akan diajar cara memakai aplikasi telepon pintar yang bisa mengubah suara menjadi tulisan. Hal ini mempermudah guru membuat soal ataupun siswa menulis esai. Nanti tinggal memoles tata bahasanya,” tutur Nurbadriyah.
Metode meningkatkan kapasitas guru membuat soal juga dipraktikkan oleh MGMP Kimia DKI Jakarta. Hasil UN 2018 untuk SMA jurusan IPA menunjukkan 67 persen peserta mendapat nilai di bawah 55,1.
”Guru sebenarnya sudah rutin membuat soal untuk ujian sekolah berbasis nasional. Tinggal ditingkatkan kemampuan membuat soal penalaran tingkat tinggi,” kata Ketua MGMP Kimia DKI Jakarta Jainudin.
Soal penalaran tingkat tinggi tidak perlu berisi angka-angka yang rumit, tetapi runut dan sistematis sesuai logika. Menurut Jainudin, definisi soal penalaran tingkat tinggi dalam bidang Kimia juga harus diperjelas karena pada UN 2018 guru menemukan soal-soal Kimia yang jawabannya tidak tersedia.
Soal penalaran tingkat tinggi tidak perlu berisi angka-angka yang rumit, tetapi runut dan sistematis sesuai logika.
Ia menjabarkan, fakta bahwa UN tidak lagi untuk syarat kelulusan merupakan kesempatan emas mendidik siswa konsep dasar secara komprehensif. Semestinya, cara pembelajaran tidak perlu seperti dulu yang hanya berbasis UN hingga mengabaikan materi-materi tertentu.
”MGMP Kimia DKI Jakarta juga bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta untuk mengembangkan cara pengajaran dan pembuatan soal yang benar. Guru tidak boleh lagi memberi soal yang diambil dari bank soal dan hanya mengandalkan satu kunci jawaban,” tutur Jainudin.