JAKARTA, KOMPAS—Banjir bandang dari Gunung Raung melanda Banyuwangi, Jawa Timur, sedangkan hujan deras di dataran tinggi sekitar Bogor, Jawa Barat menyebabkan banjir di Kampung Melayu, Jakarta. Anomali cuaca akibat mengalirnya massa udara basah di atas Pulau Jawa dan Sumatera memicu hujan lebat, terutama di kawasan pegunungan, bisa berlangsung hingga minggu pertama Juli.
Hujan yang terjadi meluas di Jawa dan sebagian Sumatera, terutama di sektar kawasan pegunungan, ini dipicu dengan aktifnya Madden Julian Oscilation (MJO) yang menambah kelembaban massa udara basah atau kelembaban pada lapisan atmosfer di ketinggian 3-5 kilometer.
" Secara umum, saat ini masih dominan angin timuran yang kering. Namun, karena aliran MJO, kelembaban bertambah dan hujan terjadi di musim kemarau ini," kata Pelaksana Tugas Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Siswanto, Minggu (24/6/2018), di Jakarta.
Dia menambahkan, ciri-ciri hujan yang dipicu aliran MJO fase basah di musim kemarau adalah intensitasnya ringan hingga sedang untuk dataran rendah. Namun untuk hujan di pegunungan atau disebut orografi, intensitasnya cenderung lebat.
Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Jawa Timur menyatakan, sebanyak 415 rumah terdampak banjir bandang kiriman dari Gunung Raung pada Sabtu (23/6/2018).
Sementara informasi dari Kepala Seksi Informasi dan Observasi Stasiun Klimatologi BMKG Karangploso, Jawa Timur, Anung Suprayitno, pengukuran curah hujan (automated rain gauge/ARG) ljen Jambu di lereng Gunung Raung tanggal 19 - 23 Juni berturutan adalah 42,3 milimeter (mm) per hari, 19,4 mm per hari, 36,2 mm per hari, dan 3 mm per hari.
Namun, banjir bandang di Banyuwangi ini tidak semata-mata pengaruh hujan tinggi. "Pada tahun-tahun sebelumnya, curah hujan di atas 100 mm per hari tidak serta merta menyebabkan banjir bandang, namun kenapa sekarang curah hujan kurang dari 100 mm per hari ternyata berdampak, meskipun memang deret hari hujan kategori lebat lebih dari tiga hari juga meningkatkan risiko banjir. Perlu dilihat juga perubahan tata guna lahan," kata Siswanto.
Hingga awal Juli
Menurut laporan BMKG, hujan dilaporkan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia pada Minggu siang - sore, seperti di Lampung, Banten, Depok-Jawa Barat, dan beberapa kota di Jawa Timur. Peringatan Dini BMKG yang dikeluarkan Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo menyebutkan, sirkulasi siklonik masih terjadi di perairan barat Sumetara dan barat Kalimantan.
Sementara itu, belokan angin terjadi di sejumlah daerah. Contohnya, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Laut Sulawesi.
Penguatan hujan lokal, terutama yang dipengaruhi efek orografis pegunungan meski di musim kemarau ini sebenarnya sudah diperingatkan dalam prakiraan peluang hujan sepuluh harian BMKG. Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, prakiraan peluang curah hujan pada 20 Juni telah menyebutkan ada peningkatan peluang curah hujan kategori sedang-lebat hingga di atas 60 persen di sekitar wilayah pegunungan Jember, Bondowoso, Banyuwangi.
Penguatan hujan, terutama di wilayah pegunungan di Jawa dan Sumatera ini akibat pengaruh MJO pada lapisan atmosfer menengah ini dapat berlangsung hingga pekan awal Juli.
Anomali hujan di musim kemarau ini, menurut Siswanto, menunjukkan peningkatan hujan di pegunungan, termasuk kawasan sekitar Banyuwangi. Hal ini sesuai dengan riset Siswanto dan peneliti BMKG Supari, tentang perubahan pola hujan di Pulau Jawa yang dimuat di jurnal Environment and Earth Science (2015).
Dalam kajian ini disebutkan, rekaman curah hujan di stasiun Sidomulyo di Banyuwangi yang terletak tidak jauh dari lokasi Gunung Raung, dalam 30 tahun terakhir, menunjukkan tren penambahan hari hujan dengan kategori lebat atau di atas 20 mm per hari dan di atas 50 mm per hari.