ISTANBUL, KOMPAS — Rakyat Turki, Minggu (24/6/2018), berduyun-duyun menuju tempat pemungutan suara untuk menentukan pilihan mereka dalam pemilu parlemen dan presiden yang untuk pertama kali dalam sejarah Turki digelar secara bersamaan dalam satu hari. Hari Minggu, yang merupakan hari libur resmi di Turki, dengan jalanan di kota-kota yang kosong, memberikan peluang bagi rakyat Turki secara masif menuju lokasi pengambilan suara.
Jalanan kota Istanbul yang berpenduduk sekitar 15 juta jiwa, yang sehari-hari diwarnai kemacetan, Minggu, itu cukup lengang. Sejak pagi, hanya penduduk yang hendak menuju TPS yang meramaikan jalanan kota Istanbul.
Menurut Komite Tinggi Pemilu, terdapat 59.369.960 warga yang memiliki hak pilih, dari sekitar 80.000.000 penduduk Turki. Sebanyak 50,86 persen dari total warga yang memiliki hak pilih adalah perempuan.
Sebanyak 3.047.328 juta warga Turki yang memiliki hak suara berada di luar negeri. Mereka telah memberikan suara pekan lalu. Ada 1.486.408 warga di luar negeri atau 48,78 persen, yang telah memberikan suara.
Ada enam calon presiden (capres) dalam pilpres kali ini, yaitu capres petahana, Recep Tayyip Erdogan, dari koalisi kerakyatan yang berintikan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Partai Gerakan Nasionalis (MHP), dan Partai Persatuan Besar (BBP). Kemudian capres dari Partai Rakyat Republik (CHP), Muharrem Ince; capres dari Partai Saadet (SP), Temel Karamollaoglu; capres dari Partai IYI, Meral Aksener; capres dari Partai Rakyat Demokratik (HDP), Selahattin Demirtas, yang masih meringkuk dipenjara sejak tahun 2016; serta capres Partai Patriotik (Vatan), Dogu Perincek.
Adapun partai-partai politik dalam pemilu parlemen kali ini akan memperebutkan 600 kursi parlemen.
Rakyat dan Pemerintah Turki memandang pemilu parlemen dan pilpres kali ini sangat penting karena akan mengantarkan perubahan sistem politik di negara itu dari sistem parlementer ke presidensial. Di panggung politik Turki, pemilu parlemen dan presiden ini menentukan masa depan karier politik orang terkuat saat ini, Erdogan, serta AKP, yang berkuasa sejak tahun 2002.
Bagi Erdogan dan AKP, pemilu parlemen dan presiden kali ini merupakan yang tersulit selama 16 tahun terakhir ini.